"Maaf?? siapa ya??"
Aku melihat ada seorang perempuan setengah baya masuk ke dalam ruangan tempat Faisal di rawat, usianya kira-kira lebih tua beberapa tahun dari Ibuku, penampilannya cukup sopan, matanya teduh, polos aku yakin dari sekali aku memandangnya dia perempuan yang lembut dan baik.
"Faisal?? kamu kenapa nak???" Alih-alih menjawab pertanyaanku, Ibu tersebut malah berhambur ke arah Faisal dan memeluknya, Ibu itu menangis sejadi-jadinya melihat kondisi Faisal, aku memundurkan langkahku, tak ingin mengganggu acara temu rindu yang ku yakin si Ibu adalah Ibunya Faisal.
Faisal hanya terdiam, sambil sesekali dia meringis menahan sakit, akibat lukanya yang tampak sadar terbentur tangan si Ibu.
"Ibu, Faisal gak apa-apa kok" Faisal menatap ibunya dan menghentikan aktifitas ibunya yang dari tadi mengguncang-guncang tubuhnya.
"Gak apa apa gimana?? kamu itu terluka" Si ibu masih terus mengguncang guncung tubuh anaknya.
"Ibu, lihat deh, Faisal gak apa-apa, gak ada yang sakit kok," Sepertinya Faisal mencoba menenangkan ibunya.
Tak ingin mengganggu kebersamaan mereka, aku memundurkan langkahku ke ujung pintu, berniat ingin pulang saja, lagi pula sekarang Faisal sudah akan di tunggui ibunya.
"Anjani, kamu mau kemana??" Tiba-tiba suara Faisal menghentikan langkahku,
"Aku menoleh pada Faisal, ku lihat ibunya pun kini tengah memperhatikanku, mungkin dia baru sadar akan kehadiranku kini.
"Oh iya mas, kayaknya aku pulang aja dulu deh, soalnya sekarangkan udah ada ibunya mas Faisal, dan lagi sekarang udah malam, takut keburu gak ada angkot," sahutku,
"Sini dulu, kenalin ini ibu aku, ibu ini Anjani " Faisal memperkenalkan kami, aku melihat si Ibu mendelikkan matanya padaku, dengan tatapan yang menilai hingga aku merasa tak nyaman di buatnya,
"Assalamu'alaikum Ibu, saya Anjani, saya temannya mas Faisal" aku menyapa Ibu Faisal dengan sangat sopan, mengingat dia adalah orangtua,
"Emh ini ya yang namanya Anjani, Faisal sudah menceritakan kamu pada Ibu, sini jangan sungkan, terimakasih banyak yaaa sudah banyak membantu Faisal" Kata si ibu sambil memelukku, jujur aku merasa sangat canggung, Faisal sering menceritakan aku pada ibu nya?? tapi kenapa?? sejak kapan?? hatiku terus bertanya-tanya.
"Ah enggak ibu, sudah kewajiban saya sebagai sesama muslim untuk saling membantu" Jawabku, mencoba merendah,
"Iya, ibu tau, kamu memang calon istri yang baik untuk Faisal, kalau ibu tau Anjani perempuan selembut ini, ibu akan segera merestui hubungan kalian"
Geeeerrrrrrrrr ... mulutku seketika menganga, apa ini?? aku tidak salah dengar?? Telingaku masih berfungsi dengan baik kan??? kenapa ibunya Faisal mengatakan jika aku calon istri Faisal?? aku gugup, aku tidak tau harus berkata apa lagi, jiwaku yang selalu tidak ingin membuat orang lain kecewa tak bisa berkompromi, aku melirik Faisal dengan tatapan membunuh, tapi yang di lirik malah mengedikkan bahunya.
"i iya, kalau gitu saya pamit dulu bu" Akhirnya aku segera berpamitan pada ibunya Faisal, menghilang adalah hal terbaik kali ini,
"Sayang ..." Faisal tiba-tiba memanggilku,
Deg, deg, deg....
Jantungku berdebar seketika, untuk pertama kalinya selain ibu ada yang memanggilku dengan sebutan "sayang"
Aku melirik ke arah Faisal sambil mendelikkan mataku, sementara ibu Faisal hanya mesem-mesem,
"Sayang jangan lupa besok ke sini lagi ya ... please ..." Mohon Faisal dengan wajah memelas,
Aku hanya geleng-geleng kepala, sambil manggut ke arah ibunya Faisal tanda berpamitan, jika tidak ada ibunya Faisal, mungkin aku sudah menempeleng wajahnya dengan sepatu yang ku gunakan.
Aku merebahkan badanku di kasur setibanya di kosan, hari ini sungguh hari yang melelahkan, aku rasanya ingin pingsan saja, dalam ke adaan lelah seperti ini, justru mataku sulit untuk terpejam, aku telah mencoba segala macam posisi tidur, agar segera terlelap, aku sudah tengkurep, balik kanan, balik kiri, dan segala macam gaya tidur lainnya. Tapi mataku masih saja terbuka. Ku lihat jam di handphoneku, waktu menunjukan pukul 01 WIB. Mungkin ada baiknya aku melakukan Shalat tahajud, agar yang maha kuasa memberiku ketenangan.
Setelah berwudhu ku gelar sajadahku, kemudian aku melakukan shalat tahajud, selepas shalat tahajud aku berdzikir, dan berdo'a meminta kedamaian kepada sang pemilik hati, meminta yang terbaik untuk setiap pilihanku,
Aku yakin, pilihan Allah adalah yang terbaik, selepas berdoa aku tak berniat membuka mukenaku, aku menatap dinding kamar kosanku, fikiranku terbang melayang jauh tak terkira, aku ingat pada salah satu ayat Al-quran yang menyatakan jika "Perempuan baik di peruntukkan untuk laki laki yang baik, dan begitupun sebaliknya".
Aku menatap diriku sendiri, selama ini, aku selalu berusaha untuk menjadi manusia yang baik, tapi kenapa?? untuk pertama kalinya laki-laki yang mendekatiku, bukan laki-laki yang menurut pandangan manusia baik?? apa Faisal memiliki banyak amalan rahasia sehingga dia di nilai baik oleh Allah?? atau aku yang memiliki terlalu banyak dosa sehingga di anggap tidak baik oleh Allah??
Ya Allah ... kenapa dengan otak dan Fikiranku?? Baru tadi siang aku mengingatkan akan kebaikan, dan ke adilan Allah kepada Sintia, sehingga kita harus berpositif thingking, eh sekarang malah fikiran aku yang terus negatif.
Aku menghela napas berkali-kali, karena rasa kantuk belum juga singgah di mataku, aku memutuskan untuk mengambil Al-quran dan mengaji, hingga pada akhirnya sayup-sayup mataku mulai ingin menutup, dengan masih menggunakan mukena aku tertidur hingga ke esokan harinya.
"Anjani, aku tau kamu pasti akan datang lagi" Faisal tersenyum menatapku, setelah aku duduk di kursi yang di sediakan rumah sakit husus untuk orang yang membesuk. Aku meletakkan kue yang sengaja aku beli di jalan sepulang aku dari kantor.
Aku menatap Faisal, tapi yang di tatap malah tersenyum lembut padaku,
"Kemarin kamu ketemuan sama Sintia ya??" Tanya Faisal masih terus menatapku,
Aku memalingkan wajahku, "Iya, gak sengaja ketemu, Tau dari mana?? "
"ini..." Faisal menunjukkan handphonenya padaku, dia menunjukkan media sosialnya Sintia padaku, yang di sana terdapat fotoku dan Sintia hasil jepretan kemarin, dengan caption "bersama sahabat terbaikkuuuu" dengan emoticon love love love.
Jujur aku tidak tau kenapa tapi hatiku bergetar, aku merasa sedang menghianati Sintia, meski aku tau, mereka sudah lama putus, tapi aku juga merasa marah, Faisal masih saja stalking dengan medsosnya Sintia. Aku sungguh bingung dengan perasaanku. Tapi aku hanya bisa terdiam, aku menatap Faisal yang sedang asyik dengan handphonenya sambil senyum-senyum.
"Jadi sekarang apa yang kamu rasain??" Tanyaku yang mulai bosan dengan tingkahnya yang dari tadi malah asyik sendiri,
"hhheee ... kamu cemburu ya??" tanya Faisal yang sukses membuatku kaget,
"Cemburu? cemburu untuk apa??" tanyaku sambil mengerutkan dahi,
"Kamu cemburukan?? melihat aku masih buka-buka medsosnya Sintia? hehehe" Tanya Faisal sambil menaik turunkan alisnya.
"Cemburu itu buat orang yang memiliki hubungan lebih, Cemburu itu untuk orang yang memiliki ikatan tertentu, Lah kamu???kamu bukan siapa-siapa nya aku Mas," Aku bicara penuh dengan penekanan, tak terima Faisal seolah sedang mengolok-olokan hati kecilku yang terus bergemuruh kebingungan.
Tapi anehnya Faisal tidak terlihat marah ataupun tersinggung sama sekali, dia hanya tersenyum,
"Kalau gitu aku mau jadi siapa-siapanya kamu Jani, aku mau kamu cemburu ketika melihatku bersama perempuan lain" Wajah Faisal tiba-tiba menjadi serius pandangannya mulai menerawang,
"Anjani, kamu pernah punya mimpi??" Tanyanya menatapku lekat,
"Pernah ,Mas Faisal sendiri??" Jawabku singkat,
"Pernah, tapi belum terwujud" Jawabnya sambil terus memandangku,
"Setiap orang memiliki mimpinya masing-masing, ada yang bermimpi lalu mengejarnya dan mewujudkannya, ada yang bermimpi hanya untuk di simpannya di dalam hati, dan ada yang bermimpi hanya untuk di buang tampa berusaha untuk mewujudkannya, mimpi dan angan mas Faisal yang mana?" Tanyaku sambil meliriknya.
"Aku memiliki mimpi yang besar, kali ini setelah sekian lama, aku akan berusaha mengejar dan mewujudkan mimpiku, kamu mau kan mempermudah setiap usahaku untuk mewujudkan mimpiku Jani?" Faisal menatapku dengan memohon.
Aku tersenyum lembut padanya, pria ini, selama ini aku melihatnya sebagai sosok yang menyebalkan, senang mempermainkan perempuan, seolah lupa pada zat yang menciptakan perempuan. Tapi aku sadar setiap orang pasti bisa berubah, dan kita harus memberikan kesempatan pada orang orang yang ingin merubah dirinya menjadi lebih baik.
"Aku tidak tau mas, hanya saja mari kita sama-sama belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi".
"Jani, aku butuh kepastian darimu, kamu mau kan jadi istri ku?? kamu mau jadi ibu dari anak-anakku nanti??" seketika pandangan Faisal menajam padaku,
"Aku tidak bisa memberikan jawaban apapun mas," Di antara kegundahanku aku masih berusaha tersenyum padanya, tanda memberi kekuatan. Sebagai seorang perempuan normal aku hanya ingin melihat kesungguhan dari setiap usaha Faisal, Entah mengapa tapi aku pun ingin di perjuangkan. Aku yakin perasaan ini manusiawi sekali.
"Kamu butuh pertimbangan apalagi Jani??kamu ingin melihat usahaku yang seperti apalagi??" Seolah tau seluruh isi hatiku, Faisal terus memohon dan mengiba padaku.
Tidak, aku tidak ingin dengan mudahnya masuk ke dalam jeratan cinta buta Faisal, aku berusaha menguatkan hatiku yang lemah, aku menepis tangan Faisal yang mencoba menyentuhku, aku memundurkan langkahku.
"Mas Faisal, jika Allah merestui hubungan kita, maka insya Allah kita akan tetap berjodoh, apapun rintangannya, sebagai seorang muslim, aku tidak ingin hubungan kita yang tidak halal ini menjadi mudharat bagi hidup kita, aku mohon mas Faisal mengerti," aku segera menundukkan pandanganku, aku ingin menangis, mungkin hari ini aku telah banyak melakukan dosa.
"Aku akan menghalalkan hubungan kita Anjani, setelah aku mendapatkan posisi yang baik di kantor, aku akan segera menghalalkan hubungan kita, kamu mau nunggu aku kan Jani?" Faisal semakin memohon padaku.
"Kita sama-sama berdoa aja ya mas, semoga Allah merestui hubungan kita" Jawabanku masih sama, aku tidak ingin menerima Faisal secepatnya, meski jujur hatiku sudah terusik.
"Jani, kamu mau ngajarin saya shalat kan??" pertanyaan Faisal berhasil membuatku terbelalak, usia Faisal berselang lebih tua 2 tahun dariku, tapi kenapa?? dia bilang ingin di ajarkan shalat?? apa Islam hanya status agama di KTP nya saja?? aku tidak habis fikir, simanusia fanatik ini bisa di pertemukan dengan orang seperti Faisal. Tapi sebagai seorang muslim yang baik, kita harus bisa menghargai setiap usaha orang yang ingin berubah menjadi lebih baik kan??
"iya pasti, kalau mas Faisal sudah sembuh, dan bisa berdiri dengan baik, nanti kita sama sama belajar ya, sama jani juga masih harus banyak belajar kok" jawabku sambil tersenyum,
"Makasih ya sayang ,hheee" Faisal terkekeh memanggil namaku dengan "Sayang".
"Jangan memanggilku dengan sebutan yang seperti itu mas, aku gak nyaman" jawabku jujur,
"Terus apa dong?? Mau di panggil umi??"
Aku menggelengkan kepala tidak tau harus berkata apa lagi, aku tidak bisa menjelaskan isi kepalaku pada Faisal kali ini.
"Panggil Anjani aja, biar nyaman," Jawabku,
"Ah, tapi gak asyik kalau manggil nama kayak kita hanya teman biasa saja, kayak gak ada yang spesial" Jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya,
"Aku gak bisa menjelaskan apa-apa sekarang, hanya saja aku suka dengan namaku, jadi mas Faisal panggil aku dengan namaku saja , boleh??" Pernyataan ku membuat Faisal terdiam dan mengangguk,
"Iya boleh .... "
Bersambung..................
Jangan lupa vote ya readers.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Neulis Saja
everyone can change for the better and so does Faisal if Allah Wills
2023-02-02
0
ardan
masih blm paham dgn alur karakternya, yuk kita cb lanjut baca, sebetulnya apa sifatnya Anjani ?
2022-04-08
0
ardan
nghalu, padahal karakter yg dibuat author, jelas anjani tdk bisa melakukan ini
2022-04-08
0