"Dimana Gitarku, aku pernah bilang, jangan pernah menyentuh barang ku" ucapnya dengan lantang tanpa melihatku, aku terpaku dengan hati yang sakit, aku memindahkan Gitar suamiku karena takut akan terjatuh dari sofa, namun percuma aku menjelaskan itu, dia tidak akan mendengarkan,
aku mengambil gitar itu dan meletakkan di dekatnya, hatiku terenyuh, bagaimana suamiku bersikap seperti ini padaku,
apakah aku akan selalu menjadi istri yang di abaikan, dia sangat tau, kalau papa dan mamanya mengandalkan ku dalam urusan perusahaan, terbukti, beberapa bulan perusahaan ada dalam kendaliku, keuntungan perusahaan naik drastis,
"biar ku ambilkan air untuk mu" ucapku memecahkan kesunyian,
"tidak perlu... aku bisa ambil sendiri," ucapnya tanpa melihat ke arahku, ku perhatikan suamiku, dia tersenyum dengan ponselnya, senyum yang tak pernah ia tunjukkan padaku, aku pastikan dia sedang bercanda dengan Tania dalam percakapan ponselnya,
hati siapa yang tidak sakit, jika harus seperti ini terus, aku buka jendela kamar, menyerap hembusan angin yang masuk, ku tatap langit-langit yang begitu indah dengan taburan bintang
apakah aku akan seperti ini terus, berharap, tanpa ada yang bisa ku harapkan.
ku kembali ke ranjang ku memeriksa Imel yang masuk dalam ponselku, akhirnya aku punya kesibukan untuk tidak melihat suamiku yang sedang tersenyum sendiri, dia seperti laki-laki yang sedang kasmaran,
dia adalah suami yang aku nikahi 6 bulan yang lalu, dengan pernikahan yang begitu megah, aku menjadi pengantin tercantik, namun, jelek di mata suami, dia adalah Arion Adhitama, yang mempunyai arti ketampanan yang memikat hati,
Aku mencintainya, namun cinta ini begitu menyiksaku,
aku tutup ponselku dan segera ku matikan lampu dan ku ganti dengan lampu tidur, aku menutup mataku, berharap mimpi buruk ku akan segera menghilang,
pagi-pagi ku siapkan semua perlengkapan bajunya, dan ku turun dengan pakaian rapi ku,
"sayang sudah bangun nak" ucap mertuaku
"maafkan Ara ma, Ara bangunnya terlambat" ucapku sambil membantu mertuaku menyiapkan sarapan di meja,
"mama mengerti sayang, mama dan papa berharap kamu bisa segera melahirkan cucu untuk mama ini,"
deg...hatiku terasa sakit mendengar kata-kata itu, tahukah kau ibu mertuaku, jangankan memiliki cucumu, anak bungsumu tidak pernah menyentuhku, menatapku saja dia seakan jijik, bagaimana kau berharap memiliki cucu dariku,
tanpa terasa air mataku terjatuh, segera ku hapus air mataku, agar tidak ketahuan mertuaku,aku pandai bersandiwara, karena saat kuliah aku menjadi pemenang dalam kompetisi ekting, tentu itu sangat berguna untukku sekarang,
kulihat 2 pria turun dari tangga bersamaan ku tunjukkan senyum terbaikku, dia hanya acuh melihat ke arahku,
kami duduk berdampingan selayak nya suami istri yang harmonis, ku ambilkan nasi dan lauknya, ini adalah kesempatan ku melayaninya karena ada mama dan papa, ia manut dengan pilihan lauk yang ku sajikan,
"Arion luangkan lah waktu, bawa Ara bulan madu, kalian sudah 6 bulan menikah, apakah kalian tidak ingin segera punya anak, dan memberikan cucu untuk kami" ucap mertuaku, seketika aku melihat raut wajah Arion,
"untuk sementara aku tidak bisa pa, aku sangat sibuk, dan kulihat dia juga sedang sibuk" ucapnya sambil memasukkan sesuap nasi dalam mulutnya,
"bagaimana dia tidak akan sibuk, dia sendirian menjalani perusahaan papa, dia bukan karyawan, dia menantuku, aku bersalah padanya karena telah membuatnya menjalankan tugas berat ini"ucap sesal mertua laki-laki ku,
jika bukan karena mereka yang sangat dan sangat menyayangiku, bagaimana aku bisa bertahan dengan pernikahan ini, ku coba untuk menenangkan mertuaku,
"pa.. Ara tidak keberatan sama sekali, Ara tidak butuh bulan madu, Ara suka dengan pekerjaan Ara" dengan ku selipkan senyum di perkataanku, ku melihat ke dua mertuaku membalas senyumku,
"adakah tempat yang ingin kau datangi" tiba-tiba pertanyaan Arion membuatku tertegun dengan tanpa sengaja aku menjatuhkan sendok yang aku pegang, dengan gugup menyembunyikan hubungan kami, aku berusaha tersenyum melihat ke arah Arion, meski pria itu tak melihat ke arahku,
"tidak ada, aku tidak ingin ketempat apapun"
aku mengerti pertanyaan itu hanyalah basa-basi nya untuk membuat ke dua orang tuanya tidak curiga, sungguh ekting yang sempurna,
"kalian dengar sendiri, dia tidak ingin kemana-mana, jadi berhentilah menyuruh kami berbulan madu" ucapnya tanpa melihat ke arah orang tuanya dan aku,
aku hembuskan nafas beratku, tentu siapa yang akan pergi bulan madu, dengan suami yang tidak menganggap ku istri
"Arion sekarang kamu antarkan Ara ke kantor, soalnya dia tidak berangkat bersama ku, karena aku harus mampir ke rumah paman Yudi untuk hal penting"
"tidak perlu pa, arah tujuanku dan Arion tidak searah, biar ku naik taxi saja" ucapku, menolak sebelum ku dengar Arion menolak terlebih dahulu,
"baiklah pa, aku akan mengantarnya"
jawaban yang tidak pernah aku duga sama sekali, kenapa... kenapa sangat sulit menebak pikiran nya,
aku masuk ke dalam mobilnya, namun tidak ada percakapan di antara kami bagaikan orang asing yang berada dalam satu mobil, sungguh menyedihkan, ku coba melihat ponselku, berpura-pura memeriksa Imel ku, lalu ia berhenti di sebuah toko roti, entah untuk siapa roti itu, tapi aku memastikan itu untuk Tania,
saat ia turun dari mobilnya, ia lupa tidak membawa ponselnya sesaat saat kulihat Arion masuk ke dalam toko, ponselnya berdering, ingin ku raih ponsel itu, tapi aku takut, jika tiba-tiba Arion datang, dan memergoki ku, jika gitar saja membuat Arion marah apalgi ponselnya, akhirnya aku putuskan untuk mengabaikan dering ponselnya, namun ponsel itu terus berdering mati dan berdering lagi, ku lirikkan mataku sesaat,
deg.. deg... deg...
nama Tania yang tertera, lengkap dengan fotonya yang tersenyum, sungguh wanita yang cantik, apalah diriku ini jika di bandingkan dengannya, hati sakit, dadaku terasa sesak, buliran air mata sudah mengambang di mataku, aku menahan sesenggukan ku, aku hapus air mataku, saat aku melihat Arion keluar dari toko itu, saat dia membuka pintu mobil aku pejamkan mataku, menengadahkan kepalaku, sesat ia melihat ponselnya yang terus berdering sesekali melihat ke arahku, lalu mengambil ponselnya dan menutup pintu mobil lagi, bersandar di mobil sambil menelfon siapa lagi kalau bukan Tania, ku dengar tawanya yang lepas, aku sudah tidak kuat, ku keluar dari pintu mobil,
dan berjalan mengitari mobil, kulihat ia masih tidak menyadari keberadaan ku ,
"Arion... aku berangkat dulu saja, kamu teruskan pekerjaan mu"
lalu kulangkahkan kakiku pergi, dia sesaat menatap langkahku, namun tidak menghentikan ku,
apa yang kau harapkan Ara, apakah kau akan berharap dia akan menarik tanganmu dan menghentikanmu, kau pikir siapa dirimu, kau hanya pajangan baginya,
ku masuk ke dalam taxi yang aku berhentikan, tanpa menoleh lagi ke arahnya, sungguh sangat menyakitkan,
Mohon like dan komin nya serta vote nya ya teman-teman semua
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
andi hastutty
berada di posisi Ara sangat sungguh menyakitkan
2023-07-19
0
Ani Vabbiani
baru baca udh bikin sesak nafas,
2022-10-27
0
Nona Aan Chayank
nyesekkk,,, 😢
2022-09-24
0