Ara mendengar ada keributan dari balik pintu ruangannya, membuat ia kembali tersadar dari lamunannya. Namun ia tak bergeming, tetap setia dengan posisi duduknya, menundukan badan dan meletakan kepala beralaskan kedua tangannya diatas meja kerja. Bahkan ia tidak ingin repot- repot mencari tahu apa yang sedang terjadi diluar, karena ia terlalu malas. Beberapa hari ini Ara memang tidak bisa fokus dalam pekerjaannya.
Seseorang masuk keruangannya, dan membuka pintu dengan kasar.
"Ma..af mbak, bapak ini memaksa ingin masuk.." jelas Emma pegawai Ara yang menyesal karena tidak bisa mencegah orang itu, padahal Ara sudah mewanti- wanti agar tidak membiarkan siapa pun menemuinya.
Dengan malas Ara bangkit, dan melihat siapa orang yang berani sekali mengganggunya. Ara pun tak begitu terkejut, ketika melihat siapa orang yang ada dihadapannya. Dia tahu betul siapa makhluk yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan segala hal yang diinginkannya.
Emma segera keluar dari ruangan yang seketika mencekam, dan meninggalkan dua insan yang seakan memancarkan aura kegelapan. "Untuk apa kamu kesini? Aku malas bermain akting lagi denganmu." ketus Ara mendelik sebal pada Rizal.
Laki- laki itu mendekat menghampiri Ara, namun Ara berusaha menjaga jarak darinya. "Sayang.. Ada apa denganmu? Dari tadi aku sudah berkali- kali menghubungimu, tapi kamu tidak menjawabnya, terpaksa aku datang menemuimu." tanya Rizal dengan gaya manja mengejek Ara.
"Aku tidak mau bertemu denganmu!" ujar Ara seraya melangkahkan kakinya menjauhi Rizal, yang semakin dekat dengannya.
"Ohh.. Jadi kamu sudah siap, kalau kekasih kesayanganmu itu kehilangan pekerjaannya?" ancam Rizal, kata- kata yang selalu sukses membuat Ara menjadi tidak berdaya.
Ara yang sengaja menghindari tatapan Rizal, dengan mengalihkan penglihatannya ke arah dinding kaca. Sontak ia berbalik dan menatap wajah Rizal dengan tajam, saat mendengar ancaman yang kembali dilayangkan Rizal padanya. Lidahnya terasa kelu, tak mampu menjawab perkataan Rizal. Ia merasa sudah kehabisan kata- kata.
"Ikut denganku, jika kamu masih ingin semuanya baik- baik saja. Aku akan menunggumu dibawah." seru Rizal. Rizal pun meninggalkan Ara yang masih terpaku ditempatnya, ia yakin jika Ara tidak akan menolak keinginannya.
Benar saja, selang beberapa menit, Ara sudah datang menghampirinya. Tanpa berbasa- basi, Ara langsung mendudukan dirinya di samping Rizal, yang sudah lebih dulu berada di dalam mobil mewahnya. Rizal hanya menatap Ara dengan seringai liciknya, bahkan supir yang melihat tingkahnya dari balik spion dibuat merinding.
Aldi dan karyawan lainnya, hanya melihat drama kepergian Ara dari balik pintu kaca. Aldi yang mengetahui duduk permasalahannya, tidak bisa berbuat apapun. Ia merasa iba pada kisah cinta Ara, yang tak lain atasan dan sahabatnya itu.
Mobil yang ia tumpangi kini telah sampai dan terparkir cantik didepan butik paling bagus di kotanya. Ara malas sekali bertanya pada Rizal untuk apa mereka datang kesini. Padahal Ara telah miliki butik sendiri, yang tak kalah bagus dari butik yang mereka kunjungi saat ini.
"Kenapa dia membawaku kemari? Kira- kira apa rencananya kali ini?" batin Ara.
Mereka memasuki butik ternama itu. Rizal menarik tangan Ara dengan paksa, Ara meringis kesakitan.
"Rizal, lepasin tanganku!!" pinta Ara seraya menghempas tangannya.
"Jangan salahkan aku berbuat kasar, kamu yang lebih dulu melanggar kontrak." bentak Rizal.
"Aku ingin mengakhiri kontrak konyol itu denganmu sekarang juga." sentak Ara.
"Tak semudah itu sayangg..."
"Cepat, lakukan tugas kalian!!" titah Rizal kepada para pelayan yang berada disana. Sementara Ara hanya kebingungan, ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Dan Rizal menunggu dikursi ruang tunggu VIP.
"Baik tuan.." jawab santun sang manager.
Para pelayan menuntun Ara masuk keruangan, Ara hanya menurut pasrah. Kemudian para pelayan membagi tugas, sesuai keahlian masing- masing. Setelah melalui waktu beberapa puluh menit, kegiatan mendandani Ara kini telah usai. Fikiran Ara yang sejak tadi berkelana entah kemana, bahkan tak menyadari kini penampilannya telah berubah. Paras yang memang sudah ayu, menjadi lebih indah dengan balutan dress panjang berwarna hitam tanpa lengan dengan hiasan swarovski di bagian dadanya, serta accesories lain yang semakin menunjang penampilannya menjadi lebih anggun. Satu kata untuk Ara perfect. Namun sayang wajah cantiknya tidak menampakkan kebahagiaan.
...***...
Mobil berhenti dipelataran gedung yang menjulang tinggi. Ara masih tertegun ditempatnya, ia masih bingung dengan situasi yang dialaminya saat ini. Ara tahu betul tempat apa yang sedang ia kunjungi saat ini. Sepanjang perjalanan tadi Rizal tak mengatakan apapun padanya. Rizal mengulurkan tangannya kepada Ara, Ara tak lantas meraihnya. Tangannya saling bertautan, perasaannya pun mulai tak karuan. Ara mendongak menatap Rizal, tersirat kekesalan dari sorot manik Rizal. Dengan terpaksa ia menuruti kehendak Rizal, kakinya enggan untuk melangkah. Ara gelisah, merasakan ada firasat buruk.
Kini Ara dan Rizal serta beberapa orang dibelakangnya telah berada tepat didepan sebuah pintu, mereka menuju sebuah ruangan yang berada di dalam gedung tinggi yang mereka pijak. "kreekk" seorang karyawan membukakan pintu, Rizal lebih dulu menarik tangan Ara dan merangkulkannya dilengan. Tatapan mengintimidasi membuat Ara tak bisa menolak. Mereka melangkah masuk keruangan yang luas dan minim pencahayaan, namun tiba- tiba lampu sorot mengarah kepada mereka.
prokk prokk prokk
Suara riuh tepuk tangan membuat Ara terkejut, hampir saja tubuhnya terkulai lemas, jika saja Rizal tidak mengeratkan gandengannya. Ingin rasanya ia berlari sejauh mungkin dari tempat ini. Netranya menatap nanar sosok yang paling ia cintai, yang berjarak hanya beberapa meter darinya.
flashback on
Hari sabtu kali ini Arvan akan menghabiskan waktu dikantornya, karena malam ini akan diadakan acara anniversarry ke 35 perusahaannya. Ia telah kembali bersemangat, rencananya setelah melaksanakan tugas dengan tim menyiapkan acara perusahaan ia akan menemui Ara sebagaimana usul dari Syila.
Berkat kerja keras Arvan dan tim, kini aula yang luas dan kosong telah disulap menjadi indah dengan dekorasi sederhana, beberapa meja bundar berbalut kain putih dikelilingi oleh kursi, tersusun rapi didalam ruangan itu. Tamu undangan pun telah ramai menikmati acara yang sedang berlangsung.
Pembawa acara mengumumkan bahwa sang pemimpin perusahaan akan memasuki ruangan dan memberi sambutan. Seketika pencahayaan yang terang benderang menjadi redup, hanya lampu sorot yang terarah keatas panggung.
"Kita sambut bintang malam ini, CEO GRUP JA Rizal Armaja."
prokk prokk prokk
Suara tepuk tangan menggema diseluruh ruangan.
Deg deg
Tak disangka tak diduga, orang yang datang bersama atasannya membuat Arvan SHOCK. Ara menggandeng lengan Rizal. Arvan menundukan wajahnya, dan kakinya melemas tak berdaya. Apalagi ketika Rizal mengatakan bahwa Ara adalah tunangannya saat menyampaikan kata sambutannya. Perih, jantungnya bagai tersayat pisau.
praangg..
Seseorang tak sengaja menjatuhkan sebuah gelas, membuat perhatian semua orang teralihkan kepada orang membuat keributan. Namun orang itu segera berlari keluar meninggalkan acara. Ternyata selain Arvan ada juga orang lain yang shock melihat kedekatan Rizal dan Ara.
"Untuk kesekian kalinya kau menoreh luka, luka yang dalam dihatiku. Kini aku tak sanggup melanjutkan permainan yang kau mulai. Cukup kau membuatku patah hati." Arvan.
Arvan beranjak pergi keluar meninggalkan tempatnya, padahal ia ditugaskan menjadi penanggungjawab pelaksana acara, seharusnya ia mengikuti jalannya acara tersebut sampai tuntas. Namun sebaliknya kini ia melalaikan tanggungjawabnya sebagai ketua tim.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments