Aku Bukan Sebuah Pajangan
"Nak... bagaimana...apa kau betah dirumah kami..." sapa mertuaku yang kini duduk di hadapanku, menunggu selesai menuangkan teh di hadapannya,
"Iya ma.. Ara betah Disni, apalagi, ada mama yang selalu memperhatikan Ara"
ku mencoba memberikan senyuman terbaikku kepada mertuaku itu, mertuaku yang menyayangiku seperti anaknya sendiri, membuat ku tidak begitu merindukan orang tua kandungku.
Kini sudah enam bulan pernikahanku, tapi, mertuaku tidak tau bagaimana sikap putra bungsunya memperlakukan ku sebagai istrinya,
Malam pertama pernikahan kami, seharusnya menjadi malam pertama yang indah, yang di harapkan oleh setiap manusia, apalagi dengan wajah suamiku, mereka di luar sana berfikir akulah wanita yang paling beruntung, karena sudah mendapatkan, suami yang begitu sempurna, mertua yang baik dan kaya, namun.. mereka tidak tau... bagaimana hari-hari ku menjalani kehidupanku di kamarku, Aku hanya bagaikan pajangan yang tak pernah di anggap ada,
"Pernikahan ini seharusnya tidak terjadi, jika bukan karena keadaan mamaku yang tidak stabil, apa kau fikir aku akan menikah denganmu"
itulah kata-kata dimana saat malam pertama ia katakan, sakit... pasti... hatiku hancur,
Sejak aku kecil, aku selalu menjadi idola dalam lingkungan ku, mereka berkata, aku lah wanita yang selalu diinginkan pria dan wanita, aku begitu pintar dan cerdas di setiap pelajaran, bahkan aku bisa meluluhkan orang terkaya yang ingin menjadikanku sebagai menantunya kelak,
Iya dia adalah mertuaku sekarang, sekolahku, sehari-hari ku, bahkan sampai aku kuliah, semua di biayai oleh mertuaku,
Dia berdiri tepat di sebelahku, ber sedekap menatap langit-langit di malam itu,
"Aku tau kau tidak bersalah dalam hal ini, kau juga terpaksa menerima perjodohan ini, tapi setidaknya aku tidak mencintaimu, jadi jangan berharap lebih dalam hubungan pernikahan ini"
Aku masih tertunduk diam duduk di tepi ranjang, menahan air mata yang dengan kapan saja akan terjatuh, mengapa semenyakit kan ini,aku tahu, dia sangat tertekan dengan perjodohan ini, tapi setidaknya bisakah dia menghargai ku, meski bukan sebagai istri, setidaknya hargailah aku sebagai wanita.
"Seperti malam ini, kamu mengertilah, sampai kapanpun, aku tidak akan tidur seranjang denganmu, mulai malam ini aku akan tidur di sofa"
air mataku sudah tidak tertahan lagi,
Lihatlah aku, seorang Ara, yang selalu menjadi periang, tersenyum, dan selalu membuat suasana menjadi hidup, kini menjadi wanita yang paling menyedihkan,
"mau bagaimana lagi, mama papa, sangat mengandalkan mu dalam dunia bisnis mereka, aku bisa apa,saat mereka sudah tidak mau mengandalkan ku.
Dia menatapku, aku semakin tertunduk, siapa sangka malam pertama ku menjadi malam dimana kata-kata menyakitkan itu harus terlontar dari suamiku,
Aku adalah Ara yang mana kata orang tuaku adalah keceriaan, ku berusaha kuat aku mendongakkan kepalaku memberanikan diri agar tidak terlalu larut dalam kesedihan yang menyakitkan ini,
"saya mengerti,"
ku hapus air mataku, yang masih membasah di pipiku, ini bukanlah akhir dari kisah kamarku, malam-malam kami selalu di lewati dengan perang dingin, meski tinggal satu kamar, tapi kami tidak pernah bertegur sapa, melirik pun dia seperti tidak sudi,
aku selalu menepis prasangka-prasangka buruk di fikiran ku, mungkin benar, suamiku belum bisa menerima pernikahan ini,
Aku bersabar, mungkin suatu saat dia akan berubah, dan pelan-pelan menerima pernikahan ini,
Hari-hari ku lewati dengan menyedihkan, namun di saat diluar kamar, kami bersikap seperti layaknya suami istri yang harmonis, apalagi di hadapan keluarganya, di hadapan mama, papanya, ia tak segan menggandeng tanganku, meski ku tau ini hanya pura-pura, tapi aku bahagia, setidaknya dia menyentuhku.
"Sayang.. kamu kenapa.. kok melamun...?"
tanya mertuaku, yang langsung mengembalikan ku ke dunia nyata ku, ingatan menyakitkan itu selalu terngiang di ingatanku,
"Suamimu sudah datang Ra.." tanya mertuaku,
"Sudah ma,dia ada didalam kamar"
"Gini loh, mama mau, dia yang membuka acara dirumah, mama tau dia dan papanya tidak begitu dekat, bujuk lah dia"
Dialah mertuaku, yang selalu membuatku merasa nyaman berada di dirumah ini, aku memberinya obat, dan segera kembali ke kamar, kulihat suamiku masih duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya, kulihat kancing-kancing bajunya sedikit terbuka, memperlihat kan bagian dadanya, sungguh dia suamiku yang tampan, ku berikan segelas kopi hangat, namun ia menyuruhku menaruh nya di dekat nakas, tanpa melihatku,
ku bergegas, menyiapkan air hangat, dan perlengkapan nya untuk ganti baju, namun dia tetap tidak berkata apa-apa.
kulihat sebentar ke arahnya, ia meminum kopi yang ku buatkan dan beralih berjalan ke kamar mandi, ku dengar suara shower yang mengguyur tubuh atletisnya,
disaat aku ingin keluar kamar, aku dengar suara ponselnya, aku mendekat ke arah ponsel itu dan kulihat nama Tania yang tertera, hatiku mulai berdetak kencang, aku penasaran akhirnya aku beranikan untuk membuka ponsel suamiku untuk pertama kalinya, hatiku berdetak lebih cepat, aku takut ketahuan, karena inilah pertama kali aku menyentuh barang milik suamiku sendiri,
ku beranikan membuka wathsap, dengan air mata yang berjatuhan ku membaca nama Tania diurutan pertama,
"Tidurlah,gadis manis, ini lagu untuk menemanimu malam ini" tulis suamiku untuknya,
Aku letakkan ponsel itu di tempatnya, aku meringkuk ke ranjang tidurku, mematikan semua lampu dan menghidupkan lampu kecil yang berada di samping ranjangku, aku membungkus diriku dengan selimut, ku tumpahkan air mataku, membasahi bantal dan kain selimutku,
Aku tau dia belum bisa menerima pernikahan ini, aku tau,dia seorang laki-laki yang tidak ingin di atur dalam hal apapun, tapi jika nama Tania berada dalam kehidupan dan hatinya, bagai mana aku bisa tenang,
Nama Tania, menyita perhatian suamiku, nama tania yang bertahta di hatinya, lalu apa kedudukan mu di hatinya, aku bagaikan bunga yang tidak pernah lagi di sentuh air, Lana kelamaan akan kayu dan mati,
Lalu untuk apa aku bertahan dirumah ini, jika dia tidak ingin mempertahankan pernikahan ini sama sekali,
Tangisku semakin menjadi saat dia tidak menghiraukan tangisanku, berapa banyak air mata yang aku tumpahkan, dia selalu mengabaikan ku, aku bisa terima tapi ada wanita kain dalam hidupnya,
Aku menangis hingga aku tertidur, aku bangun tengah malam, dan kulihat suamiku masih asyik dengan ponselnya, akhirnya aku memutuskan untuk tertidur lagi, jam 5 pagi aku terbangun dan kulihat suamiku masih tertidur pulas di sofa, sejenak aku memperhatikan wajah itu,
bukan Ara namanya jika aku tidak bisa menaklukan hati suamiku,
aku mulai keluar dari kamarku setelah aku siapkan semua keperluannya, aku datangi pembantu dirumah itu dan seperti biasa membantunya memasak, aku melihat mamaku mertuaku turun dari tangga menghampiri kami, mungkin ia melihat betapa bengkaknya mataku, hingga membuat dia memegang pipiku,
"Nak.. kamu tidak apa-apa kan?" tanya sambil menatap lekat ke mataku,
aku kuat ma.. akan ku buat anakmu bisa menerimaku dan melupakan wanita yang bernama Tania itu, doakan putrimu ini ma... akan ku perjuangkn sekali lagi rumah tanggaku ini
ucapku dalam hati sambil tersenyum kepada mertuaku itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ritta Halil
baper ..benar ini cerita
2023-05-06
1
Uthie
Baru mampir 👍🤗
2022-09-05
0
Halimatus Sa'diyah
cerita meniru di novel "hati suhita" iya kan wkwkwk🗿
2022-06-12
0