Part 2

...[Music of This Story]...

...Sam smith - Fire of Fire...

...[]...

Tring...

Ira melangkahkan kakinya malas ke arah telepon yang berada di ruang tamu, biasanya bukan dirinya yang harus mengangkat telepon itu, namun karena seluruh keluarganya sedang pergi mau tidak mau dirinya harus mengangkat telepon itu.

"Iya, siapa?" tanya Ira.

"Apa kabar?"

"Ini siapa?"

"Orang."

"Iya tahu ini orang, tapi nama lo siapa?"

"Nanti juga lo tahu sendiri. Apa kabar?"

Ira geram, dengan sepihak ia memutuskan panggilan itu lalu beranjak dari tempatnya untuk kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat Regha masuk ke dalam rumah sambil menenteng banyak belanjaan.

"Bantuin kek, jangan lihatin doang!" protes Regha.

"Emangnya lo habis dari mana sih, bang?"

"Nemenin big boss!"

Ira membantu Regha meletakkan beberapa belanjaan yang sepertinya memang sangat banyak untuk ukuran belanja bulanan.

"Dek!" teriak Sena dari arah luar.

"Kenapa, bun?"

"Tadi ada yang telpon bunda, dia nyariin kamu. Yaudah deh bunda suruh dia telpon rumah aja," balas Sena lalu mnyusul ke dalam rumah.

"Siapa bun namanya?"

Sena hanya menghendikkan bahunya tidak tahu. "Dia nggak bilang siapa namanya, bunda juga lupa nanya tadi. Dia cowok pastinya, dek. Terus katanya mau ngajak kamu pergi nanti."

"Terus, bunda izinin gitu aja?"

Sena mengangguk.

"Cie yang baru masuk SMA udah punya gebetan!" goda Regha.

"Apasih, bang! Orang ade ga ada gebetan siapa-siapa!"

"Ya kalau nggak ada gebetan, kenapa coba bisa sampai dia telpon bunda? Lagian lo sih kalau nulis nomer ke mana aja pasti Pakainya nomer bunda, jadinya apa-apa ke nomer bunda dulu. Dasar!"

"Biarin lah! Kan biar bunda bisa tahu kegiatan apa aja yang ade lakuin, nggak kayak lu apa-apa sendiri! Daras bar-bar!"

Ira berlari kekamarnya saat Regha baru saja akan melemparnya dengan kacang yang ada di dalam toples.

"Untung ade!"

Sena hanya dapat menggeleng melihat kelakuan kedua anaknya itu. Setidaknya, keakraban mereka selalu terjaga walaupun keluarga kecil mereka sering tidak lengkap.

...***...

Drrtt... drrtt

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke dalam ponsel milik Ira. Kemudian ia membuka whatsapp itu, tidak ada foto profil di sana. Hanya warna abu-abu dengan character pria di sana.

081290923312

Lo dirumah?

"Siapa? Gue kan belum kenal sama banyak orang di SMU Garuda, apalagi anak kelas secara kelas aja belum dibagi karena gue masih MOS. Gue juga belum kenalan sama banyak orang," gumam Ira sambil masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya.

Kemudian ia menutup ponselnya, meletakkannya di nakas lalu berbaring di tempat tidurnya. Ia menyetel musik dari music box miliknya. Lagu You Are The Reason bergema dengan merdu di seluruh penjuru kamar Ira. Akhir-akhir ini ia menyukai lagu milik penyanyi Calum Scott ini.

Drrtt... drrtt

Kembali sebuah pesan masuk ke whatsapp miliknya. Ira dengan malas mengambil ponsel itu dan membuka pesan itu.

081290923312

Gue, Aldan.

"Aldan? Gue ga ngerasa pernah punya temen namanya Aldan tuh!" Ira terus berfikir siaPakah Aldan dan dari mana ia mendapatkan nomornya.

Ira kembali menutup ponselnya, namun sebelum ia sempat menaruh kembali ponselnya di nakas, sebuah pesan kembali masuk menyusul pesan sebelumnya.

081290923312

Kalau nggak inget gue siapa, pasti inget kejadian lo ngasih gue minum. Save! Pacar.

"Astaga!" pekik Ira setelah ia memikirkan siapa yang dimaksud pacar oleh orang itu.

Pintu kamar Ira terbuka, Regha berdiri di ambang pintu dengan tatapan bingung menatap Ira terkejut seperti itu.

"Ngapain lo?" tanya Regha.

"Nggak kenapa-napa kok, Bang. Tadi ada kecoa aja terbang," bohong Ira.

Regha terkekeh pelan, kemudian menutup pintu. "Makanya kamar itu diersihin, kamar dah kayak kapal pecah gitu, gimana nggak di datengin kecoa coba," ucap Regha yang masih bisa didengar Ira karena Regha mengucapkannya sambil berteriak.

"Kamar lo tuh dibersihin! Tisu dimana-mana, jijik tau nggak sih, lo cewek apa cowok sih? Cowok kok mainannya tisu!" balas Ira.

Persetan bunda denger atau enggak, kalau denger mudah-mudahan aja bakal ketahuan.

Perhatian Ira teralihkan pada layar ponselnya yang masih menamPakkan chat whatsapp dengan pria yang mendeklarasikan dirinya berpacaran dengan Ira beberapa waktu yang lalu.

"Sial!"

Tepat setelah Ira mengumpat seperti itu, ponselnya kembali bergetar lama.

081290923312 is calling...

****** gue ditelpon!

Sebenarnya Ira ingin sekali memencet tombol merah yang berada di bagian kiri bawah, namun entah setan mana yang lewat di samping Ira hingga dirinya dengan tidak sengaja memencet tombol hijau.

Perlahan ia dekatkan ponselnya ke telinganya, berharap ada sedikit suara yang setidaknya dapat memecah situasi seperti saat ini.

"Halo?" ucap Ira pelan.

Tak ada balasan dari sana, hanya suara nafas yang dapat Ira dengarkan. Sisanya, sunyi.

"Kak?" ucap Ira lagi.

"Hmm?"

*****! Apa coba maksudnya ni anak, dia yang telpon, masa iya gue yang cari topik.

"Kenapa telpon, Kak?" tanya Ira sambil mengulum bibir bawahnya sendiri karega saking gugupnya.

"Nggak kenapa-napa."

"Ya terus kenapa telpon, Kak?"

"Ga boleh?" tanya Aldan dengan datarnya tanpa intonasi sama sekali.

Ira dapat merasakan aura negatif yang keluar dari percakapan ini. bahkan ira dengan jelas dapat membayangkan bagaimana dinginnya wajah Aldan saat ini.

"Bo ... boleh, Kak!" ucap Ira.

Gila ini cowok, kebanyakan pulsa kali ya, atau jangan-jangan bapaknya jualan pulsa lagi.

"Kenapa ga ngomong?" tanya Aldan.

"Ga ada topik, Kak."

"Udah save nomer gue?"

Ira dengan bodohnya malah mengangguk, membenarkan ucapan Aldan. Mau bagaimanapun, Aldan tidak akan tahu jika Ira mengangguk.

"Kenapa diem?" tanya Aldan lagi.

"Eh, belom kak. Nanti gue save kok Pake nama yang bagus, percaya sama gue, Kak. Santai, selow kak jangan emosi, nanti cepet tua, Kak."

"Oh, yaudah."

Ira menyumpah serapahi Aldan, jawabannya selalu saja singkat dan membuatnya muak. Yang dapat Ira lakukan hanyalah diam menunggu apa yang akan dibahas selanjutnya.

"Kenapa diem?"

"Nggak kok!"

"Tadi, telpon gue dimatiin, kenapa?"

"Gue kira cuma orang yang lagi nge-prank, jadi gue matiin."

"Oalah yaudah, nanti malam jam 7. Tunggu aja di rumah."

Tuuttt... Panggilan itu putus secara sepihak, Aldan mengakhiri panggilan itu. Seketika itu juga, Ira ingin sekali melempar ponselnya, membantingnya, hingga menghancurkannya berkeping-keping.

Ira menatap duabelas digit angka di layar ponselnya, ia mengeceknya kembali sesaat sebelum dirinya menyimpan nomor itu.

Monyet dingin.

Nama yang bagus, pikir Ira dalam hati.

Ira tersenyum sambil menatap nama yang tertera di ponsel miliknya. Nama sang pacar barunya, pacar yang dia dapat karena hadiah MOS.

Itung-itung, MOS berhadiah cogan deh. Nggak papa dingin, yang penting gue nggak jomblo lagi, ucap Ira di dalam hati sambil masih tersenyum.

...***...

Terpopuler

Comments

Musi Alam Alam

Musi Alam Alam

tega...

2020-12-11

0

Sofhia Aina

Sofhia Aina

Macam best je tuk di baca 😀😀😀😀

2020-10-18

0

TePe

TePe

lucu kynya

2020-09-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!