Baru satu minggu aku bekerja di tempat ini, sungguh sangat melelahkan, para seniornya yang naudzubillah, menguji kesabaran dan mental.
Seperti hari ini, di divisiku di kejutkan dengan berita heboh, senior keduaku pergi dengan kekasihnya, dengan membobol uang perusahaan.
Dia meninggalkan setumpuk pekerjaan, tak ayal lagi bu Novi ngamuk sejadi jadinya, dia memaki siapa saja yang lewat di hadapannya. Dia melampiaskan segala kekesalannya pada siapa saja.
Aku faham mungkin karena dia pun sebagai kepala divisi harus bertanggung jawab kepada direktur perusahaan.
"Anjani, selama kasus ini belum di tutup, dan karyawan pengganti Eli belum datang, maka semua pekerjaan yang selama ini menjadi tanggung jawab Eli, kamu yang handle!!" hardiknya.
Aku terdiam, kenapa harus aku semua? kan ada bu Dewi juga, dia lebih seniorkan??
"Baik bu" hanya kata itu yang bisa ku katakan
Sungguh aku merasa tidak sanggup, penyiksaan di dunia kerja, ternyata lebih kejam dari omelan Ibu, hiii, ah iya Ibu, demi Ibu aku harus bisa melewati semua ini.
Akhirnya karena merasa tidak sanggup setelah aku mencoba mengerjakan semua tugas sendirian, aku memberanikan diri untuk bicara pada bu Dewi.
"Ibu, maaf kayanya aku gak bisa deh ngerjain semuanya sendirian" keluhku.
"Aduuuhhh , tenang Anjani, nanti juga bakalan ada yang bantuin kamu kok, tapi ya gak bisa bantuin ngerjain layaknya kamu yang bekerja sih, tapi lumayan bisa buat di suruh suruh" jelas bu Dewi.
"Hah, emang kerjanya di bagian apa sih bu?" tanyaku penasaran.
"Jadi ob baru, gantiin ob lama yang ngundurin diri"
"Yey si Ibu, itu mah sama aja bohong" aku mendelikkan mata pada bu Dewi
"Eh kamu , nanti juga dia bakalan ada gunanya buat kamu".
"Hah ... ya sudah lah," aku pasrah, dari semua perkataan bu Dewi aku mengartikan, kerjakan semua pekerjaan ini sendiri.
aku pun kembali fokus pada pekerjaanku.
"Pe permisi bu" sapa seseorang
"Iya" jawabku sambil menengadahkan wajah.
Seketika aku kaget, dengan penampilan pria yang ada di hadapanku, seorang pria berbadan tinggi, kurus, dengan menggunakan kemeja batik berwarna coklat dengan motif ular sanca, yang terlihat seperti kebesaran di tubuhnya, celananya berwarna hitam agak komprang terutama di bagian bawahnya, kalau zaman dulu celana model itu di namakan model cutbray, aku berfikir bukannya baju model itu musimnya sudah lewat ya?
Dan apa itu?? rambutnya seperti baru saja di potong ,tapi sangat klimis terutama di bagian depannya, siapa dia? apa mungkin pengamen di depan kantor yang suka nyanyi dangdut nyasar ke sini ya?? dia menenteng tas dan rantang makanan, mungkin bekal makan siangnya.
"Sa saya ob baru bu," katanya membuyarkan keherananku, aku melihat ke sekeliling, karyawan yang lainpun ternyata sedang membekap mulutnya mencoba menahan tawa.
"Whhhaaaatttt?????" Ibu Dewi yang sedang nelpon langsung melempar handphonenya, saking kagetnya ternyata si rambut klimis ini yang menjadi ob baru di sini, yang sesekali akan di mintai pertolongan oleh para karyawan.
"Oh iya, nama kamu siapa?" aku mencoba menyapanya, kasian juga dia jadi pusat perhatian semua orang yang ada di ruangan ini.
"Na nama saya Anwar bu" suaranya terdengar bergetar dan terbata bata.
"Oh Anwar, iya Anwar selamat bekerja di sini ya, sekarang simpan dulu barang barangnya di loker, terus nanti ke sini lagi ya, soalnya aku mau minta tolong" aku berbicara padanya sambil menahan tawa.
"I iya bu, kalo nama Ibu siapa?" tanyanya sambil merunduk malu malu,
"Saya Anjani, ya udah nanti Anwar secepatnya ke sini lagi ya" Pintaku
"I iya bu Anjani" Jawab Anwar sambil mengangguk
Tak lama berselang Anwar sudah kembali ke mejaku,
"I ibu Anjani apa yang bisa saya bantu?"
Sambil tersenyum aku menjelaskan apa yang aku pinta pada Anwar,
"Anwar kamu tolong belikan saya kertas A4 ya, soalnya udah habis, saya mau ngprint sekarang"
"Ba baik bu, tapi saya belinya di mana ya?"
"Deket ko, di samping kantor ini, cuman beberapa langkah kalau jalan kaki, tanya aja sama pak satpam di depan, udah pada tau kok" jelasku.
"Ba baik bu, saya berangkat" Jawabnya sambil beranjak pergi.
Aku menganggukan kepala, kemudian kembali fokus pada pekerjaanku, yang dari tadi terganggu karena kehadiran Anwar.
Setengah jam kemudian, Anwar datang lagi sambil menenteng kertas,
"I ini bu pesanannya, " Anwar datang ke hadapanku
"Loh? mana? kok gak ada??" aku celingukan mencari apa yang menjadi pesananku tadi.
"I ini bu," Anwar mengacungkan kertas yang dia pegang,
"Apa ini?" heranku sambil membolak balikkan kertas yang di berikan Anwar
"Iya pesanan ibu Anjani, kertas yang ada huruf A nya 4 lembar" jelasnya sambil terus mengopat ngapit kertas yang dipegangnya.
"Astagfirullah ... Anwaaaaaaarrrrrrrr!!!!!"
Bersambung ....
jangan lupa vote, like, komen dan bintang limanya ya readers......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Neulis Saja
Anwar, i 'm laugh 🤣🤣🤣
2023-02-02
1
Tri Widayanti
🤣🤣🤣🤣🤣
2021-05-29
0
🍇🍇selllaa🍇🍇
bodooorrr pisan anwar..teh neng abdi nyimpang kadieu
2021-02-12
1