Mayang langsung mempelajari teknik tubuh dewa petir dari buku tekniknya. Mayang juga telah menguasai tinju petir ketika berada di Kota Yazi, hanya saja dia belum sempat menggunakannya.
Teknik tubuh dewa petir ini berguna untuk memperkuat serangan, mempercepat gerakan, dan memperkokoh pertahanan. Ini merupakan Teknik Peringkat langit kelas atas.
Lie sendiri di pojok gua bertekad untuk berkultivasi dengan giat. Mungkin saja musuh yang kuat sedang mengincar dirinya, di luar gua ini.
Lie mendesak Mutiara Naga Kegelapan untuk menyerap energi alam secara gila. Hampir semua energi alam di dalam gua terserap kedalam tubuhnya.
Sementara itu, senior wanita yang berada dekat Mayang terkejut ketika merasakan energi alam di sekitarnya terserap dan menghilang.
Ia membuka matanya dan spontan melihat kearah Lie yang sedang duduk berkultivasi dengan mata tertutup. Sedangkan Lie sendiri, sama sekali tidak menyadari jika dirinya telah menganggu kultivasi senior itu.
'Anak ini.... Tidak biasa.' gumam senior itu dalam hati.
Setelah memperhatikan Lie sejenak, senior wanita itu mengeluarkan tungku dan mulai memurnikan Pil. Bagaimanapun energi alam di dalam gua ini, telah tersedot oleh tubuh Lie dan tidak ada yang bisa dia lakukan.
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa tengah malam pun tiba. Lie membuka matanya dan mendapati Mayang sudah tertidur pulas, sedangkan sang senior masih memurnikan Pil.
"Senior, ternyata seorang Alkemis?" tanya Lie sambil memperhatikan tungku yang berisi berbagai herbal berharga.
Senior itu hanya mengangguk, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Lie. dia mengontrol api dan memasukkan, beberapa herbal ke dalam tungku.
Sedangkan api yang di gunakan oleh wanita di depan Lie ini merupakan api bumi. Api yang umum dan sering di gunakan oleh para Alkemis.
Beberapa saat kemudian, Aroma pil obat menyebar ke seluruh gua. Di dalam tungku mengambang dua butir pil berwarna hitam, kemudian tangan ramping wanita itu mengambil pil yang masih mengambang.
Penasaran dengan Pil yang ada di tangan wanita itu, Lie bertanya. "Bolehkah aku tahu, pil apa itu, senior?"
"Pil penerobos Alam Bumi." jawab Wanita itu sambil terus memperhatikan pil hitam di tangannya.
"Pil penerobos Alam Bumi?" ulang Lie bingung, dia lalu mencari informasi dalam ingatan warisan tentang pil itu.
"Apa? Pil peringkat Empat?" seru Lie terkejut setelah ia menemukan informasi tentang pil hitam dalam ingatannya.
Seorang Alkemis adalah profesi yang sangat di hormati oleh banyak kultivator. Bagaimana pun, keberadaan seorang Alkemis ini cukup jarang.
Dan seorang kultivator sangat membutuhkan Pil untuk membantu mempercepat kultivasi mereka.
Alkemis yang bisa memurnikan Pil tingkat Empat cukup jarang, bahkan bisa dikatakan langka berada di kota kecil. Biasanya mereka berada di kota besar atau ibukota kerajaan.
Ini dikarenakan, sulitnya menaikan kekuatan jiwa. Untuk membuat Pil tingkat Empat sendiri, seseorang memerlukan kekuatan jiwa tingkat sempurna.
"Maaf senior, untuk apa senior memurnikan Pil ini? Bukankah Alam senior sudah berada di Master Qi tahap awal?" tanya Lie penasaran.
"Untuk dilelang." jawab wanita itu dengan sangat singkat padat dan jelas.
Saat hendak menyimpan Pil itu kedalam cincin penyimpanan miliknya, suara Lie kembali terdengar tergesa.
"Tunggu dulu senior! Bolehkah aku membeli Pil itu?" tanya Lie ragu-ragu.
Di pikiran Lie saat ini, dia membutuhkan Pil itu untuk penerobosan nya kelak di alam bumi, sehingga dia tidak perlu bersusah payah menyerap energi alam yang semakin besar.
"Apa kau yakin ingin membelinya?" tanya senior wanita itu ragu. Sebab, harga satu butir Pil ini saja sudah cukup mahal.
Mengangguk, Lie berkata mantap. "Ya, sebutkan berapa harga yang senior inginkan?"
"Baiklah. Untukmu aku akan jual koin ini sebesar lima belas koin perak perbutir." ujar Wanita itu sambil tersenyum. Ia ingin melihat, apakah pemuda di depannya ini memiliki koin yang cukup atau tidak.
"Oke. Aku beli Empat." ucap Lie tanpa berpikir, lalu mengeluarkan enam puluh koin perak dari cincinnya.
Dengan ekspresi sedikit tercengang, wanita itu berkata. "Sepertinya kamu berasal dari keluarga kaya, Nak!"
Wajar saja jika senior wanita itu terkejut saat Lie mengeluarkan koin perak dengan mudah, sebab dengan umurnya yang masih muda belia, tidak mungkin mempunyai koin sebanyak itu.
Tanpa banyak bicara, Lie segera mengambil dua pil di tangan senior wanita itu, dan sang senior pun lanjut memurnikan dua pil lainnya untuk Lie.
Lie dengan sangat gembira menyimpan empat pil yang kini berada di tangannya, dia menyimpannya dengan hati-hati seolah itu adalah harta Karun.
"Maaf senior, kalau boleh tahu, ada di tingkat apa kekuatan jiwa senior?" tanya Lie dengan sopan dan penasaran.
"Tingkat Bumi." jawaban singkat kembali terdengar dari mulut senior wanita itu.
Di seluruh daratan Elanor ini, seluruh Kultivator yang memiliki jiwa tingkat bumi tergolong sedikit dan cukup langka, dan senior wanita ini adalah salah satunya.
Lie menatap senior wanita di depannya dengan kagum. Rasanya dia sedang bertemu dengan seorang legenda Alkemis di daratan Elanor ini.
"Hehe... Tidak perlu seperti itu." ujar Senior wanita merendah. Namun terdapat kebanggaan dalam kata-katanya.
Saat sedang membereskan semua peralatan pemurnian Pil, suara Lie kembali terdengar saat terlintas sebuah pertanyaan dalam pikirannya.
"Senior, apa senior mempunyai teknik semacam kultivasi jiwa?" tanya Lie dengan hati-hati.
Senior itu tertegun beberapa saat, lalu menatap ke arah Lie dengan heran.
"Ada, memangnya kenapa?" jawab sekaligus tanya dari senior wanita dengan penasaran.
"Bolehkan senior mengajariku teknik itu?" Lie berkata dengan nada memohon.
Lie takut senior di depannya ini akan marah dan malah menyerang. Jika itu terjadi, ia hanya akan kalah telak. Bagaimana pun, perbedaan tanah kultivasi mereka sangatlah besar.
Di saat yang sama, Lie juga merasa bersemangat. Jika senior wanita itu mau mengajari kultivasi jiwa, kelak dia mungkin akan menjadi ahli alkimia tingkat tinggi.
"Apa kau tahu bertapa berharganya kultivasi jiwa itu?" tanya senior wanita dengan nada serius.
"Tentu, aku sangat tahu, tapi jika senior bersedia, aku akan membayar." ujar Lie dengan lega saat melihat gelagat senior itu biasa saja.
"Tujuh koin emas!" ucap senior wanita dengan ketus. Ia tak percaya bocah di depannya ini memiliki koin emas.
Mendengar itu, Lie sangat bersemangat. Lie percaya z kelak ia akan menjadi ahli alkimia tingkat tinggi dan memurnikan Pil-pil hebat. Lie sendiri bisa mempercepat kualitasnya sendiri.
Bahkan jika koin emas warisannya habis, dia juga bisa menjual Pil buatannya itu dan menjadikannya kaya raya, membayangkan itu saja sudah membuat ia bersemangat.
Melihat tidak ada reaksi dari Lie, senior wanita itu mengira Lie terkejut mendengar harga yang ia sebutkan. Dan mengira jika Lie tidak sanggup membayarnya.
"Hahaha..... Kenapa? Apa kau tidak memiliki koin emas?" ejek senior wanita dengan nada bercanda.
"Hehe, senior terlalu meremehkan ku. Tadi aku hanya terlalu senang saja karena akan memiliki sebuah teknik kultivasi jiwa." jawab Lie seraya tersenyum.
Lie mengeluarkan tujuh koin emas dari cincinnya. Dalam hatinya, jangankan tujuh koin emas, ratusan koin emas pun Lie memilikinya.
"Apa....!"
Mata senior wanita itu melotot tak percaya, ia lalu mengambil satu koin dan memeriksa. Ia ingin memastikan keaslian dari koin emas di tangannya.
dirinya masih sulit untuk percaya, jika seorang bocah berusia sembilan belas tahun memiliki tujuh koin emas. Walaupun dia dari keluarga kaya, tidak mungkin seorang bocah mempunyai banyak koin emas.
Melihat reaksi yang berlebihan dari senior wanita di depannya ini, Lie hanya terkekeh pelan, menertawakan ekspresi terkejut dari senior wanita.
Lie juga diam-diam sangat berterima kasih pada leluhur Nugraha. Berkat kepercayaan leluhurnya itu memberikan warisan keluarga Nugraha kuno padanya, ia berubah dari lemah menjadi kuat! Miskin menjadi kaya! Bodoh menjadi jenius.
"Ini koin asli! Hmm.... Mencuri koin darimana kamu bocah? Atau jangan-jangan kau berasal dari keluarga Kuno yang kaya?" tanya senior wanita pada Lie dengan curiga dan menelisik.
"Tidak! Tidak! Aku tidak mungkin mencuri, ini warisan dari keluargaku." jawab Lie jujur
"ooo... Begitu!" senior wanita itu mengangguk kecil, ia merasa alasan yang Lie lontarkan cukup masuk akal.
Setelah memasukkan semua koin emas pada cincin penyimpanan miliknya, senior wanita itu menempelkan jari telunjuknya pada kening Lie dan memberikan teknik Kultivasi Jiwa lewat transmisi pikiran.
Lie merasakan sebuah metode kultivasi memasuki pikirannya. Arus arus hangat pun menjalar di sekitar tubuh Lie, dan mengendap di kepalanya.
Setelah transmisi pikiran selesai. Lie berterimakasih pada sang senior di depannya dengan tulus.
"Terimakasih banyak senior, ke depan, jika senior butuh bantuanku, aku pasti akan membantu." ujar Lie sungguh-sungguh.
"Tidak perlu sungkan, lagi pula dengan kau menggunakan teknik Kultivasi Jiwa milikku, berarti secara tidak langsung kau menjadi muridku." jawab Wanita itu sambil tersenyum.
Mengangguk, Lie langsung berkata dengan membungkukkan tubuhnya. "Lie memberikan hormat pada Guru."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments