18. PENYESALAN

HANCUR...

Itulah perasaan yang kini melanda hati Arvan, tak bisa dipungkiri perasaaan Ara juga tak kalah hancur dari Arvan. Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Jika saja ia berterus terang tentang permasalahnya kepada Arvan, mungkin kejadiannya tidak akan serumit ini. Ara tak menyangka, rencananya yang tak ingin melihat Arvan kecewa karena kehilangan pekerjaanya, sekarang malah dia sendiri yang memberikan luka yang lebih pedih kepada Arvan.

Dengan langkah cepat Arvan meninggalkan acara, mencari mobilnya yang berada di parkiran. Kekasih hati yang selalu ia banggakan, berulang kali membuatnya merasakan kekecewaan yang mendalam. Arvan mengendarai mobilnya dengan serampangan, sesekali tangannya memukul- mukul setir kemudi, bahkan ia hampir menabrak seorang pengguna jalan. Arvan pun segera meminta maaf kepada orang yang hampir ditabraknya, dan melanjutkan perjalanan.

Sedangkan ditempat lain, Rizal menahan Ara yang hendak mengejar Arvan. Ara sudah merasa geram kepada Rizal, wajah Ara memerah, bahkan Rizal merasakan tangan Ara gemetar dan meremas lengannya dengan kuat, Rizal meringis menahan rasa sakit dilengannya.

Ara baru menyadari kehadiran orangtuanya dalam acara itu. Ia tidak tau jika mereka akan hadir, bahkan Ara sendiri dipaksa datang oleh Rizal. Fahri dan Rania duduk dimeja yang tak jauh dari stage, mereka terkejut mendengar penuturan Rizal yang menyatakan bahwa Ara adalah tunangannya. Ara melihat orangtuanya dengan pilu. Orangtuanya juga menatap Ara dengan tatapan yang tak bisa diartikan, ada kekecewaan yang mendalam terhadap puteri kesayangannya itu. Fahri memang diundang secara resmi oleh Ramli Atmadja yang tak lain pemilik perusahaan dan sahabatnya saat kuliah dulu. Fahri tidak tahu saja kalau Ramli pernah bertemu dengan puteri sematawayangnya itu.

Fahri dan Rania berpamitan kepada Ramli, mereka meninggalkan acara lebih awal.

"Ram, maaf.. Isteriku mendadak tidak enak badan. Sepertinya kami harus permisi pamit pulang." pamit Fahri membohongi Ramli.

"Ko bisa mendadak sakit? Tadi baik- baik saja. Ajak aja isterimu istirahat dulu! Ada ruangan khusus diatas, siapa tahu bisa baikan. Sayang sekali, acaranya belum selesai." bujuk Ramli. Rencana ingin membicarakan tentang hubungan anak- anaknya, terpaksa ia urungkan karena isterinya Fahri mendadak sakit dan ingin segera pulang.

"Tidak usah, terimakasih.. Kami pamit pulang saja." Fahri tetap pada pendiriannya yang ingin segera pulang, walaupun ia sangat penasaran dengan situasi yang terjadi dihadapannya. Namun ia memilih untuk mendengar penjelasan dari anaknya sendiri, bukan dari orang lain. Fahri yakin Ara mempunyai alasan atas sikapnya hari ini. Ramli pun merasa ada yang aneh dari tingkah sahabatnya itu, tiba- tiba saja isterinya mendadak sakit setelah menyaksikan kata sambutan dari Rizal yang menyatakan bahwa Ara puterinya adalah tunangan Rizal.

Setelah acara selesai, Rizal mengantarkan Ara pulang kerumahnya. Walaupun Ara sudah menolak untuk diantar, namun bukan Rizal namanya jika tidak bisa memaksa.

Brakk...

Ara menutup pintu mobil mewah Rizal dengan sangat keras. Ia tidak menghiraukan Rizal yang memanggilnya.

"ARA.. " panggil Rizal.

Ben yang melihat tuannya diabaikan, berinisiatif akan mengejar Ara. Namun Rizal menahan aksinya.

"Berhenti Ben, jangan dikejar." seringai licik mengembang diwajah tampan miliknya. Ia merasa rencananya hampir berhasil.

"Baik tuan."

Ara bergegas mengganti pakaiannya, dengan pakaian casual. Disambarnya ponsel dan kunci mobilnya, dengan tergesa- gesa Ara menuruni tangga. Hampir saja ia terjatuh dari tangga. Fahri yang sejak tadi menunggu Ara pulang, mendesak Ara untuk memberinya penjelasan. Namun Ara tak menghiraukannya, ia rasa masalahnya kali ini sudah fatal, dan harus segera menyelesaikannya dengan Arvan.

"Ara, jelaskan sama papa, apa yang terjadi di acara tadi?" desak Fahri. Fahri mengikuti Ara yang berlari kearah pintu. "Kamu mau kemana malam- malam begini?" tanya Fahri.

"Pa, maafin Ara. Nanti Ara jelasin, sekarang Ara mau nyusul Arvan dulu." jelas Ara.

"Tapi sayang ini sudah malam." ucap Rania cemas.

"Ara cuma sebentar ko mah. Pah, tolong izinin Ara yah," rengek Ara pada Fahri. Fahri tak kuasa melihat anaknya yang sedang kebingungan pun menyetujui keinginan Ara. Rania pun cemas dibuatnya.

Ara melesat melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Disambungkannya panggilan telepon dengan bluetooth yang terhubung kemobilnya. Setelah beberapa kali mencoba menghubungi nomor Arvan, namun tak kunjung ada jawaban. Ara semakin merasa panik, ia takut kali ini tak bisa menjelaskannya kepada Arvan.

Ara telah sampai didepan rumah Arvan, namun ia tak berani turun dari mobil, apalagi untuk mengetuk pintu rumah Arvan. Ia masih punya kesadaran dan juga rasa malu, apa kata orangtua Arvan nanti, jika malam- malam seorang gadis berkunjung. Ara hanya bisa terus menghubungi Arvan lewat telepon, walaupun Arvan tak kunjung menjawab panggilannya. Ara menatap kearah kamar Arvan yang sudah nampak gelap, tak terasa Ara meneteskan air mata. Ara yang selalu tegar dalam menghadapi masalah, kini ia menjadi lemah karena takut kehilangan Arvan.

"Maafin aku Van.." gumam Ara.

Sebuah mobil berhenti dibelakang mobil milik Ara, tanpa ia sadari pemilik mobil itu memperhatikan Ara dari dalam mobil. Malam semakin larut, Ara sudah merasa lelah sampai ia terlelap sambil duduk didalam mobil, dan menundukan kepalanya diatas setir kemudi.

Fahri yang merasa cemas kepada puterinya, yang sudah berjam- jam pergi meninggalkan rumah, namun tak kunjung pulang. Ia pun segera menghubungi orang kepercayaannya untuk melihat keadaan Ara.

Kepercayaan Fahri tiba di depan rumah Arvan, ia melihat mobil milik anak majikannya. Kemudian mendekatinya dan melihat kondisinya, setelah dirasa aman ia langsung melaporkannya via sambungan telepon. Ia juga melihat mobil lain terparkir tidak jauh dari mobil Ara, lalu dilihatnya mobil itu, ternyata kekasih majikannya yang berada di dalam mobil. Arvan mengisyaratkan kepada orang suruhan Fahri untuk tetap diam, dia pun mengerti.

"Tuan, nona Ara baik- baik saja, masih diam didalam mobil." lapor sang bodyguard via sambungan telepon selularnya.

"Bagus, cukup awasi dia dari kejauhan. Pastikan Ara aman." titah Fahri.

"Baik tuan, sesuai perintah anda." akhirnya mereka mengakhiri percakapan teleponnya.

...***...

Ara merasakan linu dan pegal disekujur tubuhnya, dia pun menggeliat. Ara barusaja menyadari bahwa dirinya saat ini sedang berada di dalam mobil, matahari sudah terlihat di ufuk timur, bahkan ia melewatkan sholat subuhnya. Seketika Ara membuka pintu mobilnya, dan berlari memasuki pekarangan rumah Arvan. Diketuknya pintu rumah Arvan dengan tergesa- gesa.

Tok tok tok

"Bu.. Assalamu'alaikum bu.." teriak Ara. Tak berselang lama ibu Nissa datang membuka pintu.

Ibu Nissa terkejut melihat Ara yang masih berantakan, pagi- pagi sudah menggedor pintu rumahnya.

"Sayang, ada apa? Pagi- pagi sudah kesini." tanya Nissa penasaran.

"Maaf bu Ara ganggu, Arvan nya ada bu, sudah bangun belum, Ara boleh ketemu sama Arvan?" rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Ara.

"Sayang ayo masuk dulu, ayo kita bicara didalam." ajak Nissa. Diajaknya Ara kedalam rumah dan mendudukannya di kursi ruang tamu.

"Ada apa sayang, ayo cerita sama ibu." Nissa merasa ada sesuatu yang terjadi antara Ara dan puteranya, jika tidak untuk apa Ara datang pagi- pagi sekali kerumahnya.

"Ara cuma mau bicara sama Arvan bu," tutur Ara.

"Maaf sayang, tapi Arvan sudah pergi sejak subuh tadi. Memangnya Arvan nggak bilang sama kamu?" jelas Nissa. Ara terkejut mendengar penuturan ibu Nissa, ia tak menyangka Arvan akan secepat itu menghindari dirinya.

"Nggak ada masalah apa- apa kan sama kalian"? tanya Nissa lagi.

"Nggak ko bu.. Kalau gitu Ara pamit dulu, bicaranya nanti aja kalau Arvan udah pulang."

"Kamu juga nggak tahu kalau Arvan nggak akan pulang dalam waktu dekat ini, Nak..?"

Tubuhnya terasa lemas mendengar penuturan Nissa. Pasalnya ia memang tidak tahu sama sekali tentang kepergian Arvan.

"Arvan bilang ia dipindahkan ke cabang perusahaan yang ada di kota Bandung. Hanya itu yang ibu tahu nak, Arvan tidak bilang apa- apa lagi." tutur Nissa.

"Ya sudah bu, kalau begitu Ara permisi dulu." pamit Ara hendak berdiri keluar rumah, namun Nissa memanggilnya lagi.

"Sayang.. tunggu sebentar!" panggil Nissa.

"Arvan menitipkan sesuatu untuk kamu nak.. Ayo ikut ibu ke kamar Arvan." ajak Nissa.

"Memangnya tidak apa- apa Ara masuk ke kamar Arvan?" tanya Ara heran.

"Ga papa ko, kan ada ibu.." jawab ibu lembut.

Ara tak kuasa menahan air matanya, ketika ia melihat sesuatu yang tergeletak di atas nakas di samping tempat tidur Arvan. Memang benar kata pepatah, penyesalan tidak akan datang lebih dulu. Itulah yang Ara rasakan saat ini, menyesal tidak akan merubah sesuatu yang sudah terjadi.

Episodes
1 1. MEMALUKAN
2 2. KAGET
3 3. SIAPA LAGI?
4 4. HARI YANG SIAL
5 5. KARMA
6 6. MODUS
7 7. LUPA
8 8. KESAL
9 9. SYILA YANG JAHIL
10 10. PERGI KE PESTA
11 11. MABUK
12 12. MABUK 2
13 13. GILA
14 14. MAKAN MALAM
15 15. PERTEMUAN
16 16. RENCANA JAHAT
17 17. SHOCK
18 18. PENYESALAN
19 19. KEPUTUSAN
20 20. MASA LALU YANG KELAM
21 21. APA KAMU MENGENALNYA?
22 22. BERTEKAD
23 23. SYILA MERAJUK
24 24. REAKSI ANEH
25 25. MASALAH BERUNTUN
26 26. PANIK
27 27. KESEMPATAN
28 28. CEMBURU
29 29. HUKUMAN
30 30. KEJUTAN PAGI
31 31. NYAMAN
32 32. MALU SETENGAH MATI
33 33. SEKERTARIS BARU
34 34. GADIS GENIT
35 35. BERHARAP
36 36. KANGEN
37 37. CALON ISTERI
38 38. ORANGTUA SYILA
39 39. NGGAK PEKA
40 40. TERLUKA
41 41. PERMINTAAN AYAH
42 42. HUJAN
43 43. JANGAN SALAH PAHAM
44 44. ARA MENGHILANG
45 45. BALAS DENDAM
46 46. BAHAGIA
47 47. MEMAAFKAN
48 48. AKHIR HIDUP
49 49. DOA
50 50. TINGKAH KONYOL
51 51. KENYATAAN PAHIT
52 52. FIRASAT BURUK
53 53. INGIN PULANG
54 54. PAHLAWAN
55 55. GALAU
56 56. MENCARI ALASAN
57 57. MEMBUJUK
58 58. BUKAN MIMPI
59 59. ALASAN
60 60. MENENANGKAN HATI
61 61. PILIHAN SULIT
62 62. JANJI YANG MENYAKITKAN
63 63. SELAMAT TINGGAL
64 64. LELUCON
65 65. DASAR BODOH
66 66. LAKI-LAKI YANG KEJAM
67 67. SUGAR DADDY
68 68. PENGKHIANATAN
69 69. MERINDUKANMU
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. MEMALUKAN
2
2. KAGET
3
3. SIAPA LAGI?
4
4. HARI YANG SIAL
5
5. KARMA
6
6. MODUS
7
7. LUPA
8
8. KESAL
9
9. SYILA YANG JAHIL
10
10. PERGI KE PESTA
11
11. MABUK
12
12. MABUK 2
13
13. GILA
14
14. MAKAN MALAM
15
15. PERTEMUAN
16
16. RENCANA JAHAT
17
17. SHOCK
18
18. PENYESALAN
19
19. KEPUTUSAN
20
20. MASA LALU YANG KELAM
21
21. APA KAMU MENGENALNYA?
22
22. BERTEKAD
23
23. SYILA MERAJUK
24
24. REAKSI ANEH
25
25. MASALAH BERUNTUN
26
26. PANIK
27
27. KESEMPATAN
28
28. CEMBURU
29
29. HUKUMAN
30
30. KEJUTAN PAGI
31
31. NYAMAN
32
32. MALU SETENGAH MATI
33
33. SEKERTARIS BARU
34
34. GADIS GENIT
35
35. BERHARAP
36
36. KANGEN
37
37. CALON ISTERI
38
38. ORANGTUA SYILA
39
39. NGGAK PEKA
40
40. TERLUKA
41
41. PERMINTAAN AYAH
42
42. HUJAN
43
43. JANGAN SALAH PAHAM
44
44. ARA MENGHILANG
45
45. BALAS DENDAM
46
46. BAHAGIA
47
47. MEMAAFKAN
48
48. AKHIR HIDUP
49
49. DOA
50
50. TINGKAH KONYOL
51
51. KENYATAAN PAHIT
52
52. FIRASAT BURUK
53
53. INGIN PULANG
54
54. PAHLAWAN
55
55. GALAU
56
56. MENCARI ALASAN
57
57. MEMBUJUK
58
58. BUKAN MIMPI
59
59. ALASAN
60
60. MENENANGKAN HATI
61
61. PILIHAN SULIT
62
62. JANJI YANG MENYAKITKAN
63
63. SELAMAT TINGGAL
64
64. LELUCON
65
65. DASAR BODOH
66
66. LAKI-LAKI YANG KEJAM
67
67. SUGAR DADDY
68
68. PENGKHIANATAN
69
69. MERINDUKANMU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!