Ku duduk di atas ranjang ku, Memangku kakiku, dengan Isak tangis yang menggebu, terdengar jelas suara candaan mereka, Aku sisihkan Ara ku, aku tidak bisa menjadi ara lagi, yang berusaha ceria menahan luka, ku dengar suara mertuaku datang, dia menyapa mereka, entah perasaan apa yg aku rasakan sekarang, tiba-tiba pintu kamarku terbuka, ku ambil ponselku dan pura-pura melihat isi ponselku,
"sayang... kok gak gabung sama mereka?"tanya mertuaku,
"tidak ma, ara ada pekerjaan, mama dari mana?"tanya ku sambil meletakkan ponselku,
"tadi mama kerumah sakit sayang check up kesehatan,"ucapnya sambil duduk di depanku,
"Ara, kamu jangan terlalu di sibukkan sama pekerjaan mu fokuslah untuk dirimu sendiri,"
"apa yang mama katakan,Ara suka dengan pekerjaan Ara"ucapku sambil tersenyum,
masih terdengar jelas candaan mereka, mama mertuaku sudah tidak lagi di kamarku, aku tekadkan, akan bersikap lebih tegas hari ini, aku tidak boleh lemah, aku harus bangkit dari kedukaanku, aku harus bisa menyisihkan perasaanku, jam telah menunjukkan pukul 8 malam, tamu itu telah pulang, tentu suamiku mengantarkan mereka hingga mobil mereka tak terlihat, apalagi kulihat dari jendela kamar, gadis itu memeluk suamiku sebelum masuk kedalam mobilnya, terlihat suamiku yang membalas pelukan nya, hah sungguh pemandangan yang indah, aku tersenyum getir menatap mereka, terlihat gadis itu melihat ke arahku dari bawah, kulihat senyum di bibirnya,
apa kau fikir dengan melakukan ini, kau merasa menang Tania, kau belum tau jika seoarang istri di sakiti, dia bagaikan seekor singa yang akan siap menerkam, baiklah, akan aku ikuti permainan suamiku, sikap acuhnya, sikap dinginnya baiklah akan aku ladeni, kita lihat siapa yang akan menang nantinya,
ku tantang gadis itu dengan pandangan kami yang bertemu, ku berikan senyuman termanis ku, terlihat dia yang berwajah kesal,
*****
"aku mau pulang"ucapku saat kulihat suamiku sudah menutup pintu kamar,
sejenak ia terdiam lalu melanjutkan langkah kakinya,
"kenapa tiba-tiba"jawabnya,
tidak ku sangka ucapanku bisa memancingnya,
"tunggulah beberapa hari lagi, akan ku antar kan kamu"imbuhnya,
"tidak perlu aku bisa pulang sendiri,"ucapku ketus sambil berjalan menuju lemari, ku ambil koper kecil ku, ia mulai mendekat ke arahku dan mendesah, entah ia kessal atau bagaimana aku tidak peduli,
"apakah kamu marah dengan hal tadi"
"perlu kah aku menjawab"
ku terus memasukkan bajuku ke dalam koperku, terlihat ia mengambil koperku, dan menjauhkannya dariku,
"sebenarnya apa yang kau inginkan Ara"
sedikit kaget saat ia menyebut namaku dengan jelas,
"seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau inginkan tuan Arion Adhitama, aku tidak pernah bertanya apapaun terhadapmu, kemana kau pergi, dengan siapa, tapi kenapa kau bertanya apa yang aku inginkan, aku jawab
Aku ingin pulang ke rumahku"
ku tegaskan kata terakhirku tepat di depan wajahnya, pandangan kami saling kenal bertemu, ku acuhkan rasa takutku, rasa kecewa yang kini memimpinnya,
"tapi, kalau dadakan seperti ini, aku tidak bisa mengantarmu?"
"aku tidak butuh kamu, jadi bersikaplah seperti biasa, jangan banyak bicara seperti sekarang tuan Arion"
ku melangkah kan kakiku, mengitarinya, terlihat ia memaku di depan lemari, aku biarkan saja, ku harus kuatkan hatiku,
aku langsung duduk di ranjang ku, menselonjorkan kakiku, dan ku ambil ponsel yang terletak di sampingku,
ku lihat dia mendesah lagi dan segera duduk di dekatku,
apa kata-kata ku untuk pulang membuatnya takut, tapi kenapa harus takut?
aku masih diam dan terus fokus dengan ponselku, memeriksa setiap laporan yang ku terima, tiba-tiba
"kau jangan berfikiran aneh-aneh tentangku dan tentang nya,dia wanita baik-baik, aku dan dia tidak ada hubungan apapun"ucapnya sambil sedikit menundukkan wajahnya,
"apa yang kau bicarakan tuan Arion,sungguh aku tidak mengerti, wanita baik-baik, siapa maksudmu, wanita itu, aku tidak peduli dia siapamu, masalah dia wanita baik-baik, hanya orang lain yang bisa menilai, wanita baik-baik tidak akan berhubungan dengan laki-laki yang sudah bersuami, jadi berhentilah, berhenti lah, menggangguku, aku lelah, mengerti tuan Arion Adhitama"ucapku sambil meletakkan ponselku dan segera membaringkan tubuhku dengan membelakangi dirinya, sungguh hatiku meracau tidak karuan, ini pertama kalinya aku melawan dan bersikap berani di depannya, hilanglah Ara yang lembut,
ku tutup tubuhku dengan selimut hingga ke bahuku, kumatikan lampu dari tombol otomatis, terlihat ia masih diam di tempat duduknya,sudah tidak ku pedulikan lagi, aku hanya ingin bertemu ayah ibuku, aku ingin luapkan kerinduanku, ke gelisahanku, kedukaanku, ke laraanku, tanpa ku sadari air mataku mengalir, aku masih ara yang cengeng, yang tidak bisa menahan sakit saat melihat suaminya dekat dengan wanita lain, mendengar suaminya membela wanita lain, tapi aku harus bagaimana...? inilah mungkin satu-satunya jalan untuk mempertahankan hubungan ini, semoga aku bisa ... ucapku sambil memejamkan mata,
*****
ku geliyatkan tubuhku melepas kantuk ku semalam, ku angkat tubuhku bersandar ke sandaran ranjang ku, terlihat suamiku juga menggeliat di sofa, aku bangun dari tidurku dan segera ku membersihkan diri di kamar mandi, ku bersiap-siap dengan barang bawaanku, pagi ini sudah jam 7 aku baru turun dari kamarku, terlihat mama dan papa ku yang sedang duduk di tempat makan, sesat mereka menoleh ke arahku, ada rsaa terkejut, gelisah dan khawatir di wajah mereka, dengan segera mama mertuaku menghampiriku,
"sayang... kamu mau kemana?"
"aku ingin pulang ma, aku rindu orang tuaku"ucapku sambil menundukkan kepalaku,
"apakah kami kurang memperhatikanmu nak, sehingga kamu merindukan orang tuamu"tanya mertuaku lagi,
"tidak ma ..tidak... kalian sudah lebih dari orang tuaku sendiri, tapi tetap ma, aku ini seorang anak, pasti akan merindukan orang tuanya,aku hanya ingin menjenguk mereka ma?ucapku menenangkan mertuaku yang masih penuh dengan kesedihan,
"biarkan dia pergi... dia juga butuh refreshing karena kesibukannya ma,"ucap papa mertuaku, seakan mengerti keadaanku,
"dimana Arion, apa dia tidak mengantarmu"
"ti.. "
"aku akan mengantar nya ma, pa"terdengar suara Arion dari arah tangga, ku lihat ke arahnya, dia sudah rapi dengan pakaian nya dan koper kecil di tangannya,
"baguslah... mama kira, dia akan pulang sendiri,Ara..jangan lama-lama di sana ya,mama akan sangat merindukan mu"
"baiklah ma, kalau begitu Ara pamit dulu"ucapku namun di hentikan oleh Arion,
"berhenti... makan dulu,"ucapnya tanpa menoleh ke arahku dan langsung berjalan ke arah meja makan,
"benar sayang....makan dulu, perjalanmu lumayan jauh,"bujuk mertuaku,dengan mau tak mau aku duduk di meja makan, aku tidak menyiapkan nasi untuk Arion, ku biarkan dia menunggu, hingga akhirnya ia mengambil nasinya sendiri, ku lihat sekilas mertuaku saling menatap, mungkin mereka heran dengan sikapku, bahkan tadi aku juga tidak menyiapkan baju untuk nya, entah dia menemukan pakaian dalam nya atau tidak aku tidak peduli,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
andi hastutty
good Ara harus kuat dan tegas jangan mau di tindas dan makan hati. pernah ngerasain membela orang lain mati Matian di depan kita i2 menyakitkan 🥺🥺🥺🥺
2023-07-19
0
Alanna Th
hati istri yg trsakiti; cintapun bisa brubah jd benci 💔💔 aq sdh tdk mncintai swamiq spt dulu, ada dendam n benci. seandainya aq msh muda, aq akan pergi selamanya darinya, tp cintaq pd anak" mnahan kakiq utk kabur 😵😫😥😰😭💔💔
2023-01-30
0
shuhairi Nafsir
sebagai mentua pun egoist mementing diri mereka . bosan ceritanya .Thor . nga ada exciting langsung
2022-01-24
0