Aku berjalan memasuki kawasan kantor, dengan mata yang sedikit sembab, semua mata beralih padaku, entah karena aku ini atasan nya atau karena aku yang terlihat menyedihkan,
"Bu, sebentar lagi rapat akan di mulai, para divinisi sudah menunggu anda"
"baik terimaksih"
tanpa masuk ke dalam ruanganku aku langsung menuju ke ruang rapat dimana semuanya sudah berkumpul,
"maafkan saya, karena datang terlambat," ku bungkukkan tubuhku, sebagai permintaan maafan, mereka semua sama baiknya terhadapku,
"tidak Bu, anda tidak terlambat,kami yang terlalu bersemangat untuk rapat ini"
"terimakasih untuk pengertian kalian"
aku tersenyum menatap semua yang ada diruangan itu, saat ku melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka ku melihat bayangan Arion, tapi aku tidak yakin itu, aku pun memulia rapat mengenai proyek baru,
semua yang ada di ruang rapat puas dengan hasil pemikiran ku, aku bersyukur, karena karyawan disini tidak banyak mengeluh, selalu semngat dalam bekerja, itu yang membuat aku juga bersemangat dalam menjalani pekerjaan ini,
ku kembali keruangan ku, ku termenung di kursiku, sampai kapan aku akan begini? itu pertanyaan yang selalu aku luntarkan kepada diriku sendiri, saat aku asyik dengan lamunanku, papa mertuaku masuk dengan seseorang yang sangat dan amat aku rindukan, sosok itu menatap ku penuh dengan tanda tanya, aku mengalihkan pandanganku agar tidak bertemu dengan pandangan mata nya, yang seolah-olah mengintimidasi ku,
"nak.. ini nak Troy.. papa tau kalian saling mengenal, nak Troy adalah bagian divinisi perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita mengenai proyek baru yang kau tangani sekarang, dan sekarang nak Troy ingin mendiskusikan hal bersama mu"
"baikakh pa, silahkan duduk pa, kak Troy"
"kalian berbincang lah bebas, papa ada pekerjaan, nak Troy paman tinggal dulu "
"baik paman, terimaksih"
papa tersenyum kepada kami, dialaah papa mertuaku, yang sangat peduli denganku, ku lihat kak Troy memperhatikanku,
"silahkan duduk kak Troy, minum apa, kopi seperti biasa"ucapku memecah kecanggungan,
"terimaksih ra, ya aku minum kopi seperti biasa, kamu masih ingat dengan minumanku"
"tentu lah kak, bagaimana ara bisa lupa"
kuberusaha menjadi Ara seprti saat kuliah, terlihat ceria, dan sumringah, bukan kak Troy namanya jika dia tidak bisa membaca keadaan ku yang sebenarnya,
"bagaimana Ra, apakah kau baik-baik saja"
"baik kak, kakak sendiri bagaimana?"
"aku baik seperti dulu tidak ada yang berubah, tapi Ra, kamu terlihat lebih kurus dari sebelumnya, apakah kau bahagia dengan pernikahan mu?"
pertanyaan yang membuatku luluh, perhatian kak Troy masih sama seperti dulu, meski menjaga jarak, tapi perhatian dan ketulusannya sangat aku rasa, ingin rasanya aku memeluk pria yang sekarang berada di hadapanku, menceritakan semua kesedihanku, meluapkan semua kegundahan ku, tapi apalah dayaku, aku selalu di ajarkan untuk menjaga martabat keluarga, terutama martabat suami, aku ingat pesan ayahku
ingat nak, kehormatan suami adalah kehormatan istri, istri bagaikan baju bagi suami, yang akan selalu menutupi ******** si suami
kini aku menyembunyikan sifat suamiku dari kak Troy, pria yang penuh dengan ketulusan dan kehangatan,
" aku bahagia dengan suamiku kak, dan juga pernikahan ini, bagaimana aku akan sedih jika aku memiliki mertua sebaik mama dan papa"
"baikalh jika ada sesuatu, kamu jangan sungkan cerita padaku, aku akan dengan setia mendengarkan keluhanmu, jangan di pendam sendiri"
"baiklah kak, oy semoga proyek ini berjalan dengan sukses ya kak, dan selamat atas kerja sama pertama kita"
"kuharap juga begitu, kesuksesan itu hal kedua bagiku, melihat mu baik-baik saja adalah yang utama"
lama mereka membahas masalah proyek, akhirnya jam makan siang mereka mengakhiri perbincangan mereka,
"baiklah ini no ku jika ada apa-apa atau sesuatu tentang proyek kita, kamu hubungi no ku"
"baik kak," kuambil kartu nama itu dan ku taruh di atas meja,
"apakah Ara kecil belum ada"
aku mengerti maksud dari pertanyaan nya, Ara kecil adalah anakku, yang mengartikan apakah aku belum hamil?
"doakan saja kak, semoga secepatnya di kasih keturunan" ucapku sambil tersenyum ke arahnya,
kutahan air mata yang hendak jatuh dari mataku,
sejenak ruanganku menjadi sunyi,
"baiklah, Ra kalau begitu aku pamit dulu, salamkan kepada paman" ucapnya sambil melangkah mendekati pintu ruanganku, sekilas ia berbalik, dengan wajah yang tidak bisa di tebak, ia keluar, ku menatap langit-langit ruangan ku, ku usapkan ke dua tanganku pada wajahku, menguatkan diriku sendiri, masih terlihat jelas di mataku, tawa suamiku yang bisa lepas dengan wanita lain, sedangkan denganku, sikapnya selalu dingin, dan acuh tak acuh,
jam sudah menunjukkan, jam 4 waktunya ku kembali kerumah mertuaku, tanpa ku sangka, suamiku ada di depan kantorku, dengan tangannya yang berada dalam sakunya menyandarkan tubuhnya ke mobil, membuat mata terus menatapnya, mengerti akan ketidak puasannya, aku langsung masuk kedalam mobilnya, dan tanpa suara lagi, dia melajukan mobilnya dengan cepat, hari ini hujan turun, namun hujan di hatiku lebih deras, merasakan sikap suamiku yang semakin hari bukan semakin dekat tapi semakin menjaga jarak denganku,
sesampainya di depan rumah, ia turun tanpa melihatku, mengabaikan ku lagi dan lagi, aku hanya bisa menangis di desiran hujan, ku masuk dengan rambut yang sedikit basah, ku masuk ke dalam kamar, membersihkan diri dan segera turun menemui mama mertuaku, untuk memberi nya obat,
"ma minum dulu obatnya"
ku sodorkan obat dan segelas air putih,
"terimakasih sayang, karena kau dengan sabar dan laten merawat mama yang berpenyakitan ini, entah bagaimana nasib mama jika tidak ada kamu di rumah ini, terimaksih ya sayang"
mertuaku memegang ke dua tanganku, mengungkapkan rasa terimaksih nya kepadaku, ya memang seharusnya begitu, karena meski perlakuan anaknya yang keterlaluan aku masih bertahan di rumh ini,
ku kembali ke kamarku setelah makan malam selesai, kini ku memilih diam tanpa melihat ke arah suamiku, yang memang selalu sibuk dengan ponselnya, ku pejamkan mataku, ku hempaskan semua rasa lelahku, rasa sakitku, dan rasa cemburuku,
bagaimana aku masih sangat mencintai suamiku dengan sikapnya yang seperti ini, sikap dinginnya, dan acuh nya, malah menambah daya tariknya sendiri terhadapku,
ku pejamkan mata ini, mencoba untuk bertahan,
Ara kau adalah keceriaan, kau harus bisa membuat dirimu ceria seperti dulu, semangat untuk mengejar cinta suamimu,
tanpa terasa aku sudah terlelap dalam tidur nyenyak ku,
saat pagi tiba ku melihat ponselku yang berdering sebentar lalu mati, kulihat ada pesan masuk dari sahabatku Yeyen
*ra, jam 8 aku akan tiba di surabaya, kamu di kantor apa di rumah*
pesan dari sahabatku yang berada di Pasuruan,
*aku dirumah hari ini Yen, datangalah aku sangat merindukanmu *
setelah ku balas pesan singkat dari sahabatku, ku membersihkan diriku dan segera turun menemui mamaku dan papa mertuaku,
"sayang... ku dengar kamu cuti hari ini?" tanya mama mertuaku,
"iya ma, aku sedikit kurang enak badan sekarang, dan lagi nanti Yeyen akan kesini , tidak enak juga jauh-jauh dari Pasuruan tapi aku gak ada, " ucapku memberi alasan, padahal aku lelah karena keadaan rumah tanggaku, fikiaranku kacau saat aku masih dalam keterpurukan,
hanya Yeyen yang aku butuhkan hari ini, Yeyen teman dan sahabat tergilaku, yang memujiku layaknya pria memuji wanita, sungguh ku merindukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
andi hastutty
heem miris
2023-07-19
0
Shuhairi Nafsir
jangan difikir kan lagi Ara. Mohon cerai aje Dari suami mu biarkan nanti dia merasa kapok dan menyesal diatas perbuatan nya itu
2023-03-11
0
Shuhairi Nafsir
Goblok banget kamu Ara. Dibutakan mata dan hati mu oleh cinta terhadap suami mu
2023-03-11
0