Halim berdiri tegak dengan pedang terhunus, tubuhnya waspada. Sosok berjubah hitam itu tetap diam di tempatnya, seolah menikmati ketegangan yang memenuhi udara. Di belakang Halim, Rian bersembunyi dengan wajah cemas.
..."Ngomong-ngomong siapa kamu?" tanya Halim tajam, matanya tak lepas dari sosok tersebut. "Dan apa maumu?"...
Sosok itu tidak langsung menjawab. Tudung yang menutupi wajahnya hanya menyisakan sedikit celah, memperlihatkan sepasang mata merah redup yang terasa menusuk.
..."Aku?" Suara berat itu terdengar seperti bisikan angin yang menyeramkan. "Aku hanyalah seorang pengamat, dan sama sekali tidak berniat untuk bertarung."...
...Halim menyipitkan matanya. "Pengamat? Jangan bercanda. Orang yang mengintai di tengah hutan seperti ini biasanya bukan cuma sekadar pengamat."...
...Sosok berjubah itu menghela napas pelan, suaranya terdengar seperti erangan lelah. "Kau cepat menuduh, manusia. Tapi, aku mengerti. Dengan semua yang telah kau hadapi, wajar jika kau tak mempercayai siapapun."...
...Halim tak bergeming. "Kalau kau memang bukan musuh, buktikan. Apa alasan kau muncul di sini, dan kenapa kau mengawasi kami?"...
..."Sederhana saja, karena aku penasaran." Sosok itu sedikit mengangkat wajahnya, memperlihatkan kulit pucat di bawah tudungnya. "Penasaran dengan manusia yang berani berjalan di jalur yang berbahaya. Kau, yang mengklaim ingin mengalahkan Raja Iblis."...
Halim terdiam. Dia tidak menyangka reputasinya mulai terdengar bahkan di sudut-sudut hutan seperti ini.
..."Kalau itu benar, kau mau apa? Kalau kau salah satu dari mereka, seharusnya kau tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menyergap" balas Halim....
...Sosok itu tertawa pelan, meski tawa itu terdengar dingin. "Jangan salah paham. Aku tidak melayani siapapun. Baik manusia, iblis, atau bahkan para jenderal Raja Iblis. Aku hanya seorang pengelana yang tertarik pada konflik. Dan kau, Halim, adalah pusat dari konflik itu."...
...Rian yang sejak tadi diam akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Kakak Halim... dia siapa?"...
...Halim melirik ke belakang. "Aku juga tidak tahu."...
...Sosok berjubah itu menghela napas pelan. "Aku akan memberimu satu peringatan. Teruslah berjalan ke barat, dan kau akan menemukan lebih banyak informasi. Tapi ingat, setiap langkah yang kamu ambil akan semakin membawamu dekat dengan bahaya."...
..."Bahaya?" Halim mengernyit....
..."Termasuk menghadapi bahaya dari dalam dirimu sendiri. Saat masanya tiba nanti..."...
Kata itu menggantung di udara. Sebelum Halim sempat bertanya lebih lanjut, sosok berjubah itu berbalik dan mulai melangkah mundur.
..."Tunggu!" seru Halim. "Kau belum menjelaskan apa maksudmu!"...
Namun, sosok itu hanya mengangkat tangan seolah memberi salam perpisahan, lalu tubuhnya perlahan diselimuti bayangan pekat. Dalam sekejap, ia menghilang tanpa jejak, seakan menjadi satu dengan tiupan angin hutan.
...Halim menggeram pelan. "Orang aneh."...
..."Dia benar-benar menakutkan," ujar Rian, suaranya gemetar....
..."Tapi dia nggak menyerang," balas Halim sambil menyarungkan kembali pedangnya. "Kalau dia memang musuh, kita mungkin udah mati sekarang."...
Rian terdiam, sepertinya masih memikirkan kata-kata sosok berjubah itu. Halim juga merasa bingung. Bukan hanya karena ancaman yang disebutkan, tapi juga rasa penasaran tentang siapa sebenarnya orang itu.
..."Sudahlah," kata Halim akhirnya. "Kita harus tetap lanjut. Desa terdekat sudah tidak jauh lagi."...
Rian mengangguk pelan, dan mereka kembali berjalan menyusuri hutan. Namun kali ini, Halim tak bisa mengabaikan perasaan bahwa mereka sedang diawasi. Sosok berjubah itu mungkin telah pergi, tetapi insting jejak kehadirannya masih terasa di sekitar mereka.
..."Teruslah berjalan ke barat, dan kau akan menemukan lebih banyak informasi."...
Apa maksudnya? Dan kegelapan seperti apa yang dimaksud?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments