Keempat Belas

"Maaf merepotkan mu." ucap Lie tepat di telinga Hana.

"Ti-Tidak apa-apa." jawab Hana gugup, sambil menghembuskan napas panjang.

Sementara itu, di area pertempuran saat ini. Pitak terkapar tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Saat ini kondisinya sedang sekarat, jika tidak diberikan pertolongan tepat waktu, dia dipastikan akan mati.

Sebuah bayangan melesat dari arah Kota Baru dan tiba di bekas tempat pertempuran. Seorang pria paruh baya yang menggunakan jubah yang sama dengan Pitak, menggendong tubuh Pitak dan membawanya pergi menuju kota Baru.

Di penginapan Lie segera direbahkan di atas kasur. Tubuh Lie masih terlihat lemas, namun luka luar yang dia terima sudah mulai menutup perlahan.

"Beruntung sekali pemuda itu, ketika terluka dia bahkan dirawat oleh dua orang wanita cantik." gumam pengunjung penginapan.

"Halaaah iri.... Bilang bos!" sahut temannya mengejek.

"Hehe, itu wajar. Siapa yang tidak ingin di rawat gadis cantik." jawab pengunjung yang lain.

***

Sekte Matahari merah.

"Siapa yang berani melukai putraku?" raungan marah seorang pria tua berjubah kuning. Aura Alam langit menyebar di seluruh aula, membuat aula utama bergetar. Para Tetua yang berada disana pun tertekan oleh aura ini.

Pria tua berjubah kuning ini adalah ketua sekte Matahari, Wira Wisesa. Ia juga merupakan ayah dari Pitak Wisesa, orang yang Lie buat terluka.

Saat ini Pitak sedang diobati oleh tabib terbaik sekte. Sedangkan Wira bergegas melakukan pertemuan dengan para tetua sekte.

Ketika Wira mendengar putra sulungnya ditemukan sekarat di pinggiran kota Baru, ia sangat marah sekaligus tak percaya. Sekte Matahari telah mendominasi si seluruh provinsi ini selama ratusan tahun. Ia tak percaya ada orang bodoh yang berani melukai putranya hingga sekarat.

"Lapor ketua. Menurut penyelidikan, Tuan Muda bertarung dengan seorang pemuda bernama Lie Ragil Nugraha. Lie ini adalah kultivator alam Guru Besar menengah yang sedang melakukan perjalanan bersama sahabatnya, Mayang Wijaya." lapor seorang Tetua.

"Nugraha? Apa mungkin dia dari keluarga Nugraha rendahan kota Dreams? Hm... Menarik, selidiki pemuda bernama Lie dan Sahabatnya." perintah Wira.

"Baik Ketua." jawab Tetua yang melapor, Tetua Parmin. Kemudian Parmin keluar dari aula untuk menjalankan perintah.

Saat ini, Wira dan para Tetua membahas tentang pemulihan Pitak dan Kematian Phe Shek serta Sekar, murid sekte mereka.

Beberapa jam kemudian....

Tetua Parmin kembali ke aula untuk memberikan hasil laporan penyelidikan.

"Ketua. Menurut penyelidikan lebih lanjut, anak bernama Lie itu memang dari keluarga Nugraha di Kota Dreams. Hanya dirinya yang tersisa dan selamat dari penyerangan kita waktu itu." lapor Tetua Parmin.

"Hahaha.... Bagus! Ternyata masih ada yang tersisa dari keturunan Nugraha di kota Dreams! Memang keluarga yang berani! Saat itu, orang tua mereka membunuh Tetua Sekte kita! sekarang anaknya telah melukai anakku hingga hampir mati." ujar Wira dengan geram.

"Ketua! Anak bernama Lie ini juga mantan murid dari sekte bulan sabit. Ia di usir dari sektenya karena bakat kultivasinya yang sangat buruk.

Namun entah kenapa, tiba-tiba Lie ini menjadi lebih kuat dalam waktu singkat. Akhir-akhir ini juga Lie terlibat masalah dengan Tetua Agung Sekte Bulan Sabit karena melukai muridnya." imbuh Tetua Parmin melanjutkan laporan.

Sekte Matahari memang pantas menjadi nomer satu di Provinsi ini! Mereka dapat mendapatkan informasi hanya dalam waktu beberapa jam saja.

"Apapun penyebab bocah itu tiba-tiba menjadi kuat, mereka tetap harus mati." ujar dingin Wira, lalu menoleh kearah kanan dan berkata. "Tetua Limo, aku tugaskan kamu untuk memburu dan membunuh anak keluarga Nugraha itu! Kita tunjukkan pada dunia luar, konsekuensi dari menyinggung sekte kita."

"Baik Ketua." jawab Tetua Limo mengakui perintah. kemudian ia berbalik badan, keluar dari aula tanpa menunggu di usir.

Setelah mengatur semuanya, Wira bersama para tetua membahas perkembangan Sekte Matahari di Kerajaan Kutai.

***

Penginapan Seroja, Kota Baru.

Lie mengakhiri pemulihan dirinya. Setelah empat jam memulihkan diri dan berkat bantuan Energi mutiara Naga serta di dorong oleh Pil Penyembuh, luka dalam Lie sudah hampir sembuh. Luka di bahu kirinya juga sudah di perban Mayang.

"Ayo kita makan," ajak Lie pada kedua gadis yang sedang berkultivasi dengan mata tertutup.

"Kamu sudah membaik, Lie?" Mayang membuka matanya sambil berlari menghampiri Lie.

"Kau sudah pulih?" tanya Hana dengan terkejut. Karena menurutnya, dengan luka separah itu Lie akan pulih setidaknya satu atau dua hari. Namun kenyataannya, Lie hanya memerlukan empat jam saja.

"Beginilah, aku sudah hampir pulih kembali." jawab Lie sambil tersenyum.

"Ehem... Terimakasih atas bantuannya, Han." ucap Lie dengan tulus. Keberadaan Hana memang cukup banyak membantunya, dan membuat Lie merasa berhutang Budi.

"Sama-sama. Sesama teman harus saling membantu." jawab Hana sambil menebar senyum hangat dari bibirnya.

"Kalau begitu, mari kita makan." ajak Lie untuk kedua kalinya.

Hening sejenak, Hana kembali berkata, "Maaf! Untuk saat ini sepertinya aku tidak bisa, aku ada urusan yang harus ku selesaikan di Kota Baru ini. Jadi sekarang aku sebaiknya pamit saja, jika ada apa-apa, hubungi aku lewat batu komunikasi."

"Tunggu sebentar! Ini ada hadiah kecil untukmu, anggap saja sebagai ungkapan terimakasihku." ucap Lie, seraya mengeluarkan sebuah buku teknik pada Hana dari cincin penyimpanan.

"Terimakasih banyak." ucap Hana seraya mengambil buku dari tangan Lie, kemudian ia membacanya sekilas.

"Pedang penakluk langit? Teknik peringkat langit atas? In- ini terlalu berharga, Lie?" tanya Hana dengan tercengang.

Jika teknik peringkat langit atas diberikan begitu saja sebagai hadiah. Lantas teknik yang lainnya akan dijadikan apa oleh Lie?

"Tidak apa-apa, kamu pantas mendapatkannya, lagi pula aku masih memiliki beberapa teknik peringkat Surgawi." jawab Lie jujur.

Jangankan peringkat Surgawi. Dalam ingatan warisannya juga terdapat satu teknik peringkat suci.

Tapi teknik Peringkat Suci ini terlalu mencolok. Jika sampai orang lain tahu, pasti akan menyebabkan kegemparan besar dimana-mana! Bagaimana pun teknik Peringkat Suci ini sangat-sangat langka dan sangat kuat.

"Baiklah, sekali lagi aku ucapkan terimakasih, aku pamit dulu, sampai jumpa." ucap Hana seraya tersenyum manis. Lalu ia berbalik dan berjalan menjauh.

Hana keluar dari penginapan, kemudian ia menghilang di keramaian kota. Mayang dan Lie menyaksikan kepergian Hana melalui jendela penginapan.

"Ayo, kita ke bawah dan makan, lalu lanjutkan perjalanan, tidak baik berlama-lama berada di kota ini." ajak Lie pada Mayang.

Mereka berdua bergegas turun ke lantai pertama dan masuk kedalam restoran yang kebetulan menjadi bagian dari penginapan.

"Lie, ngomong-ngomong, bagaimana menurutmu Hana? Apa dia baik, cantik, kuat?" rentetan pertanyaan di Utarakan oleh Mayang saat itu juga.

Dalam pikiran Lie terlintas sosok cantik Hana yang sedang memegang sebilah pedang. Memang harus diakui, Hana merupakan gadis yang nyaris sempurna.

melihat reaksi Sahabatnya itu, Mayang merasa sangat senang.

*

Mereka berdua segera memacu kuda dengan cepat. Tujuan mereka selanjutnya Asalam kota Lama. Kota yang terkenal dengan Sekte langit biru. sekte langit biru termasuk salah satu dari tujuh sekte besar di daratan Elanor.

Setelah beberapa saat berkuda, hari mulai gelap. Untungnya Lie dan Mayang menemukan sebuah gua untuk beristirahat. Mereka lantas memasuki gua dengan lelah, karena hari ini mereka menempuh perjalanan panjang.

Ketika memasuki gua, mereka berdua terkejut dengan kehadiran seorang wanita dewasa yang sedang duduk berkultivasi sambil menutup mata. Aura yang dipancarkannya ialah aura alam master Qi tahap awal.

Merasakan adanya pergerakan, wanita itu membuka matanya dan melihat kearah Mayang dan Lie.

"Mau apa kalian?" tanya wanita itu dengan ketus.

"Mohon maaf senior. Kami sedang dalam perjalanan dan membutuhkan tempat beristirahat, bolehkah kami ikut di gua ini?" ucap Lie dalam sapa.

Wanita itu masih diam membisu tanpa sedikit pun mengucapkan sepatah kata.

Melihat reaksi tidak bersahabat, Lie kembali mengajukan tanya. "Perkenalkan namaku Lie dan dia Mayang."

"Oya..., kalian boleh tinggal disini, tapi jangan ganggu kultivasiku." ucap wanita itu singkat, lalu kembali memejamkan matanya.

Lie dan mayang pun tidak mau ambil pusing, mereka berdua segera mencari tempat yang nyaman untuk kultivasi.

Arya mengambil area pojok gua, sedangkan Mayang berada dekat dekat wanita yang sedang berkultivasi, mereka bertiga hanyut dalam kesibukan masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!