"Nama saya Ratmi tuan muda. Kalau dua orang tadi itu Ketua geng Kurawa, Kevin dan istrinya, Rina." jawab si pelayan dengan pelan. Kemudian ia melihat ke sekeliling seperti takut ada yang mendengar.
"Geng Kurawa? Seberapa besar kekuatan geng ini?" tanya Lie sedikit penasaran. Kemudian ia melambaikan tangannya membuat dinding emas transparan untuk mencegah ada yang menguping.
'Seorang Kultivator.' seru Ratmi dalam hatinya, ketika melihat dinding emas yang mengelilingi mereka bertiga.
"Hmm.... Geng Kurawa adalah salah satu geng terkuat di kota Suralaya. Mereka memiliki puluhan anggota yang semuanya adalah kultivator. Selain itu..." Ratmi tampak sedikit ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Tenang saja, Bi. Kami janji tidak akan memberitahu siapapun tentang pembicaraan kita." ujar Mayang tersenyum menyakinkan.
"Menurut kabar yang beredar, Ketua Kevin ini merupakan salah satu murid dari Sekte Matahari. Karena status inilah, Ketua Kevin sangat di segani kemanapun ia pergi." jawab Ratmi dengan wajah serius.
Lie sontak terkejut. Ia tidak menyangka pria yang tadi ia lihat adalah murid Sekte Matahari. Sekte kejam itu.
Sedangkan Mayang ikut mengepalkan tangan menahan amarah. Rasanya ia ingin mencari pria tadi dan menghajarnya habis-habisan.
"Lalu, tadi kenapa mereka memarahi dan menindas Bibi?" tanya Lie sedikit penasaran.
"Tadi saya tidak sengaja menumpahkan minuman pesanan Nyonya Rina ke mejanya." jawab Ratmi.
"Baiklah, Bibi. Terimakasih informasinya, kalau begitu kami pesan Mie ayam pangsit dua." ucap Lie sambil kembali melambaikan tangannya.
"Sama-sama Tuan muda. Mohon tunggu sebentar, saya akan menyiapkan pesanan." jawab Ratmi seraya berdiri dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan pesanan.
Setelah Ratmi pergi, Mayang dan Lie mengobrol sambil menunggu pesanan datang.
"Lie, apa kita akan membiarkan si Kevin itu?" tanya Mayang masih sedikit marah.
"Mau bagaimana lagi? Si Kevin ini kultivator tingkat bumi akhir. kita berdua bukan lawannya. Apalagi istrinya yang berada di tingkat bumi awal." jawab Lie tak berdaya. Jika saja ia lebih kuat, ia pasti akan menghajar si Kevin dan istrinya itu.
"Haaah....!"
Mayang hanya menghela napas kesal. Jika saja ia lebih kuat, ia pasti akan memukul si Kevin habis-habisan hingga menjadi Kevin geprek.
Beberapa saat kemudian....
Pesanan mereka telah tiba. Mereka mengajak Ratmi makan bersama. Meski awalnya menolak, Ratmi akhirnya mau makan bersama dan menambah satu porsi mie ayam.
Setelah makan siang dan berpamitan dengan Ratmi, Mayang dan Lie melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sambil menuntun kuda masing-masing.
'Orang jahat! Tunggu aku jadi kuat. Nanti akan aku hajar kalian!' tekad Mayang dalam hati ketika ia melihat berbagai kejahatan kecil di sekitarnya.
Menoleh kearah Lie, Mayang berkata. "Lie, suatu saat nanti kita harus mengubah kota Suralaya ini menjadi lebih baik."
"Iya. Nanti jika kita sudah menjadi kultivator kuat, kita kembali lagi ke kota ini. Kita ubah dan perbaikan kota ini menjadi kota yang damai dan tertib " angguk Lie sambil tersenyum.
Setelah beberapa saat menyusuri kota sambil menuntun kuda, mereka akhirnya tiba di gerbang keluar Kota Suralaya. Tujuan mereka kali ini adalah Kota selanjutnya, Kota Yazi.
"Berhenti." sebuah teriakan tidak ramah terdengar dari arah belakang, ketika mereka berdua hendak menaiki kuda.
Teriakan itu sontak membuat keduanya pun berbalik dan melihat sebelas orang sedang berjalan menghampiri.
"Ada yang bisa kami bantu paman?" tanya Lie datar. Ia jelas tahu, orang-orang ini pasti memiliki niat yang tidak baik. Jadi ia tidak perlu terlalu sopan kepada penjahat seperti mereka.
"Oh? Apakah begini caramu berbicara dengan orang yang lebih tua darimu? Hehehe... Aku akui kau memang cukup berani!" ujar si pria berpakaian ungu sambil mengangkat aslinya.
"Jika tidak ada keperluan lain, kami pamit dulu paman. Kami sedang tidak punya banyak waktu." ucap Lie, kemudian berbalik dan hendak menaiki kuda.
"Tunggu! Ana muda, kau sungguh tidak menghargai kami. Asal kau tahu, kami semua adalah kultivator kuat di Alam Guru besar tahap awal." ujar salah satu pria berpakaian biru dengan angkuh.
Lalu sepuluh pria berpakaian biru itu mengeluarkan basis kultivasi mereka secara serempak dan ingin menekan Lie dan sahabatnya Mayang.
"Ada apa? Tolong cepat katakan." ucap Lie dingin, walaupun Lie tidak takut dengan sepuluh orang di depannya ini, namun ia mewaspadai pria berpakaian ungu yang sudah berada di Alam Guru Besar Puncak.
"Baiklah. Hentikan semuanya, tarik aura kalian kembali." pria berpakaian ungu melambaikan tanganya dengan santai.
Sepuluh pria berpakaian biru pun langsung mematuhi perintah, mereka menarik kembali aura kultivasi mereka setelah mendengar suara pria berpakaian ungu.
"Jika kalian ingin keluar dari kota Suralaya ini, kalian harus membayar dulu pada kami." kata pria berpakaian ungu pada Lie dengan senyum main-main.
"Oya... Berapa?" tanya Lie penasaran.
"Sepuluh koin emas!" jawab pria berpakaian ungu dengan senyum aneh.
Lie mengernyit. Meskipun dia memiliki sepuluh koin emas, ini tidak sepadan jika untuk diberikan secara cuma-cuma pada gerombolan bajingan ini. Bagaimana pun, sepuluh koin emas termasuk jumlah yang besar bagi keluar kelas menengah.
"Apakah paman bercanda? Mana mungkin anak muda sepertiku memiliki koin emas sebanyak itu?" ujar Lie berbohong. Orang bijak berkata, tidak apa berbohong jika itu demi kebaikan.
"Tidak punya koin emas? Hm... Kalau begitu, serahkan gadis yang ada disebelah mu, anggap saja sebagai ganti koin emas." ucap pria berpakaian ungu dengan ekspresi mesum.
"Itu benar! Setelah itu kau bisa pergi dengan selamat, hahaha." ucap salah satu pria berpakaian biru tertawa keras.
"Hahaha..,!"
Gelak tawa membahana di saat sembilan orang lainnya ikut tertawa.
Lie tertegun sejenak. Saat ini, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi merah, amarahnya memuncak. Namun seketika terbesit sebuah rencana.
"Tunggu dulu paman. Aku akan mengucapkan kata-kata perpisahan dengan sahabatku ini." Lie kembali berkata dengan ekspresi sedih.
"Hahaha... Baiklah, setelah ini kalian mungkin tidak akan bertemu lagi." kata pria berpakaian unggun sambil kembali tertawa.
Pria berpakaian ungu yang menjadi pemimpin gerombolan merasa jika pemuda di depannya ini telah ciut nyalinya, akibat merasakan tekanan aura kuat dari para bawahannya tadi. Ia tersenyum lebar membayangkan apa yang akan dia lakukan setelah membawa gadis cantik di depannya ini ke markas mereka.
Sedangkan Lie melangkah ke depan Mayang dan berbisik pelan. "Mayang, nanti aku akan melemparkan enam jimat ilusi, dan kamu juga lemparkan lima jimat ilusi pada mereka.
Mayang tersenyum merasakan lima jimat ilusi di tangannya saat Lie memeluknya. Ia sangat percaya jika sahabatnya ini tidak mungkin akan menjualnya.
"Setelah itu, kita bergegas menaiki kuda dan gunakanlah tiga jimat cepat sekaligus pada kuda kita masing-masing. sekarang pasang ekspresi sedih." bisik Lie sembari tetap memeluk sahabatnya.
Adalah jelas bagi Lie jika harus terpaksa melawan sepuluh orang itu, bukan hanya akan babak belur. Namun juga bisa mati konyol dibuatnya.
Walaupun saat ini tingkat kultivasi Lie sudah berada di Alam Guru Besar. Melawan sepuluh orang di alam yang sama bukanlah hal yang mudah, apalagi ada satu orang yang berada di tahap puncak.
Melarikan diri adalah pikirannya yang terlintas saat ini dibenak Lie, dan suatu hari nanti, dia akan kembali datang ke kota ini untuk mencari gerombolan sebelas orang ini.
Lie kemudian berbalik kearah sebelas orang di belakangnya. Terlihat mereka semua sedang menonton dengan santai, momen Lie dan sahabatnya berpelukan.
Menurut mereka semua, hanya dua orang remaja berpakaian biasa saja, sama sekali tidak akan mampu mengancam mereka.
Sedangkan Mayang saat ini menundukkan kepalanya, dan mulai melakukan akting yang sangat menyakinkan.
"Hiks.... Hiks...."
Isak tangis Mayang terdengar cukup menyedihkan. dia perlahan mendongak dan menatap sebelas orang di depannya waspada, terlihat wajahnya yang sudah di penuhi air mata.
Lie cukup terkejut dengan apa yang di tunjukkan oleh Mayang. Bukankah ini terlalu nyata? Jika Lie tidak tahu kebenarannya, ia juga pasti akan tertipu.
Melihat ekspresi sedih kedua bocah di depannya ini, pria berpakaian ungu tertawa terbahak di ikuti sepuluh orang anak buahnya.
Wush! Wush! Wush!
Enam jimat Lie di ikuti lima jimat Mayang dilemparkan kearah sebelas orang yang sedang tertawa, seketika mereka semua terjebak Ilusi.
Lie dan Mayang bergegas menaiki kuda dan menempel tiga jimat cepat pada kuda masing-masing, dan memacu kudanya dengan secepat mungkin.
Wush
Kedua kuda melesat tiga kali lipat lebih cepat selama tiga puluh detik, kuda melaju cepat menjauhi Kota Suralaya dan mulai memasuki kawasan hutan.
Pria berpakaian ungu yang menjadi pemimpin tersadar lebih cepat dari ilusi. Melihat Lie dan Mayang sudah pergi menjauh, ia meraung dengan marah.
"Bajingaaaaan.....!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments