Untungnya tungkul pil ini adalah tungku tingkat tinggi dari warisan leluhur keluarga Nugraha Kuno. Jika itu tungku tingkat rendah, mungkin tungku sudah meledak dan hancur.
"Gaga ternyata ini tidak semudah kelihatannya." gumam Lie sambil berpikir dimana letak kesalahannya.
Dalam memurnikan Pil ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya mengontrol besaran api. kesalahan Lie barusan adalah api yang terlalu besar.
Tak mau menyerah begitu saja, Lie mencoba lagi dan lagi. Untungnya Lie mengumpulkan banyak ramuan spiritual, jadi ia tidak takut kehabisan ramuan.
Setelah puluhan kali kegagalan yang ia dapat, Lie sudah mulai mahir dalam memurnikan Pil. Kesalahan demi kesalahan dia ubah menjadi pelajaran dan petunjuk.
Satu jam kemudian....
Lie kembali memasukan ramuan terakhir dan menunggu dengan penuh harap, jika ini masih gagal. Makan dia harus memulai proses esok hari.
Wuusss
Aroma obat menyebar di dalam kamar. Lie menyambar sebuah pil berwarna hijau yang melayang diatas tungku, ia tersenyum senang dan puas atas hasil kerja kerasnya. Meskipun hanya pil kualitas biasa, ini merupakan pil pertamanya, Lie juga telah memasukkan kekuatan jiwanya pada Pil buatannya ini.
Setelah merapihkan semua alat pemurnian, Lie menghampiri Sahabatnya yang masih belum sadarkan diri dan terbaring di atas kasur lepet.
Lie mengangkat tubuh Mayang dan memasukan pil Penyembuh kedalam mulut Mayang. Ia lalu mengalirkan energinya untuk membantu meleburkan Pil agar lebih mudah terserap oleh tubuh Mayang.
"Semoga Mayang cepat sembuh." gumam Lie
**
Keesokan harinya.
Lie perlahan membuka matanya dan tidak menemukan keberadaan Mayang. Panik Lie bergegas keluar dan mencari sahabatnya itu.
"Kamu kan baru sembuh, istirahat saja." ucap Lie yang tiba-tiba muncul dibelakang Mayang yang sedang memasak.
"Astaga Lie..... Kamu membuatku jantungan, mirip kaya hantu." gerutu Mayang sambil mengelus dada.
"Sudah, biar aku yang teruskan, lebih baik kamu istirahat." pinta Lie sambil melangkah dan mengambil alih masakan.
"Tidak apa-apa, aku sudah membaik." jawab Mayang sambil melemparkan senyum.
Mayang teringat ketika baru siuman, ia melihat Lie yang tertidur pulas di dekatnya. Mayang terharu sekaligus merasa tidak berguna, jika saja dia lebih kuat, dia tidak akan merepotkan sahabatnya ini.
Lie mengangkat bahu dan berbalik menuju meja makan. membiarkan Mayang melakukan apapun asalkan dirinya senang.
Setelah sarapan pagi, kedua insan berbeda jenis itu berbincang di halaman belakang rumah dengan serius. Mereka membahas rencana untuk mengantisipasi serangan Tetua Agung selanjutnya.
Bagaimana pun keberadaan aura mereka menghilang di desa Kasihan, besar kemungkinan Tetua Agung pasti kembali ke desa Kasihan ini cepat atau lambat.
"Apa Rencanamu, Lie? Apa kita minta bantuan ayahku saja?" tanya Mayang.
"Jangan, aku tidak ingin membuat keluargamu tertimpa Masalah seperti keluargaku." ujar Lie sambil menggeleng.
"Atau kamu mau pergi ke Keluarga ibumu di ibukota provinsi?" Mayang kembali melemparkan tanya.
Kembali menggeleng, Lie berkata. "Itu tidak mungkin lagi, terakhir aku kesana, aku malah diusir dan dihina. Sejak kematian ibuku, keluarga itu sudah tidak menganggap aku bagian dari mereka lagi."
"Hmmm... sebenarnya aku masih punya kerabat di ibukota kerajaan, apa sebaiknya aku kesana?" ucap Lie melanjutkan.
"Jangan.., ibukota kerajaan terlalu jauh." ucap Mayang segera.
Kerajaan Kutai terbagi menjadi Lima provinsi
Provinsi Berau
Provinsi Mahakam
Provinsi Paser
Provinsi Muara Kaman
Provinsi Jembayan
Ibukota kerajaan berada di provinsi Mahakam. Jarak antara Provinsi Jembayan dan provinsi Mahakam memang sangat jauh.
"Aduh..... lalu bagaimana ini kalau nanti si tua Bangka itu kesini lagi, bisa gawat?" gumam Lie sambil berpikir keras.
Kemarin dia bisa selamat dari kejaran Tetua Agung karena kelima jimat. Dan sekarang, Lie tidak memiliki jimat apapun, jika sekarang ia dan Mayang bertemu Tetua Agung lagi, tamatlah sudah.
"Ahaaa..., bagaimana kalau kita ke kota Singkawang? Meskipun lumayan jauh, kora Singkawang adalah kota besar dan kota ini sangat ketat dalam hal keamanan." usul Mayang dengan sangat yakin. Merasa idenya sangat brilian.
"Wah ide bagus," ucap Lie mengacungkan jempol, namun dia mengkerutkan kening. "Lalu bagaimana denganmu? Kita pasti akan sangat sulit bertemu?"
Dengan senyum khas dengan lesung pipi. Mayang menjawab. "Tenang saja, aku pun akan ikut, karena kedua orang tuaku pun sudah beberapa kali ingin pindah kesana."
Dulu Lie pernah beberapa kali dibawa orang tuanya pergi kesana untuk berlibur. kota Singkawang terkenal sebagai kota penjualan artefak penerbangan di provinsi Berau. Selain itu, kota Singkawang juga terkenal dengan keindahan pantainya dan keamanan kota.
***
Keesokan harinya
Lie sedang merapihkan semua barang-barangnya kedalam cincin penyimpanan. kemudian keluar dari rumah dengan sedikit tidak rela.
Jika bukan karena terancam bahaya, Lie tidak mungkin meninggalkan Kota Ini. Kota tempat dirinya tumbuh dan sejuta kenangan saat bersama dengan orang tuanya.
"Haaaa......!"
Lie menghela napas berat. Kini ia harus meninggalkan kota kelahirannya dan entah kapan kembali lagi kesini atau mungkin tidak akan pernah kembali.
'Sabar. Aku harus kuat! Kelak sudah jadi kuat aku akan kembali kesini, kembali sebagai Lie yang berbeda.' pekik Lie dalam hati dengan penuh tekad.
Tiba di rumah kepala desa, keluarga Mayang pun ternyata sudah berada disana. Mereka berpamitan dengan kepala desa, dan tentunya tidak mengatakan tujuan asli akan kemana.
Lie dan Mayang pun memulai perjalanan ini dengan berjalan kaki. Sedangkan kedua orang tua Mayang, mereka menggunakan kereta kuda agar bisa tiba lebih dahulu.
**
Setelah menempuh perjalanan satu jam lamanya, Lie dan Mayang tiba dikota sebelah, kota itu bernama Mbantul.
Di kota Mbantul, Lie membeli lima belas jimat pelarian, lima belas jimat ilusi, lima belas jimat cepat, dan lima jimat persembunyian. Selain itu, Lie juga membeli sepuluh pil Penyembuh, sepuluh pil pemulihan dan lima pil peningkatan.
Tanpa di duga, Mayang membeli lima batu komunikasi.
"Buat apa batu komunikasi sebanyak ini?" tanya Lie heran.
"Buat cadangan. Siapa tahu nanti butuh." jawab Mayang santai.
"Ooooo." ucap Lie malas.
Kemudian mereka berdua segera melanjutkan perjalanan. Takutnya keberadaan mereka terdeteksi oleh pihak Sekte Bulan Sabit. Demi keamanan, mereka berdua memilih jalur yang jarang dilewati.
Sore hari, Lie dan sahabatnya tiba disebuah Desa bernama Desa Pajangan. Setelah bertanya dan berkeliling, akhirnya mereka menemukan sebuah penginapan kecil.
Mayang langsung mempelajari buku Teknik Petir surgawi. Ia sadar betul, perjalanan ini mungkin tidak mudah atau bahkan berbahaya! jadi, ia mempelajari teknik baru, teknik gerakan kilat! Teknik ini merupakan teknik bumi kelas atas.
Sedangkan Lie sendiri, ia berkultivasi dengan serius. Lie sadar bahwa kekuatannya masihlah lemah. Demi melindungi diri dan melindungi orang terdekatnya, ia harus menjadi lebih kuat secepat mungkin.
Malam hari di kamar penginapan.
"Lie, apa kamu tidak lapar?" tanya Mayang dengan gelagat mengajak untuk makan.
"Ayo!" jawab Lie sembari mengakhiri kultivasinya.
Kerena penginapan kecil ini tidak ada dapur, Lie mengeluarkan alat masak serta bahan makanan. Kemudian ia menggunakan Api Abadi untuk menjadi api memasak.
Cincin pemberian leluhurnya ini adalah cincin berkualitas tinggi, jadi tidak perlu khawatir makanan yang dimasukan ke dalamnya akan basi.
Mayang yang berada disebelah Lie terkejut melihat Api Abadi yang dikeluarkan oleh Lie. Bagaimana pun sewaktu Lie mendapatkan Api Abadi, Mayang sedang dalam keadaaan pingsan. Lie juga belum sempat bercerita tentang Api yang saat ini sedang dia gunakan.
"Api apa ini Lie?" tanya Mayang penasaran. Baru pertama kalinya ia melihat api berwarna biru.
"Ini namanya Api Abadi. Apa kamu ingat bola biru yang aku beli dari pasar waktu itu? Nah api biru ini tadinya bola biru itu." jelas Lie sambil menggoreng ayam.
"Ini..... Bola biru itu ternyata api biru? Wah keren juga nih api!" seru Mayang terkagum-kagum. Lalu melanjutkan dugaannya." sepertinya api abadi ini tidak hanya untuk memasak ya kan?"
"Iya. Api abadi ini bisa untuk membuat Pil, masak, jadi api unggun. Selain itu juga bisa untuk digunakan menyerang musuh." jelas Lie sambil tersenyum.
"Waaaaaw apinya serba guna. Bisa untuk menyerang musuh juga, apa serangan kuat?" tanya Mayang penasaran dan sedikit bersemangat.
"Aku tidak tahu, tapi sepertinya kuat! Api ini merupakan jenis api ketiga terkuat dari semua jenis api." jelas Lie dengan senang dan bangga.
"Hahaha.... Lie kamu memang beruntung sekali. Harga belinya pun hanya sepuluh koin perak." ucap Mayang disertai tawa keras, kala mengingat bagaimana Lie begitu gigihnya saat melakukan penawaran.
Mereka berdua mengobrol dengan santai sampai tak terasa ayam goreng sudah matang. Kemudian Lie dan Mayang mulai memakan ayam goreng dengan lahap.
Setelah makan malam, Mayang kembali ke kamarnya. Kemudian ia mempelajari teknik baru, teknik tebasan kilat. Teknik peringkat bumi kelas atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments