Seminggu telah berlalu, tiba saatnya untuk Ara pergi menghadiri acara resepsi pernikahan Alina. Pesta akan dimulai pukul 19.00 malam. Di hotel Golden, hotel mewah berbintang 5 yang berada dikotanya.
Ara mempersiapkan diri sebelum menghadiri pesta, ia pergi ke salon untuk melakukan perawatan tubuh dan rambutnya. Setelah Ara selesai dengan kegiatannya, ia langsung pulang kerumahnya. Ara akan pergi bersama Arvan, ia pun segera menghubunginya lewat sambungan telepon.
Tutt tutt
"Hallo sayang?"
"Hallo, kamu nggak lupa kan hari ini kamu nemenin aku pesta pernikahan mbak Alina?" tanya Ara
"Tentu saja aku ingat, maaf aku nggak bisa nemenin kamu ke salon dulu."
"Nggak apa-apa ko. Nanti kamu jemput aku yah, awas jangan kemaleman!"
"Ya, sayaang.."
"Paketnya udah kamu terima?"
"Terimakasih, kamu udah repot-repot pilihin aku baju."
"Emmhh.. biasa aja, udah ya. Bye."
Syila tiba-tiba masuk ke kamar Ara, mencengkram bahu Ara dari belakang. "Duaarr.." Syila membuat Ara kaget. "Eeh monyong." kaget Ara. "Ha..ha.." Syila tertawa terbahak. "Cantik-cantik ko monyong" ejek Syila. "Asyil kamu mau bikin aku gagal jantung ya?" kesal Ara. Syila tidak bisa berhenti tertawa,
"Kamu ganggu ketentraman hidup gue aja, tau nggak?"
"Ara sayangku, adikku yang cantik. Aku bukan ganggu kamu, tapi menghiburmu." tutur Syila sambil mengacak-acak rambut Ara yang baru saja di treatment, "ASYILLL" teriak Ara mengejar Syila yang kabur ke kamarnya.
"Asyil, dasar cewe kurang setengah ons. Awas kau!" ancam Ara sambil menggedor-gedor pintu kamar Syila.
"Apa kamu bakalan kena stroek, kalo sehari aja nggak ganggu aku?" kesal Ara.
Ara kembali ke kamarnya dengan wajah kesal, ia melihat pantulan dirinya dicermin. Rambut yang sudah tertata rapi kini sudah jadi berantakan gara- gara ulah Syila. Akhirnya Ara merapikan rambutnya lagi.
Setelah menunaikan shalat magrib, Arvan menjemput Ara dirumahnya. Ara sudah selesai berdandan tanpa bantuan orang lain, Arvan terkesima melihat penampilan Ara yang terlihat sangat cantik malam ini.
"Ehhmm.." suara Ara menyadarkan Arvan dari lamunannya. Arvan seketika membuang tatapannya ke arah lain, ia merasa malu pada Ara.
"Apa kamu melihat hantu, kenapa kamu bengong?" tanya Ara
"Mmhh.. abis hantunya cantik banget sih. Kamu udah siap?"
"Oh.. jadi kemaren- kemaren aku biasa aja?" goda Ara.
"Nggak juga, tapi malam ini kamu saangatt cantik." puji Arvan.
"Maaf ya, aku nggak ada recehan."
"Pantas saja kamu bengong, kaya baru pertama kali liat cewe cantik. Matamu hampir saja keluar, untung air liurmu nggak netes." ejek Ara.
Arvan hanya tersenyum pada Ara, "Nggak papa kan kalau pakai mobil aku?" tanya Arvan.
"Nggak papa, emangnya kenapa? asal jangan mogok ditengah jalan aja."
"Ya, berdo'a aja sebisamu supaya mobilnya nggak mogok. Hhehe, Aku takut aja kamu malu jalan sama aku. Mobil aku kan biasa aja." ujar Arvan.
"Mulai lagi deh, kalau kamu mau pake mobil aku aja. Udah jangan kebanyakan drama, nanti kemaleman." ajak Ara.
Setelah mereka pamitan pada orang tua Ara, akhirnya mereka pergi ke pesta dengan menaiki mobil Arvan.
Mobil yang mereka tumpangi kini telah tiba didepan hotel Golden, tempat resepsi pernikahan Alina. Ara dan Arvan memasuki lobi hotel. Setelah mendapat arahan dari resepsionis, mereka memasuki ballroom hotel yang diberi tanda bertuliskan pernikahan Alina dan David. Ara memberikan kartu undangan pada seorang penjaga yang berada didepan ruangan.
Ballroom hotel yang luas dan langit- langit yang tinggi dengan dekorasi terkesan mewah dan glamour, membuat siapa saja merasa nyaman. Pilar pilar berukuran besar, dengan swarovski, serta berbagai bunga, yang menghiasi pelaminan. Dari area masuk, lounge, dan pojok- pojok ruangan dengan warna gold berpadu dengan warna merah mendominasi ruangan.
Ara masuk ke ballroom hotel, suara hentakan high heels yang Ara kenakan seolah mengalihkan perhatian semua tamu undangan yang hadir. Semua mata tertuju padanya, mereka penasaran kepada sepasang sejoli yang baru saja datang. Pasangan yang terlihat serasi.
Ara terlihat cantik dengan floor- length drees yang ia kenakan, gaun panjang berwarna navy tanpa lengan dengan taburan gliter dileher menghiasi gaunnya. Rambut panjang dan sedikit curly yang dibiarkan tergerai ke belakang. High heel berwarna silver dan tas tangan berwarna senada melengkapi penampilannya, membuat penampilan Ara terlihat sangat sempurna.
Arvan juga terlihat sangat tampan dengan balutan jas berwarna senada dengan pakaian yang dikenakan Ara, dan kemeja putih juga dasi yang berwarna navy. Ara merangkul lengan Arvan, berjalan menuju pelaminan untuk memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai. Tidak mereka sadari sepasang mata sedang memperhatikan mereka berdua.
Ara menyalami dan memberi pelukan pada Alina, Alina terlihat sangat bahagia.
"Nona Ara, terimakasih telah menghadiri undanganku." ucap Alina.
"Sama- sama mbak."
"Kenalin ini David, sekarang suami mbak." jelas Alina dengan malu- malu.
Ara dan Arvan berjabat tangan dengan David. "Hai, selamat ya." ucap Ara pada David.
"Apakah yang datang bersamamu adalah pacar nona?" tanya Alina penasaran.
Ara dan Arvan hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Alina.
"Jadi apa tak akan lama lagi aku akan menerima undangan dari kalian?" tanya Alina lagi.
"Do'akan saja yang terbaik mbak." jawab Arvan. Ara menatap Arvan dengan lekat.
"Nona Ara, kamu cantik sekali. Kenapa kamu mengalahkan penampilanku malam ini? Malam ini kan aku ratunya." jujur Alina.
Mereka tertawa mendengar apa yang baru saja dikatakan Alina. Hingga seseorang mendekati mereka dari belakang.
"Hai kak, kau sudah sampai?" tanya Alina pada seseorang yang baru saja datang. Ara dan Arvan berbalik melihat siapa orang yang disapa Alina. Alangkah terkejutnya Ara dan Arvan, "Pak Rizal" gumam Ara dan Arvan, mereka saling menatap.
Penampilan Rizal tak kalah memukau dari Arvan, Rizal terlihat sangat tampan dengan balutan jas berwarna Abu yang dikenakannya. Apalagi semua barang yang dipakai Rizal adalah barang- barang branded, tentu saja karena Rizal adalah orang kaya. Arvan semakin minder dibuatnya.
Rizal mendekati Alina, memeluk dan memberi ucapan selamat pada Alina dan David. Sementara Ara dan Arvan masih mematung ditempatnya.
"Nona Ara kenalkan ini kak Rizal sepupuku." tutur Alina.
"Hai.. nona Ara, kau juga datang?" sapa Rizal.
"mmhh.." jawab Ara menganggukan kepalanya. Arvan tak melepaskan pandangannya dari Ara, tiba- tiba ada rasa khawatir yang timbul dalam benaknya..
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Alina.
"Tidak"
"Iya" jawab Rizal dan Ara bersamaan.
Alina dan Arvan menatap keduanya dengan tatapan heran, kenapa jawaban mereka berbeda.
"Apa kau sudah lupa padaku nona?" tanya Rizal.
"mmhh.. bukan begitu maksudku." jawab Ara terbata.
"Jadi..?" Rizal bingung dibuatnya.
"Maaf Pak Rizal, saya permisi dulu." "Mbak Alina, sekali lagi selamat ya. Semoga pernikahan kalian langgeng dan Samawa. Saya permisi." ujar Ara.
"Kenapa buru- buru?" heran Rizal.
"Masih banyak yang mengantri dibelakang, ingin memberi ucapan selamat pada kedua mempelai." jelas Ara sambil menarik tangan Arvan, Ara berusaha menghindari Rizal.
"Nona Ara tunggu." panggil Rizal.
Ara mengabaikan panggilan Rizal, ia takut jika Arvan salah faham. Arvan menatap Ara dengan berbagai macam pertanyaan dalam benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Perjuangan cinta Tuan Muda
10 jempol lg dariku kak. semangat, dari asisten pribadi tuan muda
2021-05-24
1