Dan semenjak hari itu, hubunganku dengan Faisal menjadi dekat, dekat di sini dalam artian yang ambigu yah, hingga akupun kadang bingung dengan statusku dengan Faisal.
Jika di bilang kami pacaran tapi hubungan kami hanya sebatas chatingan dan itu pun hanya sekedar bertanya Lagi apa?? Sudah makan?? sudah pulang kerja?? sudah tidur?? dan hal-hal semacamnya, aku hanya menanggapinya dengan seperlunya, tapi tidak bagi Faisal, di matanya aku seperti seorang perempuan yang paling special di hidupnya, dia selalu mengutamakan diriku di atas segalanya, aku tahu itu adalah bagian dari perjuangannya, dan sebagai seorang perempuan, aku sangat bahagia bisa di perjuangkan.
Tapi kini aku telah berubah menjadi manusia yang egois, Manusia selalu mudah berubah-ubah bukan?? aku sedikiiiitttt faham agama, tapi aku masih saja bisa mempermainkan hati seorang pria, entah kenapa tapi rasa raguku tak pernah hilang dari hatiku, bukan, bukan karena aku pernah mendengar desas-desus akhlak Faisal yang dulunya senang mempermainkan perempuan, untuk hal itu aku justru pernah melihatnya sendiri cara Faisal pacaran dengan Sintia dulu, kalau aku hanya mendengar dari issue, jelas aku tidak akan percaya begitu saja, karena bagiku tidak akan pernah memandang orang dari sebelah mata, aku tidak akan menilai orang dari sudut pandangku saja, jelas aku pun harus memposisikan diriku di tempat mereka yang telah di tuduh.
Tapi satu hal ke egoisan yang tidak bisa ku hindari, ketika hatiku tidak bisa menerima kehadirannya di hidupku, tapi justru ragaku tidak ingin kehilangan bayangannya, seolah tidak rela kehilangan semangat yang selalu di berikannya padaku, aku tidak rela kehilangan sosok yang selalu mendengarkan keluh kesahku, sama seperti dia yang selalu ketergantungan padaku, aku seolah menjadi candu baginya.
Sejauh ini aku yang selalu memberinya support yang di rasanya luar biasa, kami selalu sharing tentang hidup, aku juga berhasil mengajarkannya cara berwudhu dan shalat, hingga dia sekarang sering shalat tepat waktu dan lengkap lima kali dalam sehari.
Jatuh cinta itu memang sangat lucu, dulu aku sering menertawakan mereka yang sedang jatuh cinta karena sering, melakukan hal konyol yang unlogika, tapi lihatlah sekarang, akulah si manusia konyol itu, aku tidak mau mengakui hatiku yang sedang di hinggapi rasa cinta, tapi tubuhku terus mengekspresikannya, aku benci kenyataan ini, tapi anehnya tubuhku terasa sangat menyukainya.
Aku tak bisa memungkiri, jika di setiap do'aku selalu ku selipkan namanya, berharap Allah selalu melindungi kami, berharap Allah selalu memberikan semua hal yang terbaik bagi Faisal. Dan lucunya Faisal, dia akan tiba-tiba datang ke kosanku hanya karena aku telat membalas chatnya, dia akan marah padaku hanya jika aku di lirik oleh pria lain, dia akan menelponku hingga ratusan kali misscall hanya karena aku sedang pura-pura marah padanya, lucu memang.
Aku sadar ini salah, ini tidak sesuai dengan syariat, tapi Cinta selalu penuh dengan kegilaan, meski aku tidak pernah melakukan hal-hal yang terlalu jauh dengannya, bahkan untuk bisa makan bersama saja sulitnya minta ampun, berhubung kami sama-sama di sibukkan dengan pekerjaan dan urusan keluarga.
Seperti di suatu hari, di hari sabtu yang cerah, aku pulang kerja lebih awal karena hari sabtu kantor di buka hanya setengah hari, tiba-tiba Faisal menelponku untuk mengajakku makan malam,
"Jani, kita makan malam bareng yuk," Ajak Faisal,
"Aku gak bisa kayaknya, aku sibuk" Tolakku,
"Ayolah, Jani kita jarang banget ketemu lho ... kamu masih aja nolak, bahkan hanya sekedar makan aja, coba deh liat yang lain, orang pacaran pada jalan bareng, nonton bareng, kamu di ajak makan aja gak mau" Terdengar Faisal sangat kecewa dengan penolakanku,
Aku menghela napas, aku tidak ingin membuat orang lain kecewa, "Baiklah, mas Faisal mau ngajak aku makan di mana??" Tanyaku akhirnya,
"Hheee ... gitu dong, kamu siap-siap aja, nanti aku jemput," Terdengar ada kebahagiaan di suara Faisal,
"Iya ... aku tunggu Assalamu'alaikum" trrruuutttt ... aku menutup telponnya.
Aku segera mandi, dan bersiap-siap, ala-ala aku sendiri, sangat sederhana, tidak ingin terlihat mencolok di hadapan pria,
"Hay ..." Sapa Faisal setelah tiba di hadapanku,
"Wa'alaikumsalam" balasku, sambil tersenyum,
"Aaaaahhhh ... aku lupa, hheee" Jawab Faisal sambil mengedipkan sebelah matanya,
Jujur aku selalu terkesima ketika dia melakukan hal itu, dia terlihat lebih tampan dari biasanya ketika mengedipkan matanya,
"Ya udah kita mau ke mana??" Tanyaku akhirnya,
"Emh gimana kalau kita makannya di tempat biasa aja," Ajak Faisal,
"Iya boleh ..." jawabku,
Akhirnya kami berangkat ke tempat yang di inginkan Faisal, taukah kamu?? Jika banyak pasangan yang memilih untuk ma-makan bersama pacarnya di cafe, restoran, atau semacamnya, maka pilihan kami selalu di warung tenda yang sama, yang hanya menyajikan menu alakadarnya, yang mana ketika kami sedang menikmati makan maka segerombol pengamen dan tukang minta-minta akan mengerubungi kami, alhasil kami tidak pernah bisa makan dengan baik, lucu memang, aku bukannya tidak memiliki ke inginan untuk bisa makan di tempat yang lebih layak, hanya saja aku faham, gaji Faisal saat ini tidak besar, aku sadar itu. Lagi pula ketika kita jatuh cinta jangankan makan di warung tenda, tidak makan berhari-hari pun rasanya tetap romantissss.
Tapi, ke banggaan tersendiri bagiku, ketika bisa menemaninya dari bawah, dari mulai Faisal bukan apa-apa, tidak punya cukup banyak uang, tapi aku bisa berdiri di sampingnya dengan tegar, mendukungnya, memberinya semangat, dan mendoakannya tentunya.
"Jani, maafkan aku" Faisal membuka suaranya di tengah acara makan kami,
"Untuk???" Tanyaku mengerutkan keningku,
"Karena belum bisa membuatmu menjadi perempuan yang merasa beruntung berada di sampingku" Sesalnya,
Aku tersenyum, kali ini pemikiran Faisal tentangku terlalu dangkal "Jangan bilang kayak gitu mas, gak baik, aku tidak pernah memandang status sosial seseorang".
"Aku tau, kamu perempuan baik Jani, Jani, menikahlah denganku," Rasanya kata-kata itu sudah terlalu sering aku dengar dari mulut Faisal, hingga aku tidak ingin menanggapinya terlalu serius lagi. Aku hanya tersenyum.
"Rencana baik jangan sering di umbar, tapi harus di segerakan, takutnya ada setan lewat ... hhhhheee" Sebetulnya kata-kataku sudah bisa di bilang jawaban untuknya,
"Jani, gimana kalau kita resmikan hubungan kita, aku akan mengajak Ayahku ke rumahmu besok, kebetulan besokkan hari minggu" Pernyataan Faisal sedikit membuatku tertegun, aku belum siap mengatakan apapun pada ibu, aku memberikan jawaban seperti itu kepada Faisal hanya karena aku tidak ingin Faisal terus bertanya padaku tentang pertanyaan yang sama.
"Iya, nanti aku coba bilang ke Ibu" Jawabku,
"makasih ya Jani," Faisal tersenyum sangat manis padaku,
"iya sama-sama".
Setibanya di kosan, setelah Faisal pulang aku memutuskan untuk menelpon Ibu, aku ingin berdiskusi dengan Ibu tentang lamaran Faisal kepadaku,
"Assalamualaikum ibu" Sapaku setelah telponku di angkat,
"Wa'alaikumsalam Jani, kamu lagi apa nak??" jawab Ibu.
"Ibu, Jani tidak sedang apa-apa, Jani hanya ingin minta pendapat ibu," Aku mulai membuka wacana sesungguhnya pada ibu,
"Pendapat ibu tentang apa Jani??" Tanya ibu,
"Ibu, besok Jani akan pulang, bersama seseorang, Jani akan di lamar seseorang ibu" Jelasku akhirnya,
"Loh?? Kenapa mendadak??" Terdengar ibu begitu kaget dengan pernyataanku,
"Iya ibu, niat baik harus di segerakan bukan??" elakku, aku tau ibu takkan mudah menerima seseorang yang akan hadir di hidupku,
"Anjani!!!!, kamu itu kenapa??? kamu milih jodoh kaya mutusin mau ke kamar mandi saja, memang kamu sudah kenal sama calon suami mu??" terdengar suara ibu begitu melengking, sudah ku duga, reaksi ibu akan seperti ini,
"Ibu, ini kan hanya acara pertemuan keluarga saja, bukan acara lamaran resmi, kita masih bisa berfikir dan mempertimbangkan nya kembali" Entah apa yang ada di fikiranku kali ini, tapi yang jelas hatiku berkecamuk, dari awal perjalanan cintaku dan Faisal tidak pernah mulus.
"Kamu itu bodoh atau bagai mana?? kamu fikir setelah kamu membawa pria dan keluarga nya ke rumah kamu masih bisa memilih lagi???" Terdengar suara ibu semakin meninggi,
"Ibu, percayalah ... pilihan Jani sudah yang terbaik " sanggahku,
"O ya?? Kita buktikan saja, bawa besok dia ke rumah" Jawab ibu akhirnya, tanpa ingin mendengar jawabanku selanjutnya, ibu langsung menutup telponku.
Aku menarik napas dalam, kenapa??? kenapa hidupku selalu di uji?? Mas Faisal inikah ujian cinta kita??.
Ke esokan harinya, aku pulang ke rumah, tak lama berselang Faisal dan Ayahnya tiba di rumah juga, ibu mempersilahkan mereka masuk, dan mempersilahkan mereka duduk.
Si cantik Indah adikku segera membawa minuman dan makanan kecil, dan di suguhkannya kepada tamu istimewaku hari ini.
"Maaf ibu Maya, jika kedatangan kami ke sini begitu mendadak, dan terlalu merepotkan" Ayah Faisal mencoba mencairkan suasana,
"Oh, tidak apa apa, Jadi apa maksud kedatangan bapak dan anak bapak ke rumah saya??" Jawaban dan gestur tubuh ibu sungguh tidak kuharapkan, ibu terkesan judes dan galak, sama seperti ketika ibu menyuruhku mengerjakan PR kala itu.
"Ibu Maya, kedatangan kami ke sini memiliki niat yang insya Allah baik kepada putri ibu," Lanjut ayah Faisal, terlihat dia masih sabar menghadapi sikap ibu.
"Oh, syukur Alhamdulillah, niat baik apa ya??" Ibu masih terlihat sinis dan pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Ayah Faisal.
"Kedatangan kami ke sini untuk meminang putri ibu Anjani, untuk Putra saya Faisal" Jelas Ayah Faisal yang terlihat sudah agak malas menghadapi ibu,
"Saya sebagai ibu dari Anjani, tidak bisa memutuskan apapun, semuanya tergantung kepada putri saya, apapun keputusan putri saya, saya terima" Jawaban ibu sungguh membuat posisiku sulit, aku tau ibu tidak merestui kami, tapi aku juga tidak ingin kehilangan perhatian Faisal padaku, di lain sisi aku harus menjawab sekarang untuk pertanyaan Ayah Faisal yang kini tengah menatapku lekat.
"Bismillah, saya akan terima lamaran dari mas Faisal," jawabanku kali ini membuat ibu mendengus kesal, tapi membuat Faisal dan ayahnya tersenyum,
Ibu, kali ini aku menjadi anak pembangkang hanya karena Cinta buta yang dulu selalu aku benci, ibu tolong maafkan aku, kali ini saja ibu, aku ingin meraih bahagia menurut versiku. Aku tau tidak mengikuti ke inginanmu adalah dosa besar, tapi ibu, aku mohon hanya sekali ini saja.
Bersambung........
Jangan lupa vote yaaaa readers......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Neulis Saja
i hope Faisal is good a mans and pious
2023-02-02
0
ardan
masih penasaran, siapa sebenarnya faisal dan apakah dia laki² yg baik dan tepat utk Anjani ?
harus lanjut nih, jawabannya pasti ada ya kan Thor 😀👍
2022-04-09
0
Tarie Maryadi
gampang bgt sih anjani menerima faisal
2020-04-10
1