"Jadi apa yang mau mas Faisal katakan???"
Faisal menundukkan kepalanya dalam, seolah dia berat untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.
"Anjani, sebenarnya hubungan saya dan Sintia tidak sebaik yang kamu lihat," faisal mulai membuka suaranya.
Sungguh aku tak ingin mendengar cerita apapun dari Faisal, apalagi tentang aib pacarnya sendiri Sintia.
"Oh ..." Hanya kata itu yang mampu ku katakan.
Faisal mengangkat kepalanya, lalu menatapku, mungkin dia sedikit tidak suka dengan responku,
"Sintia macarin saya hanya untuk menutupi kesalahannya sendiri," Dia melanjutkan ceritanya,
"Oh ..." Lagi lagi hanya kata itu yang bisa ku katakan.
Faisal menatapku kembali, sepertinya dia sudah enggan melanjutkan ceritanya, Aku melihat dengan juru mataku, Faisal menatapku dan berharap aku merespon ucapannya dengan lebih dari sekedar kata OH. Tapi aku tidak ingin tau banyak tentang masalah orang. Masalahku sendiri sudah bertumpuk tumpuk dan sulit terpecahkan, bagaimana mungkin aku juga bisa menampung masalah orang lain.
"Anjani, saya tahu kamu orang baik, saya tahu kamu perempuan beragama yang memiliki ke imanan yang kuat. Jika tidak keberatan kamu mau membimbing saya menjadi orang yang lebih baik??" Kata kata Faisal, ucapannya terdengar begitu mulus, sepertinya dia sudah sering mengucapkan hal hal seperti itu. Aku memiringkan bibirku sebelah, pertanda sudah sangat jengah dengan kehadiran Faisal. Aku tidak ingin menjawabnya, aku berfikir mungkin Faisal hanya ingin mempermainkan aku juga.
"Anjani, Saya bukan orang baik, masa lalu saya bisa di bilang sangat buruk" Tiba tiba mata Faisal memerah, sepertinya dia ingin menangis.
eeeeeeeeehhhhh apa ini?? kenapa ada laki laki cengeng, apa sebaiknya aku menenangkannya saja??? kenapa aku jadi merasa tidak enak hati.
"Mas Faisal kenapa??" Akhirnya hatiku luluh, sejenak aku melupakan apa yang sudah ku baca tadi dari buku diary Sintia.
"Kamu mau menjadi cahaya di hidup saya Anjani???" Faisal memohon padaku, yang membuatku menjadi semakin kebingungan
"Aku bukan Lampu mas, jadi aku tidak bisa menerangi siapapun," Jawabku sekenanya
"Hhhheeeeee ... Anjani, kamu seperti seseorang yang pernah saya kenal" Faisal terkekeh mendengar jawabanku.
"O ya??? pacar mas Faisal yang mana??" tanyaku masih dalam ke adaan keki.
"Kok pacar sih, Kamu seperti mamahku" Jawab Faisal masih tersenyum, tanpa tersinggung dengan sikap dan ucapanku.
"Oh jadi maksudnya aku sudah tua??" Aku menyeringai
"Kamu masih sangat muda Anjani, Cantik lagi" Jawab Faisal tersenyum lembut.
Deg,
Kenapa aku merasa malu ketika di puji Faisal?
" Makasih ..." Jawabku singkat, tak ingin terus terbuai oleh rayuan Faisal.
" Anjani, Sintia memutuskan hubungannya kepadaku beberapa minggu yang lalu, di malam waktu paginya aku mengirim pesan ke kamu, yang saya tahu Sintia sudah memiliki kekasih baru, dan pergi bersamanya" Jelas Faisal lagi.
Jadi ini maksud perkataan bu novi?? Sintia kabur membawa uang perusahaan dengan pacarnya, ternyata bukan dengan Faisal tapi dengan pacarnya yang baru?? apa mungkin?? tapi, segera ku sembunyikan segala rasa penasaranku.
"Iya, di kantor juga heboh Sintia menggelapkan uang perusahaan mas. Dan sekarang aku yang harus bertanggung jawab mengerjakan semua pekerjaan yang di tinggalkan Sintia" jelasku,
"Atas nama Sintia aku minta maaf ya Jan," Faisal kembali menatapku, sementara aku hanya memalingkan pandanganku.
"Anjani, aku harap kita bisa bersahabat dengan baik, Aku tau kamu perempuan beragama, Jadi tolong bimbing aku yang ingin berubah, menjadi lebih baik lagi," Lanjut Faisal.
"Mas Faisal, jika ingin membandingkan, saya pun sama, saya bukan orang yang baik, saya juga memiliki segudang dosa, saya hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf, jika mas Faisal ingin berubah menjadi lebih baik, mari kita sama sama merubah diri, saya bukan perempuan sempurna, saya hanya bisa mengingatkan dan tak bisa mengajarkan " panjang lebar aku berbicara dengan Faisal.
Faisal tersenyum padaku, entah mengapa tapi aku melihat segurat ketulusan di hatinya.
"Anjani, masa lalu saya begitu berat dan kelam, kamu mau berteman dengan saya???" Tanya Faisal masih keukeuh dengan pertanyaannya.
Aku menarik napas panjang, entah jawaban apa yang harus ku berikan pada Faisal yang sedang memohon di hadapanku.
"Iya ..." Jawabku singkat, membantu orang yang ingin berubah menjadi lebih baik itu baik kan??? pikirku.
"Makasih banyak ya Anjani" Wajah Faisal seketika berseri seri, dia seperti ingin memegang tanganku, tapi cepat aku menghindar.
"Iya sama sama" Jawabku, aku menunjukkan wajah tidak senang.
"Kalau gitu, saya pamit dulu ya Anjani, barang barang Sintia saya bawa, nanti saya antar ke rumahnya saja" Faisal segera berpamitan, mungkin dia melihat gurat ke tidak sukaanku yang tidak menginginkan dia berlama lama di kosanku.
"Iya mas Faisal hati hati " Jawabku
Faisal segera menggunakan helmnya, karena dia menggunakan motor gedenya, setelah menumpangi motornya dia melambai lambaikan tangannya tanda berpamitan kepadaku yang sedang memperhatikannya.
aku tersenyum lalu memanggutkan kepalaku kepada Faisal, tanda mempersilahkannya pergi.
"Cccccciiiiiiiieeeeeee Kakak di apelin pacar nya yaaaaa ..." Tiba tiba suara di belakangku mengagetkanku,
"Eh Eva, kamu ngapain malem malem nongkrong di luar???" Jawabku setelah tau yang menegurku adalah Eva, dia tetangga kosanku, Eva masih kuliah, hanya saja jarak rumahnya yang sangat jauh menjadikan dia harus indekos juga, agar lebih dekat ke kampusnya, dia anak yang baik, pekerja keras dan ramah, dia sering menyapaku ketika kami berpapasan.
"Bukan pacar Va, itu temen Kakak," Jawabku
"Pacar juga gak papa Kakak," Eva masih tersenyum jahil padaku.
"Bukan sayang, udah malem masuk kamar sana" perintahku.
"Kakak, aku boleh curhat gak?? aku lagi galau banget soalnya," rengek Eva
Ya Allah ... kenapa orang orang senang sekali curhat kepadaku?? aku masih merasa sangat suntuk dengan curhatan Faisal tadi, sekarang Eva ...
"Iya, boleh sini mau curhata apa??" Jawabku akhirnya, entah kenapa tapi aku paling tidak suka mengecewakan orang lain, aku sungguh sulit menolak ke inginan orang lain. Aku memiliki sifat tidak enakan .
"Kakak, aku lagi sebel sama Mamah" Eva mulai membuka sesi curhatnya.
"Loh? Kenapa???" Tanyaku menanggapi serius curhatan Eva.
"Mamah sibuk terus Kakak, sampai gak punya waktu lagi buat aku, Papah juga, gak pernah sekalipun mereka mendatangi aku, ataupun nanyain kabar aku, papah dan mamah hanya peduli dengan kariernya saja" Eva mengerucutkan bibirnya,
"Loh, mamah sama papah kamu kerja keras dan sibuk 'kan nyari nafkah buat kamu Va," Aku mencoba menenangkan Eva,
"Iya sih kak, tapi kan aku juga mau di perhatiin mamah juga, aku bukan hanya butuh uang aja Kakak, aku butuh Mamah dan Papah" Eva mulai menahan tangisnya yang akan pecah,
Aku menghela nafas, aku menatap langit malam yang kelam, tapi ada banyak bintang di atas sana, aku memperhatikan bintang bintang itu dan berkata pada Eva.
"Eva kamu lihat bintang itu" Aku menunjuk salah satu bintang di langit,
"Iya Kak, indah ya Kak" katanya sambil tersenyum dan ikut menatap bintang yang ku tunjuk,
"Iya, itulah kamu di mata dan di hati orangtua kamu,"
"Maksud Kakak??" Eva mengernyitkan dahi nya,
"Kamu adalah bintang yang bersinar di antara gelapnya langit malam, kamu adalah mahluk terindah di antara gulita yang menyerang, orangtua kamu mungkin sibuk, mungkin terkesan sangat tidak peduli padamu, tapi, percayalah kamu adalah bintang bintang itu di hati mereka" jawabku sambil menerawang jauh ke angkasa,
"kakak ... kenapa kakak punya pemikiran seperti itu???" Tanya Eva masih mengernyitkan dahinya, tak lama di menatap kembali bintang bintang yang ada di atas sana.
"Keluarga, tetaplah keluarga, suatu hari nanti saat kamu lelah, saat kamu tak tau harus pergi kemana, maka keluarga adalah tempat teraman dan ternyaman untuk kamu bisa singgahi, keluarga adalah tempat kamu untuk pulang Eva," Aku menatap Eva yang tengah menatapku juga,
"Eva, seperti apapun bentuk keluargamu, syukurilah, jauh di luaran sana ada banyak orang yang tidak lebih beruntung dari kamu, Jika kamu merasa sepi, jadikan cemeti, jadikan cambuk untuk kamu menjadi manusia yang lebih baik lagi, do'akan papah dan mamah kamu selalu, jangan sampai perjuangan beliau menjadi sia sia hanya karena kamu tidak mau mensyukuri ke adaan nya Eva, Eva aku yakin orangtua kamu berharap agar anaknya bisa hidup layak dan bahagia," Lanjutku lagi panjang lebar.
" Kakak ..." Eva tidak meneruskan kata katanya , dia memandangku dengan tatapan penyesalan,
"Eva, jadilah amal jariyah untuk ke dua orangtuamu," lanjutku
"Kakak ... kenapa kata kata kakak mengenai ulu hatiku??" Eva memelukku dan menangis.
"Eva, setiap manusia memiliki jihadnya masing masing, setiap manusia memiliki masalah dengan tingkat kesulitannya masing masing, manusia juga memiliki bahagya dan tawa dengan cara yang berbeda begitupun dengan penyelesaian setiap rasa sakitnya, mereka punya cara sendiri sendiri, Eva, kakak harap masalah keluarga jangan lagi di jadikan masalah sama kamu, karena keluarga tidak pantas di jadikan masalah" Petuahku panjang lebar.
Eva memelukku semakin erat, isak tangisnya pun semakin terdengar, aku mengelus punggungnya dengan sayang, aku tahu dia hanya remaja yang pikirannya bisa saja labil, aku tau rasanya di abaikan keluarga, karena aku pun pernah di abaikan oleh Ayah. Aku harap apa yang ada di pikiranku dulu tentang keburukan keluarga, tidak di pikirkan juga oleh Eva atau siapapun.
Bersambung.......
Jangan lupa like, komentar, bintang lima dan vote.............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Neulis Saja
candle in the wind
2023-02-02
1
ᵇᵃˢᵉ™ҽᏞíɳ
teteh, kenapa tulisanmu menusuk jantungku... 😭😭
2020-09-21
1
Arfani
petuahmu sangat menyentuh jiwaku jani.
2020-05-30
1