Arvan hanya tertunduk lesu seakan sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini. Ara merasa kesal kepada laki laki yang baru saja datang menghampirinya. Sadar akan perubahan sikap Arvan, Ara pun berdiri sambil menarik tangan Arvan hendak beranjak dari cafe, bahkan mereka belum menghabiskan makanannya. Tapi orang yang baru saja datang, laki laki yang bernama Rizky mencekal tangan Ara.
"Sayang, mau kemana? kok aku samperin kamu malah pergi? tanya Rizky heran.
"Sayang, sayang, pala lu peang." ujar Ara sambil berlalu pergi menarik tangan Arvan meninggalkan Rizky disana.
Saat Ara akan menarik handle pintu cafe, Arvan menghentikan langkahnya. Ara merasa gugup, ia diam sejenak sebelum menoleh pada Arvan, "Apa Arvan marah?" batin Ara.
Lalu Ara membalikan badannya kearah Arvan, "Ke..kenapa?" tanya Ara terbata.
"Mmh.. aku belum bayar." jawab Arvan sambil tersenyum.
"Oh.." Ara mengusap dadanya merasa lega dengan jawaban Arvan.
"Aku tunggu di mobil ya." ujar Ara
"Ok!!" Arvan berjalan kearah meja kasir dan membayar tagihannya.
Rizky hanya mematung ditempatnya, "Berani-beraninya Ara mempermainkan ku." batin Rizky
Rizky merasa malas jika ia harus mengejar Ara, walaupun ia merasa sakit hati padanya. Namun percuma saja jika dia mengejarnya, Ara gadis yang keras kepala. Rizky adalah laki laki yang baru dua bulan menjadi pacar Ara, mungkin tak lama lagi Rizky akan dipecat dari daftar laki laki yang pernah dekat dengannya.
Didalam mobil Ara merasa tidak enak terhadap Arvan, Ara mencari celah untuk memulai pembicaraan dengannya, "Arvan?" panggil Ara.
"Emhh.."
"Emhh.. tadi itu hanya.. " ucapan Ara menggantung di udara.
Belum selesai Ara menjelaskan Arvan menyela perkataan Ara. "Temen?" sambung Arvan. Ara seketika terdiam mendengar ucapan Arvan.
"Sudahlah ayo kita jalan! gimana kalau kita nonton film sekarang?" ajak Arvan. Arvan memang pintar menyembunyikan emosinya.
Ara tersenyum mendengar ajakan dari Arvan, itu berarti Arvan tidak marah padanya. Mungkin itulah yang Ara sukai dari sikap Arvan yang santai dan tidak pernah membuatnya repot. Arvan melajukan mobilnya menuju bioskop yang berada di Senayan city, salah satu mall ternama Jakarta. Mall yang kini sudah ramai dipadati orang-orang dari berbagai kalangan, mulai dari balita sampai orang tua, karena hari ini adalah akhir pekan.
Arvan menyuruh Ara menunggunya di bangku yang berada didalam mall. Dia segera membeli tiket, sengaja memilih genre romantis, berharap Ara akan bermanja-manja padanya. Hanya memikirkannya saja sudah membuat Arvan senyum-senyum sendiri. Ia juga membeli popcorn dan minuman bersoda, untuk camilan saat mereka sedang menonton film. Ara hanya duduk memperhatikan Arvan, ada rasa iba terlintas dibenak Ara karena dirinya selalu membuat Arvan kecewa.
Saat Ara sedang menunggu Arvan dikursi yang tak jauh dari food court mall, Ara melihat ada Gian berjalan menuju kearahnya. Ara jadi salah tingkah dibuatnya, tanpa fikir panjang Ara menyambar brosur yang tergeletak disamping tempat duduknya. Ara menutupi wajahnya dengan brosur itu, berharap Gian tak bisa melihatnya. Tapi sayang Ara terlambat bertindak, Gian lebih dulu melihat Ara.
"Ara" sapa Gian.
Ara terpaksa menurunkan brosur yang menghalangi wajahnya sampai pangkal hidungnya, kini hanya mata indahnya yang terlihat sedang mengintip dari balik brosur. Gian adalah laki laki yang baru dikenal Ara dua minggu yang lalu. Mungkin Gian sedang mendekati Ara, karena setelah dua minggu perkenalan mereka, Gian selalu mengajak Ara jalan.
Ara hanya tersenyum kikuk pada Gian,
"Ara, kamu kesini sama siapa?" tanya Gian penasaran.
"Mmh... shiit." Ara mengumpat dalam hati.
Belum sempat Ara menjawab pertanyaan Gian, Arvan sudah menghampirinya memasang wajah datarnya, dengan makanan dan minuman dikedua tangannya.
"Ara, kamu ngapain?" tanya Arvan heran.
"Mmh.. aku lagi liat-liat brosur makanan, Van." jawab Ara dengan mulut yang bergetar. Arvan dan Gian menatap Ara heran.
Melihat reaksi wajah Arvan dan Gian yang sama-sama mengeryitkan dahinya, Ara pun menjadi penasaran.
"Kalian, kenapa?" tanya Ara
"Baca ko kebalik," jawab mereka bersamaan. Arvan dan Gian saling membuang tatapannya kearah berlawanan.
"Ada orang baca kebalik, depan jadi belakang, atas jadi bawah. Bilang aja lagi ngumpet. Brosur alat olahraga dibilang brosur makanan pula." gerutu Arvan yang masih terdengar ditelinga Ara. Ara yang merasa malu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Siapa lagi?" batin Arvan. Ia berjalan memasuki ruangan bioskop meninggalkan Ara dan Gian, bahkan Arvan tak menghiraukan panggilan Ara. "Arvan" panggil Ara, Arvan terus saja melangkahkan kakinya tanpa berniat menunggu Ara.
"Gagal sudah rencana ku." gumam Arvan dalam hati. Kini Arvan sudah terlanjur badmood.
Akhirnya Ara berhasil mengejar Arvan, ia mendudukan tubuhnya disamping kursi yang diduduki Arvan. Didalam ruangan yang besar dan gelap dengan kursi yang tersusun rapi memenuhi ruangan, terlihat beberapa orang telah mengisi sebagian kursi. Ara berniat menjelaskan lagi, siapa laki laki yang menghampirinya. Barusaja Ara membuka mulutnya Arvan sudah mendahului ucapannya.
"Hanya temen kan?" ucap Arvan melirik ke arah Ara dengan senyum yang dipaksakan. Ara hanya menundukan wajahnya, dan memainkan jari tangannya yang saling bertautan. Ia bingung harus mencari alasan apa lagi.
Sementara diluar gedung bioskop, Gian mendudukan tubuhnya dikursi yang sempat diduduki Ara. Matanya masih tak berpaling dari Ara, sampai Ara menghilang di balik pintu ruangan bioskop. "Siapa dia, apa dia pacarnya? aku pikir Ara belum punya pacar," batin Gian.
Netra Arvan menatap layar bioskop, namun tidak dengan fikirannya. Arvan melamun, fikirannya sibuk berkelana entah kemana. Ara mengeluarkan ponsel disaku celananya, untuk melihat pesan yang diterimanya tadi pagi.
flashback on
Saat di mobil,
Tring,
Gian : Ara lagi ngapain?
Ara : duduk (ya emang lagi duduk di mobil)
Gian : Jalan yuk! ajak Gian
Ara : kapan?
Gian : sekarang😊
Ara : ga bisa sekarang
1 pesan belum dibaca
Gian : Ara aku lagi di mall Senayan city, kalau kamu mau datang aku bisa jemput!
Saat di cafe
Tring
Rizky : sayang... Ara,
Ara : mhh..
Rizky : aku kangen, ketemu yuk! kamu lagi apa? 😘
Ara : makan
Rizky : dimana?
Ara : cafe xx
Ara belum sempat membaca balasan dari Rizky, ponselnya sudah Ara simpan diatas meja. Ara juga mengubah nada ponselnya menjadi mode silent, Ara fokus menerima suapan dari Arvan.
1 pesan belum dibaca
Rizky : yang, kebetulan aku lagi deket cafe xx. aku sekarang kesana ya?
Dan masih banyak lagi pesan masuk dari laki laki lain, yang sudah enggan dibaca Ara.
flashback off
"PANTESAN, aku cari penyakit dengan kecerobohan ku sendiri. sial.." batin Ara.
Setelah film selesai, mereka memutuskan untuk mengantar Ara kembali pulang ke rumahnya. Sejak kejadian tadi Arvan jadi lebih banyak diam dan tak banyak bicara, ia merasa sangat kesal pada Ara. Harapannya ingin menghabiskan momentum hari ini berdua bersama Ara, semuanya berakhir berantakan.
Mobil yang ditumpangi Ara dan Arvan telah memasuki gerbang rumah Ara, dan berhenti di pelataran rumahnya. Belum ada yang mengeluarkan suara, Ara pun tak kunjung keluar dari dalam mobil. Merasa tak ada pergerakan, Arvan menoleh kearah Ara.
"Kenapa?" tanya Arvan.
"Mmh.. kamu marah? dari tadi diem terus?" jawab Ara.
"Menurut kamu?" Arvan yang merasa kesal malah balik bertanya.
"Arvan" panggil Ara.
Arvan hanya diam tak berniat menjawab panggilan Ara, walaupun sudah beberapa kali Ara memanggilnya, namun Arvan tetap tidak menghiraukannya dan sampai pada akhirnya.
"Sayang.." panggil Ara sambil tersenyum manis kearah Arvan. Kata-kata yang jarang terlontar dari mulutnya, panggilan yang ingin sekali Arvan dengar dari mulut Ara. Hari ini Arvan puas mendengar panggilan sayang untuk dirinya, ia segera menolehkan wajahnya menatap Ara sambil melebarkan senyumnya.
"Udah ga marah kan? Sekarang kamu pulang ya!" ujar Ara sambil turun dari mobil, dan berjalan kedalam rumahnya. Senyuman lebar Arvan seketika memudar, berganti dengan raut wajah yang ditekuk. Ara berhasil mematahkan semangat Arvan, Ara malah meninggalkannya begitu saja, bahkan Ara tak memintanya untuk mampir.
Hati yang melambung tinggi, kini terhempas sampai akhirnya hancur lagi. Begitulah kira-kira, Ara yang selalu membuat Arvan kecewa. Dan Arvan yang selalu kembali memaafkan Ara. Entah apa yang sebenarnya mereka rasakan..
"Dasar nggak peka." batin Arvan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Tita Dewahasta
astaga ara gebetannya banyak bener😂😂😂😂cewek metal🤟🤟
2021-04-13
0