Part 7

Aldan mememarkirkan motor kesayangannya di halaman rumahnya. Rumah dengan cat dinding berwarna biru muda dengan perpaduan putih terlihat nyaman, terlebih lagi saat dirinya melihat Oma Rijanti di halaman belakang yang terlihat dari tempatnya berdiri. Namun, senyuman dan perasaan hangat yang sempat masuk, seketika lenyap begitu saja.

Aldan mendekati Oma, meminta pertanggungjawaban atas semuanya. Aldan meminta jawaban kenapa orang yang beberapa tahun ini ia hindari, tiba-tiba kembali datang dan berada di sekitarnya.

"Oma, kenapa dia datang ke sini?"

Aldan menatap lekat kedua mata Oma Rijanti yang mulai meredup. Sorot matanya sudah tak terlalu kuat seperti dulu. Banyak garis keriput yang membentuk diwajahnya yang dimakan usia, dengan rambut hitam yang saat ini mulai berubah menjadi putih.

"Kenapa kalau dia datang, dia itu ayahmu. Anak oma juga."

"Aldan tidak pernah memiliki ayah, Oma."

"Aku ayahmu, jika kamu meluPakannya, Aldan!" ucap seorang laki-laki dari arah belakang Aldan.

"Ayah saya sudah meninggal, ia meninggal bersama isterinya sejak belasan tahun silam. Sejak saat itu, saya hanya memiliki Oma, bukan orang tua!"

"Aldan, jaga ucapan kamu," ucap oma Rijanti sambil mengelus pipi Aldan.

"Permisi, saya lelah."

Aldan masuk ke dalam rumah meninggalkan oma Rijanti dan seorang laki-laki yang masih setia menatap punggung Aldan dan beridri di taman dengan hati yang mulai sakit. Laki-laki itu menghela nafasnya berat, ada rasa sesal dan menyesal di dalamnya. Laki-laki itu tahu bagaimana perasaan Aldan saat ini, ia hanya perlu mengungkapkan semuanya.

"Bersabarlah, akan ada waktunya untuk dia memaafkan. Hanya soal waktu yang menjadi masalah saat ini. Aldan masih remaja, dia masih labil dengan perasaannya saat ini, bersabarlah."

"Harus sampai kapan seperti ini, Ma. Aku lelah tak dianggap oleh anakku sendiri."

"Nanti mama yang akan bicara dengan Aldan. Kamu pulang saja sekarang, Aldan butuh waktu untuk sendiri."

Laki-laki itu mengangguk lalu meninggalkan oma Rijanti sendirian.

...[]...

Ira menatap ponselnya yang masih menyala, menatap sebuah roomchat yang sampai sekarang masih ia tonton tanpa berani ia mulai percakapan. Tanda online terlihat jelas dibawah nama kontak, namun tidak ada chat sama sekali yang terjadi.

Aldan sama sekali belum mengabarinya, atau perasaan Ira saja yang terlalu ebrharap Aldan mengabarinya dan menganggap bahwa mereka memang sebuah kekasih. Ira tahu, hubungannya dengan Aldan memiliki banyak peluang yang membuatnya meragukan Aldan.

Monyet dingin

Malam, apa kabar?

Ira tersentak saat sebuah pesan masuk di ponselnya, seluruh pikiran negative yang tadi ia pikirkan seakan lenyap begitu saja. Ira menatap layar ponselnya dan sebuah pesan singkat dari laki-laki yang sejak tadi ia tunggu.

Alnira

Kenapa, kak?

Monyet dingin

Nggak kenapa-napa, cuman kangen sama kamu.

Alnira

Kak Aldan bisa kangen?

Monyet Dingin

Aku juga manusia, salah?

Alnira

Nggak salah kok, kak. Aku bingung aja, kakak kangen sama aku.

Monyet dingin is calling...

Ira sedikit terkejut karena Aldan tiba-tiba menelponnya. Digesernya tombol hijau di layar dan didekatkannya ponsel miliknya ke telinganya.

"Halo."

"Halo, kak?"

"Kangen aku nggak?"

Ira terdiam, pikirannya sulit mencerna kata-kata Aldan. Apa coba, tiba-tiba nanyain kangen, gila dasar! Tapi gue suka.

"Kenapa diem?" tanya Aldan lagi.

"Eh, enggak kak."

"Enggak apa? Nggak kangen? Oh yaudah,"  ucap Aldan di seberang sana.

"Eh maksudnya, kangen kak. Astaga gimana ya jelasinnya."

"Nggak usah dijelasin, emangnya pelajaran?"

"Astaga, apasih kak, garing!"

Terdengar sedikit suara ketawa diujung panggilan itu, ira tahu pasti Aldan sedang menertawakannya. Namun suara itu tak berlangsung lama, hanya beberapa detik berlalu.

"Yaudah kamu jangan telat makan, aku mau pulang dulu. Jangan lupa martabaknya di makan, aku titip bunda tadi."

"Ap—"

Ira tidak jadi melanjutkan ucapannya, suara sambungannya terputus. Dilihatnya layar ponselnya yang menamPakkan chat dari Aldan.

Monyet dingin

Night, see you!

Ada hati yang tiba-tiba berbunga saat sebuah kabar akhirnya datang. Ada pula hati yang mulai merasa saat sebuah ungkapan akhirnya menembus dinding pertahanannya. Ira menyukainya, menyukai pertemuannya dengan Aldan.

...[]...

Terpopuler

Comments

elviana

elviana

aldan kalo ngomong suka ketus ya

2020-12-03

0

Sofhia Aina

Sofhia Aina

Cantik ceritanya.....👌👌👌

2020-10-18

0

Wati_esha

Wati_esha

Kenapa Aldan berseteru dengan ayahnya,?

2020-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!