Halim berdiri di tengah hutan yang porak-poranda. Tanah retak, pohon tumbang, dan debu masih beterbangan di udara. Golem raksasa yang sebelumnya menjadi ancaman kini telah menghilang, menyisakan jejak kehancuran yang tak bisa diabaikan.
Namun, meskipun pertarungan telah usai, Halim tidak merasakan kemenangan. Matanya masih menatap kosong ke arah di mana Elyra menghilang dalam kabut hitam.
..."Elyra..." gumamnya pelan....
Sosok yang selama ini ia anggap anggun dan tegas ternyata adalah musuh. Salah satu Jenderal Raja Iblis. Dan yang memalukan adalah insiden yang terjadi beberapa saat lalu.
...Halim menghela napas berat. "Itu benar-benar tidak sengaja."...
Bayangan itu berputar di kepalanya. Saat ia terjatuh, kehilangan keseimbangan di tengah pertarungan, bibirnya tanpa sengaja bersentuhan dengan bibir Elyra. Wajah Elyra yang seketika memerah, tatapan marah yang berbalut rasa malu.
..."Dan sekarang dia pergi tanpa penjelasan," Halim mengusap wajahnya kebingungan. "Kenapa gadis itu harus serumit ini?"...
Namun, tak peduli seberapa besar rasa malunya, Halim hanya memikirkan satu hal di benaknya. Kenyataan bahwa Elyra adalah seorang Jenderal Raja Iblis.
..."Selama ini kenapa dia membantuku? Apa dia memanfaatkan aku?" Halim mengepalkan tangan. "Setelah dipikir-pikir dia sempat berkata bahwa dia harus melakukan 'itu' .Apa... Mungkin dia juga tidak nyaman dengan tugas itu?"...
Pertanyaan itu terus menghantuinya. Sejak awal, Elyra memang selalu terlihat baik padanya. Ia menemani perjalanan Halim, bahkan terkadang terlihat peduli. Tapi sekarang semuanya terasa seperti kebohongan.
Tapi, terlepas dari itu semua, Halim tidak bisa membenci Elyra sepenuhnya. Dia bukan tipe orang yang menyimpan dendam tanpa alasan. Lagipula, ada banyak hal yang belum jelas.
..."Aku tidak akan tahu apa-apa kalau cuma berdiri di sini," ucapnya pelan. "Masih banyak yang harus aku lakukan."...
Dia mendongak, menatap langit yang mulai cerah kembali. Suara burung-burung yang sempat hilang kini perlahan kembali. Namun, ketenangan itu terasa hampa.
Saat langkah Halim mulai menjauh dari lokasi itu, pikirannya teringat pada tujuannya yang lebih besar. Mengalahkan Raja Iblis karena dia ingin dunia menjadi tempat yang aman, terutama bagi anak-anak yang hidup dalam ketakutan.
Halim teringat wajah-wajah kecil yang dulu pernah ia temui di desa-desa. Anak-anak yatim piatu yang kehilangan keluarga mereka karena ulah monster-monster buas. Ia ingat betul bagaimana tangisan mereka bergema di tengah kehancuran, bagaimana tangan-tangan kecil itu mencoba menggapai bantuan yang tak pernah datang.
..."Aku tidak ingin ada anak-anak yang harus tumbuh tanpa orang tua."...
Namun sekarang, dengan Elyra yang ternyata menjadi musuh, semuanya terasa jauh lebih rumit. Dia sadar, perjalanannya akan semakin berat.
..."Aku tidak peduli seberapa sulitnya. Kalau itu bisa menyelamatkan mereka, aku akan terus maju." mencoba memotivasi dirinya....
Halim terus melangkah. Hutan di sekitarnya mulai terasa lebih hidup. Daun-daun berguguran ditiup angin, sementara sinar matahari menembus celah pepohonan, menciptakan corak cahaya di tanah.
..."Sebaiknya aku belajar dari kecerobohan itu..." Halim melamun sambil berjalan. "Semoga saja dia tipe orang yang bisa cepat melupakannya."...
Tapi, jauh di lubuk hatinya, ia ragu.
..."Atau mungkin tidak"...
Halim mempercepat langkahnya, berusaha mengabaikan semua itu. Masih banyak hal yang harus ia pikirkan. Elyra mungkin akan kembali suatu saat nanti, dan Halim harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi.
Halim tak akan pernah melupakan perasaan aneh yang muncul saat bibir mereka bertemu. Sesuatu yang bukan sekadar rasa malu.
..."Lagi pula aku lebih suka hidup sendiri atau bahkan mungkin ingin hidup sendiri," tegasnya pada dirinya sendiri. "Tidak ada yang berubah."...
Dengan keyakinan itu, Halim melangkah lebih jauh ke dalam hutan, meninggalkan bayang-bayang pertempuran di belakangnya. Perjalanan baru saja dimulai, dan dunia masih menyimpan banyak rahasia yang harus ia ungkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments