Setelah mengantar Riana, Jack pulang ke rumahnya dengan perasaan bahagia.
Dia berharap, dia dan Riana bisa menjadi lebih dekat. Namun, dia tidak ingin terburu-buru.
Baginya lebih baik secara perlahan agar Riana dapat melihat ketulusannya.
...----------------...
Saat dia sedang di dalam kamarnya sambil memikirkan Riana, tiba-tiba HPnya berbunyi. Ada yang meneleponnya. Dia kemudian melihat, dan ternyata yang menelepon adalah Ita, mantan kekasihnya.
"Halo, selamat malam" Jack menyapa.
"Halo Jack, selamat malam. Ini aku Ita" Sahut Ita dari seberang telepon.
"Iya aku tau, kamu ngapain telpon aku?" Jack seperti tidak begitu suka mendapat telepon dari Ita.
"Kamu apa kabar? Aku cuma mau tau kabar kamu aja" tanya Ita pelan.
"Aku baik. Kamu belom jawab pertanyaan aku. Kamu ngapain telepon lagi?" Jack mengeluarkan suara tinggi.
"Itu.. Aku mau minta maaf Jack. Waktu itu aku pergi nggak bilang sama kamu."
"Yah terus?"
"Aku cuma mau bilang maaf. Aku tau aku udah jahat banget. Tapi itu semua karena aku punya alasan Jack" Ita terdengar menangis
"Nggak perlu minta maaf. Aku yang salah karena terlalu berharap ke kamu."
Setelah berbicara seperti itu, Jack langsung mematikan teleponnya karena kesal.
...----------------...
Ita merupakan mantan kekasih Jack yang dulunya sempat dicintai sungguh-sungguh oleh Jack.
Keduanya berpacaran hampir setahun lebih. Namun, Ita tiba-tiba pergi meninggalkan kota K tanpa memberitahu Jack.
Dia juga hilang kabar dan Jack sama sekali tidak mengetahui keberadaannya. Hal tersebut membuat Jack menjadi patah hati dan galau selama berbulan-bulan. Baginya, Ita sangat spesial, karena banyak hal yang telah dilalui bersama Ita.
Jack akhirnya menyerah menunggu dan mencari Ita saat dia kembali bertemu dengan Riana. Baginya Ita mungkin hanya mengisi sebagian hidupnya. Namun, setelah perlahan-lahan Jack melupakan Ita, tiba-tiba Ita kembali dan hal ini membuat Jack merasa dilema.
...----------------...
Riana kembali memikirkan rencananya untuk bertemu dengan Sany. Akhirnya saat di sekolah dia memberanikan diri untuk berbicara dengan Sany agar dia dapat mengerti dengan jelas kondisi sebenarnya. Karena malam sebelumnya, Ando masih meneleponnya dan mengatakan bahwa dia dan Sany tidak ada hubungan apapun. Bahkan dia berkata bahwa kejadian saat itu adalah kesalahpahaman yang di mana Sany lah yang pergi mencarinya di rumah.
...----------------...
Saat jam sekolah selesai, Riana kemudian memberanikan dirinya.
"Sany.." Panggil Riana.
Sany yang mendengar panggilan Riana langsung berhenti melangkah ke luar kelas.
"Ada apa?" Jawabnya.
"Kamu punya waktu nggak? Aku mau bicara sebentar" Ajak Riana.
Sany yang mengerti dengan maksud Riana ingin berbicara dengannya akhirnya mengiyakan.
"Ya udah. Kita bicaranya di taman depan kelas aja."
Keduanya kemudian keluar kelas dan duduk di bale-bale yang dibuat di depan kelas mereka.
"Mau bicara apa?" Tanya Sany datar.
"Aku to the point aja yah. Soal kejadian yang kemarin di rumahnya Ando itu. Aku mau tanya, apa benar kamu yang pergi cari dia ke rumahnya?" Riana berbicara langsung ke intinya.
"Kalo aku bilang nggak, kamu percaya nggak?" Sany kembali bertanya.
"Aku bingung" Jawab Riana.
"Gini aja deh. Aku tanya sama kamu dulu. Sebenarnya hubungan kamu sama Ando itu apa? "
"Aku sama dia pacaran, Sany. Kamu sendiri?" Tanya Riana penasaran.
"Aku juga" Jawab Sany singkat.
Riana terkejut dan seketika dia menangis.
Dia merasa sakit mendengar kenyataan ini.
"Dia bilang ke aku, kalo kalian udah nggak punya hubungan lagi dan semalam dia masih mencoba menjelaskan ke aku kalo kejadian waktu itu, kamu yang nyari dia di rumahnya."
"Dia juga bilang gitu ke aku. Dia bilang kamu yang masih ngejar-ngejar dia. Dan kejadian waktu itu. Dia yang minta buat ketemu. Bahkan dia nekat jemput aku di kantin belakang buat bawa aku ke rumahnya. Katanya sebagai bukti kalo dia udah nggak sama kamu. Kamu kalo nggak percaya aku bisa tunjukin semua chatnya dia" Sany segera mengambil HPnya dan menunjukan pada Riana semua chat mereka.
"Berarti, Ando udah bohongin kita berdua" Riana semakin tidak dapat menahan tangisnya.
"Ri.." Panggil Sany pelan.
Riana menengok ke arah Sany.
"Aku bisa minta sesuatu nggak? "
"Apa?" Tanya Riana penasaran.
Sany tiba-tiba berlutut di depan Riana dan menangis. Riana yang melihat itu menjadi kebingungan.
"Ee. Ee... Sany kenapa kayak gini. Kamu bangun dong" Riana mencoba untuk membangunkan Sany.
Sany terus berlutut dan memegang tangan Riana.
"Kamu bisa nggak jauhin Ando? Aku.. aku udah kasih segalanya ke dia Ri.. termasuk hal yang paling berharga aku.. aku udah kasih keperawanan aku ke dia Ri.." Sany kemudian mengucapkan kalimat yang membuat Riana terkaget.
"Aku tau kamu nolak dia waktu dia minta kamu ngelakuin itu sama dia. Tapi aku..aku udah kasih semuanya Ri. Aku nggak mau lepasin dia. Aku takut nggak ada lagi cowok yang mau sama aku. Kamu masih baik-baik aja. Masih banyak cowok yg bisa kamu dapetin.. Pleaseee Ri pleaseee..." Sany menangis sejadi-jadinya.
Riana yang melihat hal itu benar-benar merasa iba terhadap Sany dan kemudian memeluk Sany untuk bangun.
"Kamu bangun dulu, please Sany."
Sany kemudian bangun dan mereka kembali duduk.
Namun, Sany tidak dapat menahan air matanya. Dia terus menangis.
"Sany, aku nggak tau harus ngomong apalagi. Awalnya aku sakit saat tau dia nipu aku. Bahkan berulang kali dan aku masih aja dengan bodohnya mau maafin dan nerima dia lagi, tanpa mau cari kebenarannya dulu. Tapi dengar kamu ceritain ini semua aku benar-benar muak dan benci banget sama dia. Dia emang brengsek. Apa kamu nggak muak sama dia Sany? kenapa kamu harus mau pertahanin dia? "
"Ri, kamu belum ngerasain apa yang aku rasain sekarang. Dia emang brengsek, tapi aku nggak bisa ngapa-ngapain. Aku sayang banget sama dia Ri. Aku udah kayak gini dan aku cuma mau berakhir cuma sama dia aja Ri" Sany menjawab dengan muka yang memelas.
"Okelah kalo emang itu pilihan kamu. Aku janji sama kamu, aku bakalan jauhin dia. Aku bakal hilang dari hidup dia" Riana menjawab dengan lantang pada Sany, walaupun ada sakit yang terasa di dalam hatinya.
"Makasih Ri kamu udah mau ngertiin aku. Aku minta maaf kalo aku salah."
"Nggak kok Sany, kamu nggak salah. Dari awal aku harusnya udah cari tau lebih jelas biar nggak kayak gini. Gara-gara ini kita berdua jadi kayak musuh dan nggak saling sapa. Padahal emang dia aja yang brengsek" Ucap Riana kesal.
"Oh ya Sany, aku mau jauhin Ando, tapi ada syaratnya" Riana kembali memberi suatu ucapan yg membuat Sany mengerutkan keningnya.
"Syarat.. Syarat apa? "
"Syaratnya.. Mulai hari ini kamu harus jadi sahabat aku" Ucap Riana sambil tersenyum dan mengacungkan jari kelingkingnya.
"Oke siapa takut?" Sany menanggapi ucapan Riana dengan senyum dan menyambut jari kelingking Riana.
Keduanya kemudian tersenyum dan tertawa kecil.
...----------------...
Riana memikirkan kembali hubungannya dengan Sany yang tidak rukun karena ulah Ando. Dia mensyukuri keputusannya untuk mengajak Sany berbicara dan akhirnya dia mengetahui kebenarannya.
Baginya mungkin sakit, melepaskan orang yang dicintai. Tapi lebih sakit bila dia berada di posisi Sany yang sudah terlanjur menyerahkan semuanya demi pembuktian cinta di usia remaja.
Dia bersyukur menolak Ando waktu itu dan berpegang pada prinsipnya untuk mengikuti nasihat papanya. Bagaimanapun juga dia masih harus tetap menjaga diri dan belajar dari kejadian ini.
Dan hal baik yang dia peroleh adalah dia mendapatkan seorang sahabat yang merupakan musuhnya di waktu sebelumnya. Setidaknya mereka bisa berbagi cerita dan Riana tidak lagi memiliki rasa canggung saat bertemu lagi dengan Sany.
Harapannya semoga Sany tetap baik-baik saja dengan keputusannya untuk bertahan dengan Ando.
Tapi bagi dia, Ando harus dijauhi dan mungkin dia bisa belajar membuka hati untuk orang lain lagi.
...----------------...
"Aku kehilangan dia, tapi berita baiknya adalah aku di saat yang sama, aku menemukan diriku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments