Part 14

Lelaki itu tampak gagah dan berkharisma. Wajahnya sangat tampan dengan warna kulit yang agak gelap karena sudah hampir delapan tahun berkutat di dalam medan pertempuran. Jenderal Wang Li adalah seorang Jenderal yang ahli dalam bertarung. Karena itu, dia selalu ditugaskan untuk memimpin pasukannya untuk menjaga perbatasan atau menjadi pasukan penghancur bagi pasukan musuh.

Selama hampir delapan tahun menjadi Jenderal, tidak sekalipun Jenderal Wang Li diizinkan untuk kembali ke istana. Jika dia sudah berhasil menaklukkan suatu daerah, maka dia akan kembali ditempatkan ke daerah lain. Seakan-akan tugasnya tidak pernah habis dan selalu ditempatkan di daerah yang berbahaya. Walau begitu, dia tidak pernah mengeluh apalagi menolak perintah itu.

Di depan pasukannya, Jenderal Wang Li berdiri. Dia mengedarkan pandangannya dan memandang ke semua wajah-wajah prajuritnya seakan dia sudah hafal dengan wajah-wajah itu. Wajah-wajah yang selalu setia menemaninya di saat berperang atau paling tidak saat mengumpulkan jenazah-jenazah teman-teman mereka yang telah gugur.

Pasukan yang tak seberapa itu, adalah pasukan yang berani mati untuk membela pemimpin dan juga negerinya. Mereka sangat loyal kepada Jenderal Wang Li yang sudah menemani mereka berperang. Di mata mereka, Jenderal Wang Li adalah pemimpin yang bijaksana dan suka memperhatikan semua prajuritnya.

"Aku baru saja mendapatkan surat perintah dari istana yang meminta kita untuk bergerak ke Wilayah Dataran Timur dan menjaga wilayah itu dari gangguan Kerajaan Wu," ucap Jenderal Wang Li sambil mengedarkan pandangannya ke arah pasukannya. Ekspresi wajah mereka tiba-tiba berubah seakan mereka merasa kecewa saat mendengar ucapan Jenderal mereka itu.

Melihat ekspresi kekecewaan di wajah prajuritnya membuat Jenderal Wang Li paham. "Aku tahu kalian kecewa, tapi kali ini aku berjanji ini adalah pertempuran kita yang terakhir. Setelah perang ini selesai, aku akan meminta kepada Raja Zhao Li agar pasukan kita diganti oleh pasukan yang baru dan kalian bisa kembali berkumpul lagi bersama keluarga kalian," ucapnya tegas di depan pasukannya dan disambut dengan suara riuh dari pedang dan tombak yang dipukulkan pada tameng yang mereka pegang.

Pasukan di bawah naungan Jenderal Wang Li sangatlah terlatih. Walau tak seberapa, tapi mereka bisa menghancurkan konsentrasi lawan dengan taktik mereka yang sangat jitu. Tak sedikit, musuh akan lari tunggang langgang jika berhadapan dengan pasukan itu. Dan kini, mereka akan meninggalkan daerah selatan dan bergerak menuju Wilayah Dataran Timur sesuai perintah dari Raja Zhao Li.

Iring-iringan pasukan itu mulai meninggalkan daerah selatan dan berjalan menuju Wilayah Dataran Timur. Mereka sangat bersemangat karena ini adalah peperangan terakhir mereka. Mereka sudah tidak sabar untuk bisa kembali pulang dan berkumpul dengan keluarga yang sudah lama mereka tinggalkan.

Sebelum itu, Jenderal Wang Li sudah mengirimkan surat permohonan kepada Raja Zhao Li agar setelah peperangan ini berakhir, pasukannya diizinkan untuk pulang dan diganti dengan pasukan yang lain dan Raja Zhao Li menyetujuinya.

Dari jauh, terlihat gumpalan debu yang berterbangan saat pasukan Jenderal Wang Li mulai memasuki daerah perbatasan di Wilayah Dataran Timur. Melihat pasukan tambahan membuat pasukan yang sudah berada di perbatasan hampir tiga tahun itu cukup bergembira. Mereka disambut bak pahlawan.

Jenderal Wang Li menatap ke arah pasukan yang tak seberapa itu dan bertemu dengan pemimpin pasukan itu.

"Jenderal Wang Li, terima kasih karena Jenderal telah membawa pasukan bantuan untuk membantu kami di sini. Pasukanku hampir tiga tahun berjaga di perbatasan ini karena perintah Raja Zhao Li. Dan sekarang, pasukan Kerajaan Wu yang berjumlah 10.000 orang telah bersiap menyerang perbatasan ini karena Putri Yuri telah menolak permintaan Raja Wu Zia untuk menjadi selirnya. Karena itu, mereka berniat menghancurkan Wilayah Dataran Timur dan merebutnya agar wilayah ini bisa menjadi wilayah mereka," jelas pemimpin pasukan itu.

Jenderal Wang Li mendengar penjelasan itu secara seksama. "Baiklah, kalau begitu aku harus bertemu dengan Ketua Wilayah Dataran Timur. Melihat jumlah pasukan kita sangat tidak mungkin bisa melawan 10.000 pasukan Kerajaan Wu. Karena itu, aku harus bicara dengan ketua dari wilayah ini. Tolong, antarkan aku menemuinya," ucap Jenderal Wang Li.

"Baik, Jenderal."

Pemimpin pasukan itu lantas membawa Jenderal Wang Li bertemu dengan Putri Yuri. Sesampainya di sebuah rumah, kuda mereka berhenti. Mereka lantas disambut oleh Yuan yang sudah menunggu di depan pintu dan membawa mereka untuk menemui Putri Yuri. "Silakan masuk, Jenderal. Ketua sudah menunggu Anda," ucap Yuan mempersilakan Jenderal Wang Li untuk masuk.

Jenderal Wang Li yang terlihat gagah mulai memasuki ruangan itu dan mendapati seorang wanita cantik duduk di kursi kebesarannya.

"Silakan duduk, Jenderal." Putri Yuri mempersilakan Jenderal Wang Li untuk duduk. Melihat wajah lelaki di depannya itu, membuat Putri Yuri teringat akan wajah seseorang.

"Jenderal Wang, terima kasih karena sudah bersedia membantu kami. Dengan kehadiran Jenderal tangguh seperti Anda, aku yakin akan membuat semua pasukan menjadi lebih bersemangat." Putri Yuri memandang wajah lelaki itu yang terdiam tanpa ekspresi.

"Jenderal Wang, aku sudah menyiapkan pasukanku dan kita akan bersama-sama menjaga Wilayah Dataran Timur agar tidak jatuh ke tangan Kerajaan Wu karena aku tidak akan pernah bergabung dengan kerajaan itu." Putri Yuri menjelaskan panjang lebar.

"Yang aku dengar, Raja Wu Zia ingin menjadikanmu sebagai selir, kenapa kamu menolaknya? Jika kamu menerimanya, mungkin peperangan ini tidak akan terjadi."

Mendengar ucapan lelaki itu membuat Putri Yuri tersenyum sinis. "Jika aku menerima permintaan Raja Wu Zia untuk menjadi selirnya, maka Kerajaan Xia cepat atau lambat akan diserang oleh Kerajaan Wu. Raja mereka itu sangat rakus. Apa Tuan ingin Kerajaan Xia hancur di tangan Kerajaan Wu?"

"Apa kamu pikir, aku akan diam saja? Aku, Wang Li tidak akan pernah membiarkan Kerajaan Xia hancur. Dengan tanganku sendiri, aku akan menjaga Kerajaan Xia. Apa kamu pikir, aku tidak mampu melakukan itu?"

Putri Yuri tersenyum mendengar ucapan Jenderal Wang Li. "Andai saja Raja Zhao Li bisa bersikap seperti Tuan, mungkin kita tidak perlu berperang seperti sekarang ini. Kalau saja Raja Zhao Li menerima tawaranku untuk menjadikanku sebagai selirnya, mungkin Kerajaan Wu akan berpikir ribuan kali untuk menyerang Wilayah Dataran Timur."

Jenderal Wang Li menatap wajah cantik Putri Yuri yang terlihat kecewa. "Itu berarti, kamu bukanlah wanita yang bisa menggoyahkan hati Raja Zhao Li. Yang aku dengar, hanya Permaisuri saja yang begitu dicintai oleh Raja Zhao Li dan dia tidak akan pernah menerima wanita lain. Apa kamu tidak penasaran dengan wanita yang sudah membuat Raja Zhao Li tidak bisa berpaling pada wanita lain? Mungkin, kamu harus banyak belajar dari wanita itu," ucap Jenderal Wang Li yang membuat wajah cantik Putri Yuri terlihat kesal.

"Sebaiknya, kamu harus cepat meraih hati Raja Zhao Li untuk bisa menerima tawaranmu itu karena aku dan pasukanku tidak akan berlama-lama di wilayah ini. Setelah perang ini usai, kami akan meninggalkan wilayah ini karena sudah lama pasukanku tidak kembali kepada keluarga mereka dan Raja Zhao Li sudah menyetujui hal itu," ucap Jenderal Wang Li yang membuat Putri Yuri menjadi cemas.

"Sebaiknya aku harus pergi. Dan, segera perintahkan pasukanmu menuju ke perbatasan untuk bersiap-siap." Jenderal Wang Li kemudian menundukkan kepalanya seraya memberi hormat dan meninggalkan Putri Yuri yang memandang heran ke arah lelaki itu.

"Lelaki sombong. Andai saja Raja Wu Zia bukanlah raja yang brengsek, aku tentu akan memilih untuk menjadi selirnya daripada harus terhina di depan raja kalian yang angkuh dan sok setia itu," gumam Putri Yuri yang terlihat kesal.

Sepuluh ribu pasukan Kerajaan Wu sudah bergerak menuju perbatasan Wilayah Dataran Timur. Pasukan itu dipimpin oleh Raja Wu Zia sendiri bersama beberapa panglima perangnya.

Suara deru kuda bergema dengan kumpulan debu yang berterbangan di udara. Cuaca yang panas tidak menyurutkan semangat mereka. Sementara di seberang sana, pasukan Jenderal Wang Li sudah menunggu kedatangan mereka.

Di tengah lapangan yang luas, kedua pasukan itu saling berhadapan. Pasukan Kerajaan Wu yang berjumlah 10.000 orang itu dipimpin oleh Raja Wu Zia sendiri dan beberapa orang panglima perang. Sedangkan dari Kerajaan Xia, jumlah pasukannya hanya seperdua dari jumlah pasukan Kerajaan Wu dan dipimpin langsung oleh Jenderal Wang Li.

Melihat pasukan Kerajaan Xia yang lebih sedikit dari mereka membuat Raja Wu Zia tersenyum sinis. "Cepat kita selesaikan peperangan ini dan segera bawa Putri Yuri ke hadapanku," ucap Raja Wu Zia pada pasukannya dan disambut dengan suara riuh dan yel-yel mereka. Raja Wu Zia terlihat angkuh dan percaya diri karena jumlah mereka lebih banyak.

Raja Wu Zia mengangkat tangannya untuk aba-aba. Tangan kanannya diangkatnya tinggi-tinggi. "Serangggg," pekik Raja Wu Zia sambil menurunkan tangan kanannya itu. Sontak saja ribuan prajurit itu merangsek maju dan menyerang.

Melihat pasukan musuh bergerak maju tidak membuat mereka ikut maju. Mereka masih berdiri di tempat hingga pasukan musuh semakin mendekati mereka.

"Pasukan panah, bersiaplah," ucap Jenderal Wang Li pada pasukan panah yang ada di belakang pasukan penghadang.

Di saat pasukan Kerajaan Wu semakin mendekat, pasukan penghadang kemudian menunduk dan di belakang mereka pasukan panah berdiri dan menghujamkan ribuan anak panah ke arah pasukan Kerajaan Wu. Sontak, mereka terkejut dengan serangan tiba-tiba itu, tapi sudah terlambat.

Suara melesat ribuan anak panah terdengar dan menimbulkan suara erangan dari pihak lawan. Satu persatu prajurit Kerajaan Wu jatuh tersungkur dengan puluhan anak panah yang tertancap di tubuh mereka.

Melihat teman-teman mereka yang tumbang membuat pasukan Kerajaan Wu menjadi kocar kacir. Mereka tidak menyangka akan diserang secara tiba-tiba.

"Jangan panik!!?? Ayo, maju!!" Perintah Raja Wu Zia sambil melajukan kudanya ke arah pasukan Kerajaan Xia. Raja Wu Zia ternyata sangat handal. Dari atas kudanya, dia menghantam prajurit Kerajaan Xia tanpa ampun. Matanya merah menyala dengan mulut yang menyeringai dan sesekali berteriak untuk menyemangati pasukannya. Melihat raja mereka yang terus merangsek maju membuat pasukan yang tadi kocar kacir mulai bersatu kembali.

Sementara Jenderal Wang Li terus maju dan menghantamkan pedangnya ke arah prajurit-prajurit Kerajaan Wu. Walau begitu, prajurit-prajurit Kerajaan Wu seakan tak ada habis-habisnya hingga membuat pasukan Jenderal Wang Li menjadi kalang kabut. Jumlah mereka yang hanya seperdua dari pasukan Kerajaan Wu ternyata membuat mereka sempat goyah.

"Jenderal, pasukan mereka sangat banyak dan pasukan kita tidak bisa menyeimbangi mereka. Banyak prajurit kita yang telah tewas. Sebaiknya, apa yang harus kita lakukan?" tanya seorang anak buah Jenderal Wang Li yang terlihat panik.

Jenderal Wang Li memperhatikan arena pertempuran dan benar saja banyak prajuritnya yang telah tewas. Bau anyir darah mulai tercium dan mengganggu penciumannya. Mata liarnya kemudian menangkap sosok yang sedari tadi berhasil membunuh pasukannya. Matanya tidak berpaling saat melihat sosok itu yang hanya berjarak seratus meter dari tempatnya berdiri.

Jenderal Wang Li kemudian mengambil anak panah dan busur yang sedari tadi tergantung di punggungnya. Suara tali busur yang ditarik paksa mulai terdengar hingga membuat bibirnya tersenyum sinis. Di depan matanya, anak panah itu siap dilepaskan hingga anak panah itu melesat dan menancap di dada sosok itu hingga membuatnya terjerembab jatuh dari atas kudanya.

Melihat pemimpin mereka terluka dan jatuh dari atas kuda membuat pasukan Kerajaan Wu menjadi panik. Bagaimana tidak, sosok yang jatuh terjerembab itu adalah raja mereka, Raja Wu Zia. Beberapa panglima perang yang masih bertahan terpaksa mencoba mengangkat tubuh Raja Wu Zia yang sudah berlumuran darah. Walau Raja Wu Zia mengenakkan baju perangnya, namun ketajaman dan ketepatan panah Jenderal Wang Li mampu melumpuhkannya.

"Mundur!!?? Kita harus mundur!!?? Raja sudah terluka, ayo kita mundur!!??" seru beberapa orang prajurit yang melihat raja mereka yang terluka dan sudah tidak sadarkan diri.

Mendengar seruan tentang raja mereka yang sudah terluka membuat pasukan Kerajaan Wu lari meninggalkan medan pertempuran. Beberapa prajurit yang sudah terjebak, tak tanggung-tanggung langsung dibunuh di tempat itu oleh pasukan Kerajaan Xia. Bahkan, prajurit Kerajaan Wu yang terluka dan masih hidup pun tak luput dari ketajaman  pedang mereka. Mereka tidak kenal ampun.

Tanah lapang itu perlahan mulai sepi. Yang tersisa hanya suara erangan dari prajuritnya yang terluka. Suasana yang semula panas tiba-tiba mendung. Langit tiba-tiba menghitam dengan suara petir yang menggelegar. Perlahan, titik air hujan mulai turun dan membasahi arena pertempuran. Air hujan yang turun dengan lebatnya membuat tempat itu tergenang dengan air dan bercampur dengan darah dari prajurit-prajurit yang telah tewas.

Jenderal Wang Li turun dari atas punggung kudanya dan menatap arena pertempuran itu. Mata sang Jenderal menatap dengan tajam ke arah mayat-mayat prajuritnya. Kedua tangannya mengepal melihat setengah pasukannya yang telah tewas. "Maafkan, aku." Jenderal Wang Li menunduk dan memberikan penghormatan terakhir untuk mayat-mayat prajuritnya yang telah gugur.

Terpopuler

Comments

Sisilia Jho

Sisilia Jho

semoga jendral Wang Li tidak jadi penghianat karna prajurit nya yg telah tewas..

2020-05-04

1

Ayumi Mimi

Ayumi Mimi

Apa hrs jd selir nya raja xia bru bisa gabung di kerajaan nya,kasian permaisuri bru aja bahagia

2020-04-09

3

Yoni Hartati

Yoni Hartati

putri yuri benar2 jahat pingin singkrkan permaisuri

2020-01-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!