Setelah kepergian Mayang ke kota Singkawang, Lie segera memilih memurnikan Pil, dia segera mengeluarkan Api abadi dan mulai memurnikan herbal.
Banyak herbal melayang ke udara dan di selimuti aura biru tipis dari Api Abadi di bawahnya. Tiap herbal dibakar dengan api berbeda, ini menunjukkan betapa kuatnya pengendalian Lie.
Saat berada di Kota Yazi, tanpa sengaja dia menemukan salah satu herbal langka, dan saat melakukan penyerapan, dengan teknik Kultivasi Jiwa, kekuatan Jiwanya meningkat sangat pesat.
Hampir dua jam akhirnya Lie menyelesaikan pembuatan Pilnya. Sebuah Pil Level dua pendobrak Kultivasi, dimana di dalam Pil tersebut terdapat kabut keemasan yang membuat pil itu memiliki kemurnian yang pekat.
Bila orang meminumnya, di pastikan akan langsung menerobos ranah yang lebih tinggi tanpa hambatan, layaknya seperti jalan tol bebas hambatan.
Setelah puas dengan Pil pertama, Lie melanjutkan memurnikan Pil yang lain. Dan berhasil kembali membuat delapan Pil kualitas tinggi, bola Alkemis lain tahu di pastikan mereka akan muntah darah atau terkena serangan jantung.
Saat matahari terbit, Lie menyelesaikan aktivitas nya dan mulai membersihkan diri. Tak lama, seorang pelayan penginapan pun datang untuk memberikan sebuah paket.
"Siapa yang mengirim paket ini?"
"Itu dari Rumah dagang Artefak, Tuan Muda." ujar pelayan itu dengan sopan.
Lie segera berjalan keluar penginapan, hari ini dia akan melanjutkan perjalanan. Kembali berpetualang, namun saat ini tidak ada Mayang yang menemani.
Setelah meninggalkan gerbang kota, Lie yang sedang menuntun kuda berpikir jika akan lebih efektif melanjutkan perjalanan dengan berlari, itu bisa melatih kekuatan fisik secara tidak langsung.
Berpikir seperti itu, Lie segera menyimpan kudanya, lalu menggunakan langkah Naga Kegelapan dan melesat ke arah barat kota. Arah itu adalah Ibukota Provinsi yang berjarak empat berlari hari jika menggunakan kuda, namun dengan kecepatan Lie sekarang, dia akan tiba dalam sepuluh hari.
Ketika sedang mendekati kaki gunung, sudut matanya menangkap sekelebat bayangan merah memasuki sebuah gua di sebuah tebing, dibawah lereng gunung.
Bentuk tebing itu hampir lurus dan menjorok ke atas, membuat siapapun pasti akan merasa kesulitan untuk memasukinya.
"Binatang apa itu, seperti burung namun mengeluarkan ekor api? Aku harus melihatnya keatas." batin Lie yakin akan bisa sampai dengan langkah Naga Kegelapan miliknya.
Setelah berhenti dibawah tebing, dia mengambil ancang-ancang dan melesat ke atas. Saat kecepatan lompatannya hampir menurun, dia mencengkram dinding tebing dan kakinya mencari titik tumpu.
Lie kembali melesat setelah mendapat pijakan, dan itu dilakukan secara berulang hingga akhirnya tiba di mulut gua.
Samar dirasakannya semilir angin yang mengandung ketajaman, yang dirasa dapat membelah batu. Juga terdapat sedikit hawa panas, membuat Api Abadi di dalam tubuhnya bergoyang, seperti merasakan sesuatu yang membuatnya bahagia.
Dari ingatan yang di dapat dari warisan leluhur, Lie mengetahui bahwa itu mengandung unsur angin, hanya saja Lie belum bisa memadatkan elemen angin, karena belum menemukan sumbernya.
Perlahan Lie masuk ke dalam gua, dengan mengedarkan persepsinya dia terus masuk menembus kegelapan gua. Tak berapa lama, terlihat warna samar merah membara di kedalaman gua.
Hawa panas dan hembusan angin pun terasa semakin kencang, Lie segera melapisi tubuhnya dengan energi Qi sehingga tidak terpengaruh.
Saat dia memasuki ruangan yang temaram dengan warna merah gelap membara, Lie tertegun. Di depannya terdapat semacam bekas danau yang lebar, disana dia melihat dua kerangka besar dengan posisi melingkar.
Satu kerangka berbentuk burung, sementara satunya berbentuk ular panjang dan di kepalanya, terlihat ada seperti dua tonjolan.
Di tengah-tengah keduanya terdapat sebuah pohon berukuran setengah centi. Bentuknya seperti pohon beringin.
Kerangka burung mengeluarkan panas samar dari tulangnya yang berwarna merah, sedangkan angin kencang yang berisi konsep angin keluar dari mulut kerangka ular.
Perlahan dengan langkah Naga Kegelapan dia melayang mendekati kedua kerangka. Saat dia dekat kerangka kepala, dia melihat ada dua kristal sebesar buah kelapa di atas rongga mata.
Yang satu berwarna putih susu, sementara yang satunya berwarna merah. Ketika Lie hendak melangkah ke kristal merah, tiba-tiba sebuah bayangan berwarna merah berbentuk burung, melesat kearahnya dari dalam kerangka.
"zirah dewa api." desis Lie seketika.
Tanpa pikir panjang, Lie segera mengeluarkan Api abadi untuk menutupi tubuhnya. Dia telah mengolah keterampilan pengendalian api yang di gabungkan dengan elemen petir saat berlatih beberapa hari terakhir ini.
Dan itu menciptakan jurus Zirah dewa api, yang mampu melindungi tubuhnya dan mengurangi dampak dari segala macam serangan hingga sembilan puluh persen dari dua ranah diatasnya.
Zirah itu berbentuk seperti baju baja ksatria jaman kuno, namun tanpa adanya penutup kepala. Sedangkan Lie sendiri memodifikasi energi Qi, membentuk sebuah topeng iblis pencabut nyawa.
Penampilannya saat ini bak seorang dewa dari neraka, dengan zirah hitam yang di hiasi kilatan petir biru tua di sekujur tubuhnya, menambah kesan angker untuk siapapun yang melihat.
Saat serangan datang, Lie langsung melepaskan pukulan kearah bayangan merah itu, lengan berlapis Qi dan Api Abadi bertabrakan dengan bayangan merah, membuat ledakan yang cukup besar.
"Duaaaar......!"
Ledakan terjadi, Lie tergeser beberapa centimeter. Sementara beberapa bayangan merah terlempar kembali ke dalam kerangka burung.
Tanpa membuang waktu, Lie melesat ke dalam, mengejar bayangan itu dan dalam sekejap, ia sudah tiba di depan bayangan merah yang berhamburan menjadi gumpalan-gumpalan api.
Tak lama kemudian gumpalan-gumpalan api itu menyatu membentuk sesosok burung sebesar ayam pak RT. Namun memiliki ekor panjang bagai burung merak betina, dengan marah merah menyala, burung itu menatap tajam kearah Lie.
Tampak ada jejak ketakutan dalam tatapan mata burung itu. Tanpa aba-aba, Lie melemparkan Api Abadi kearah api merah tersebut.
Api abadi langsung menutupi api merah tersebut, semakin lama api merah semakin tidak berbentuk karena di serap oleh api abadi.
"Ternyata kau mengajakku kesini karena mengetahui, jika bayangan tadi adalah api buminya." gerutu Lie lirih.
Api abadi yang sedang melahap api merah itu lama-lama membentuk bayangan seorang anak kecil, sebesar telapak tangan. Lalu menoleh ke arah Lie dan mengangguk, dia menggerakkan tanganya ke mulut dan menggosok perutnya tidak lama kemudian.
"Jadi kau juga bisa memakan semua api untuk membuatmu tumbuhnya." tanya Lie keheranan.
Api kecil itu pun mengangguk sambil memberikan dua jempol tangannya ke arah Lie, sedangkan Lie hanya bisa tersenyum ketir melihat itu.
"Baiklah, lanjutkan saja makan mu, aku akan. melihat kristal di kepala kerangka itu." ujar Lie, sambil kembali menarik jurus Zirah dewa api, lalu melangkah kearah dua kerangka.
Saat tiba di depan kristal itu, dia mengeluarkan tombak dari cincin penyimpanan dan mencongkel kristal itu. Saat berada dalam genggaman, Lie merasakan hawa panas keluar dari kristal itu.
"Ternyata kristal ini mengandung elemen Api, sebaiknya aku simpan dulu, dan melihat kristal di dahi itu itu." gumam Lie dalam hati, seraya melesat kearah kerangka ular.
Seperti sebelumnya, Lie juga mencongkel Kristal di dahi ular. Dia merasakan angin tajam keluar dari Kristal itu.
"Aku bisa menyerap kristal ini untuk membentuk elemen angin, dan juga bisa mempelajari konsep di dalamnya. Kuharap inti api juga memiliki konsep yang sama, sehingga aku pun bisa memahaminya." gumam Lie senang, lalu memasukkan kedua kristal itu kedalam cincin penyimpanan.
Lie kembali bergerak kearah pohon kecil yang dilingkari kerangka kedua hewan tersebut. "Pohon apa ini, aku bisa merasakan energi spiritual yang sangat besar dari pohon ini."
Mata Lie terus memperhatikan bentuk dari pohon yang memancarkan energi spiritual itu, dan dalam ingatan pun sama sekali tidak terbesit pohon apa.
"Ah, sebaiknya aku pindahkan dulu kedalam cincin penyimpanan, barangkali nanti akan sangat berguna."
Namun tiba-tiba, Lie terkejut karena kerangka kedua hewan itu telah roboh ke tanah, dari semula tegak mempertahankan bentuk asal dari hewan itu.
"Tuan...!" suara bocah kecil terdengar di benak Lie.
Lie menoleh ke arah belakang dan mendapati api abadi yang semula hanya berbentuk bayangan, saat ini berbentuk anak kecil berusia dua bulan, melayang tepat dibelakangnya.
"Eh! Apa kamu Api abadi." tanya Lie terkejut.
"Benar Tuan, saya Api Abadi." jawab api itu sambil mengangguk.
"Jangan panggil Tuan, kita bukan Tuan dan bawahan. Karena kamu tinggal di tubuhku, berarti kita adalah keluarga, panggil aku Kakak saja." ucapnya sambil tersenyum kearah Api Abadi.
"Baik, Kakak. terimakasih." sahut Api Abadi.
"Jangan sungkan, dan apa kamu punya nama?" tanya Lie kembali.
"Tidak kak, aku lahir di dalam reruntuhan kuno, dan tertidur dalam batu biru, jadi tidak ada yang memberiku nama." jawab Api Abadi dengan nada sedikit sedih.
"Mulai hari ini, namamu adalah Bara."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments