Ketiga Belas

Pitak yang yang merasakan adanya bahaya kearahnya, langsung melepaskan serangan dengan tekniknya.

Selarik cahaya berwarna orange melesat ke udara kosong. Mengarah pada Lie yang sedang melesat kearah, dan siap menghujam dengan Tombak yang sudah kembali ke tangannya.

Lie yang sedang melesat di udara seketika terkejut, dia menyilangkan tombaknya dengan cepat, menahan serangan yang sedang menderu kearahnya.

*

Saat ini, di dekat gerbang kota baru telah berkumpul banyak warga. Ada juga Tuan Kota dan pasukannya, menjaga ketertiban serta melarang warga untuk mendekati pertarungan.

Mayang saat ini masih bertukar jurus dengan Sekar, suara pedang beradu mengiringi pertempuran kedua gadis cantik ini.

Setelah lama bertarung, Sekar dan Mayang mundur dengan napas terengah-engah. Terdapat dua goresan kecil di pipi Sekar, sedangkan duduk mulut Mayang nampak berdarah.

*

"Lawan aku!" teriak Pitak kemudian dia melesat kembali menyerang kearah Lie.

"Hehe.... Dengan senang hati." jawab Lie lirih dan juga melesat menyambut serangan lawan.

Trang! Treng! Trong!

Setelah bertukar beberapa jurus cukup lama, Lie mengalami luka sayatan di bahu kirinya. Sedangkan Pitak juga mendapatkan luka sayat di bagian pinggang kanannya, mereka beradu teknik dan sama-sama ingin mengalahkan.

Tak lama mereka berdua memutuskan untuk mundur dan menjaga jarak. Tiba-tiba, Phe Shek yang tadinya terbaring terluka sudah tidak ada di tempatnya.

Melirik dengan ekor matanya, Lie terkejut saat mendapati sosok Phe Shek sedang bersiap melakukan serangan jarak jauh pada Mayang sahabatnya.

"Tebasan Angin!" teriak Phe Shek sambil melesatkan sebuah energi dari pedangnya ke udara.

"Sial! Awas Mayang!"

Ketika Lie hendak bergerak menyelamatkan sahabat, tiba-tiba dari salah satu pohon. Sesosok wanita melesat dengan sebilah pedang di tangannya, lalu berdiri tepat di dekat Mayang.

Sebuah perisai terbuat dari air membentang seketika dan menahan serangan yang dikeluarkan oleh Phe Shek. "Duaaar!"

"Sial!" umpat Phe Shek, lagi-lagi serangannya gagal. Dia bergegas mundur dan menjaga jarak.

"Kak Hana." seru Mayang gembira, membuat Lie sedikit terkejut dengan kemunculan Hana yang tiba-tiba.

"Terimakasih telah menyelematkanku, kak." ucap Mayang tulus. Jika saja Hana datang terlambat untuk melindunginya, jika tidak mati, ia pasti terluka parah.

"Tidak masalah, kamu baik-baik saja sekarang." ucap Hana sembari tersenyum manis. kemudian dia berbalik menatap Sekar dan Phe Shek dengan tajam.

"Tarian pedang kematian." mengatakan itu dalam hati, Hana menjulurkan pedangnya ke udara. Qi berbentuk yang sangat halus menari menyerang Phe Shek dan Sekar.

Keduanya segera membuat perisai terkuat mereka dengan cepat, saat menyadari sebuah serangan sedang mengarah kepada mereka berdua.

Duaaar

Sekar terlempar dan pingsan seketika. Sedangkan Phe Shek terbatuk darah setelah sama terpental.

Di sisi lain, Pitak terpana oleh kecantikan Hana. Para gadis cantik di sektenya tidak ada apa-apanya di bandingkan bidadari di depannya ini.

'Aku harus mendapatkannya!' batin Pitak berencana.

Melirik kearah Lie, dengan suara yang sangat sombong, Pitak berkata. "Hei, bocah! Kau ternyata mempunyai teman yang cantik dan cukup kuat."

"Lalu,,,?"

"Tentu saja aku menyukainya, gadis cantik dan berbakat seperti itu?" jawab Pitak mengakui.

"Hehehe.... Jangan mimpi cebong sepertimu bisa memiliki seorang bidadari." ucap Lie sambil kembali melesat ke arah Pitak. Entah kenapa dia merasa sangat tidak nyaman mendengar Pitak menyukai Hana.

"Keparat! Baiklah, akan ku kirim kau ke neraka." teriak Pitak yang juga mengeluarkan semua kemampuannya.

**

Di tempat lain

Hana telah membuat Phe Shek kewalahan dengan pedang ungunya. Phe Shek terengah-engah dengan wajah yang pucat, Gadis cantik di depannya ini lebih kuat darinya.

Hana berada di Alam Guru Besar tahap Keenam, sedangkan Phe Shek baru Alam Guru Besar tahap Kedua, sungguh perbedaan yang sangat besar.

"Kau yang memaksaku, gadis keparat! Teknik Elang Pemangsa!" teriak Phe Shek sambil menggertakkan giginya.

Seketika itu juga, Siluet seekor Elang Besar muncul di atas kepala Phe Shek . Ini adalah teknik pamungkasnya, jika ini gagal maka tamatlah riwayatnya.

Sambil tersenyum sungging di sudut bibirnya, Hana menarik pedangnya, mengalirkan energi besar dalam bilah pedang, dan melancarkan tekniknya.

Seketika sileut kepala Harimau terlihat di atas kepala Hana. yang mana ini juga adalah teknik terkuat dari Hana.

"Matiiiiiiiiii........!"

Hana dan Phe Shek berteriak serempak. Dan kedua Sileut raksasa di belakang mereka pun melesat dengan kekuatan yang sangat besar.

"Duaaaar....!"

Ledakan keras menggema dari dua kekuatan yang beradu. Terlihat Harimau raksasa lebih unggul dan menelan Elang besar, kemudian menghantam Phe Shek dengan sangat keras.

Phe Shek terlempar jauh jungkir balik ke udara, menghantam gapura Kota dan jatuh ke tanah, memuntahkan darah segar sebelum pingsan.

Sedangkan di pertarungan Lie dengan Pitak. Saat terjadi ledakan , mereka berdua berhenti bertarung dan sama-sama menoleh ke asal suara. Terlihat Hana telah berhasil mengalahkan Phe Shek dan Sekar.

"Kedua temanmu itu mungkin sudah mati, tidakkah kau menyerah sebelum menyusul mereka berdua?" ejek Lie dengan suara acuh.

"Hahaha.... Apa kau kira aku akan gentar dengan kalian?" jawab Pitak penuh percaya diri.

"Tampaknya kau sangat percaya diri sekali." ujar Lie seraya mendelikkan mata.

"Haha... Baiklah, jangan banyak bicara, sekarang terima ini." Teriak Pitak seraya mengeluarkan seluruh energi salam tubuhnya.

Di atas ketinggian, sebuah matahari terbentuk dari energi yang dikeluarkan oleh Pitak. Hawa panas yang membara menyebabkan pepohonan layu dan terbakar, Lie melompat menjauh saat merasakan panas yang hebat.

"Hana, tolong bawa Mayang menjauh." teriak Lie.

"Tapi Lie..."

"Sudah, percaya saja padaku, sekarang ikutlah dengan Hana." sela Lie pada Mayang.

Tanpa menunggu lama, Hana membawa Mayang kearah tembok kota dan melihat pertempuran dari sana.

"Hahaha.... Kau akan mati, bocah!" teriak Pitak keras.

"Jangan terlalu banyak omong kosong, keluarkan teknik terbaikmu, aku ingin melihat sejauh mana kekuatanmu." ujar Lie sengaja memberikan provokasi pada Pitak.

Aura ungu gelap langsung menyebar begitu saja, menyelimuti area pertarungan dengan cepat yang mana Lie sebagai pusatnya, hal itu membuat Mata Pitak sedikit menyipit.

Saat ini dia merasakan jika energi matahari miliknya sedikit demi sedikit mulai terkikis, bahkan aura kematian pun mulai terasa kental olehnya.

'Teknik apa yang digunakan bocah ini, mengapa begitu mengerikan.' batin Pitak sedikit getir.

Namun seketika, di udara muncul sesosok Iblis kematian dengan Tombak hitam berlumuran darah. Pupil mata Pitak membulat melihat sosok itu, tuan kota dan seluruh warga juga tercengang dengan kemunculan sosok Iblis kematian tersebut.

"Percuma saja! Kau tetap akan mati!!" teriak Pitak marah.

"Wussh....!"

Energi panas dari Matahari yang di ciptakan oleh Pitak melesat dengan kekuatan yang sangat cepat.

Lie hanya tersenyum main-main, Lalu dia pun mengambil ancang-ancang, dan melemparkan Tombak Kegelapan ke arah matahari milik Pitak.

"Wussh

Tuan kota yang melihat jika kedua teknik tingkat tinggi akan segera beradu, segera mengambil tindakan. "Aktifkan pertahanan kita."

"Baik!"

Para pasukan penjaga kota segera mengaktifkan pertahanan kita. Seketika sebuah dinding pertahanan yang kokoh dan kuat melindungi seluruh kota baru.

Duaaar

Ledakan dahsyat bergema di udara, menyebabkan tanah berguncang hebat. Bahkan formasi pertahanan kota pun mengalami beberapa retakan.

Tak lama, sebuah kawah besar tercipta akibat benturan kedua teknik peringkat Surgawi itu. Debu mengepul tebal ke udara, menghalangi penglihatan mata.

"Ini kekuatan teknik peringkat Surgawi? sungguh mengerikan! Batin para warga kota Baru yang menonton dari dinding formasi.

"Sebenarnya siapa kedua anak itu?" tanya Tuan kota penasaran pada para bawahannya.

Sigap, salah seorang prajurit langsung berkata. "Lapor Tuan. Pemuda berpakaian orange itu adalah putra sulung Ketua Sekte Matahari. Sedangkan pemuda satunya lagi, indentitasnya belum diketahui."

"Putra Ketua Sekte Matahari? Hmm... Ini sedikit rumit." gumam Tuan kota pelan.

"Baiklah selidiki pemuda dengan energi kematian itu! Juga bubarkan semua orang yang berkerumun." perintah Tuan kota.

"Baik tuan." jawab para pasukan kota. Kemudian mereka mulai melaksanakan perintah.

**

Di tempat itu, setelah ledakan besar terjadi. Hana dan Mayang bergegas mencari keberadaan Lie, mereka berdua menerjang kepulan debu yang masih tebal, menyebarkan energi spiritual untuk menemukan keberadaan Lie.

"Ketemu! Lie,.." teriak Mayang cemas, kemudian berlari ke suatu arah di ikuti Hana di belakangnya.

Terlihat Lie terbaring dengan luka cukup parah. Mayang bergegas memasukan dua pil Penyembuh pada mulut Lie. Sedangkan Hana berjongkok dan berinisiatif membawa Lie dengan menggendongnya.

Kedua orang itu lalu bergegas memasuki kota dan mencari penginapan. Jika tidak bergegas, takutnya akan ada bahaya mengintai.

Hana menggendong Lie di punggungnya. Sedangkan Mayang mengikuti di samping dengan cemas, Kepala Lie bersandar pundak dengan lemah. Jika tubuhnya tidak di tempat oleh Mutiara Naga Kegelapan, mungkin dia sudah mati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!