Keesokan harinya. Anisa dan Elina pun sudah membuka butiknya.
" Bismilahirahmanirahim. Semoga hari ini lebih menyenangkan dari hari kemarin" ucap Elina sambil membersihkan mesin jahit dan beberapa patung manekin. Saat Anisa membersihkan kaca jendelanya, ia terdiam melihat toko buku si ustad preman itu sudah buka. Ada rasa penasaran yang menggelitik hingga Anisa melangkahkan kakinya menuju keluar butik dan berjalan menuju toko bukunya Ibra. Anisa berjalan sedikit berjinjit agar tidak ketahuan. Di lihatnya di toko buku itu hanya ada Salwa yang sedang berberes buku buku di dalam rak.
" Asalamualaikum mba Anisa?, mau cari buku?" tanya Salwa.
" Waalaikum salam, aku hanya lewat" jawab Anisa. Salwa pun mengangguk lalu berberes beres kembali. Tiba tiba Anisa tidak sengaja bertabrakan dengan Ibra yang baru saja datang.
" Allahu akbar maaf"
Anisa terkejut karna orang yang bertabrakan dengannya adalah Ibra. Ibra pun nampak terkejut, namun ia lebih terkejut melihat penampilan Anisa yang tanpa kerudung.
" Astaghfirullah, kenapa kau tidak memakai kerudung?" tanya Ibra. Anisa langsung menundukan kepalanya.
" Aku memang belum berkerudung" jawab Anisa sambil menundukan wajahnya.
" Dekatkanlah dirimu pada Allah, aurat wanita adalah harga diri, berhijablah"
pinta Ibra. Anisa tidak bisa berkata kata, ia seperti menelan ludahnya sendiri.
" Aku sedang berusaha" ucap Anisa.
" Semoga usahamu di lancarkan. Amiin"
" Terima kasih" ucap Anisa sambil berlari menyebrang jalan. Ibra terus menatapnya hingga Anisa menghilag dibalik pintu. Anisa langsung duduk dikursi kasir sambil menundukan wajahnya.
" Kenapa?" tanya Elina.
"Aku malu"
"Malu pada siapa?"
" Aku malu pada diriku sendiri terutama pada Ibra. Aku seperti menelan ludahku sendiri, aku yang menyuruh Ibra untuk berubah menjadi lebih baik dan dekat dengan Allah, sementara aku sendiri masih jauh dengan Allah, aku masih memperlihatkan auratku" tutur Anisa.
Elina langsung mengelus pundak sahabatnya itu supaya Anisa merasa tenang.
Sore pun tiba. Anisa dan Elina sedang sibuk melayani beberapa orang pengunjung yang datang. Setelah butik akan tutup, tiba tiba Ibra datang.
" Asalamualaikum"
Anisa dan Elina nampak terekejut dengan kedatangan Ibra ke butik.
" Wa.. waalaikum salam"
" Ngapain si ustad preman kemari?" bisik Elina.
" Ada yang bisa dibantu?" tanya Anisa.
" Apa kau mau membantuku memilih kerudung?" tanya Ibra. Anisa dan Elina malah terdiam dan saling melirik satu sama lain. Mereka merasa heran kenapa Ibra datang datang minta di carikan sebuah kerudung.
" Kau mau membantuku?" tanya Ibra pada Anisa. Anisa hanya diam saja karna ia merasa tak percaya.
" Bukankah pembeli adalah raja" ucap Ibra kembali.
" Nis kau malah bengong, cepat kau bantu " pinta Elina. Anisa pun mengangguk.
" Pasti dia mau belikan kerudung itu untuk Salwa" batin Anisa.
" Mau cari kerudung yang bagaimana? tanya Anisa sambil memperlihatkan sebuah kerudung yang berjejer.
" Aku tidak mengerti dan kurang tau model kerudung perempuan yang bagus, jadi kau saja yang pilihkan" pinta Ibra. Anisa pun mengangguk.
" Baiklah, akanku pilihkan kerudung yang paling norak dan paling jelek untukmu" batin Anisa.
Anisa pun memilih milih kerudung yang modelnya biasa saja dan warnanya abu muda yang panjangnya bisa menutupi dada. Itu adalah kerudung model terjelek yang ada di tokonya.
" Yang ini bagus" ucap Anisa sambil memperlihatkan kerudung itu pada Ibra. Ibra yang melihatpun langsung menganggukan kepalanya.
" Mau beli apa lagi?" tanya Anisa.
" Cukup" jawab Ibra.
Anisa pun membawa kerudung itu ke kasir, kebetulan Elina pun sedang duduk di kasir. Anisa melihat harganya terlebih dulu baru memasukannya ke paper bag.
" Harganya 167.000" ucap Anisa sambil menaruh paper bag itu di meja kasir, tepatnya di hadapan Ibra. Seketika Ibra langsung merogoh dompetnya dan mengambil uang 170.000 lalu menaruhnya dihadapannya Anisa. Anisa pun menerimanya dan langsung memberikan kembaliannya 3.000.
" Saya jual barang ini padamu" ucap Anisa.
" Saya terima barang ini darimu" ucap Ibra.
" Terima kasih"
Setelah transaksi jual beli selesai, Ibra malah diam berdiri di hadapan kasir. Membuat Anisa dan Elina terdiam kebingungan.
" Kenapa dia malah mematung di depan kasir? ? ? " batin Anisa.
Tiba tiba dengan perlahan Ibra menyodorkan paper bag itu kehadapan Elina, peper bag itu masih di atas meja kasir. Elina terdiam, ia langsung menatap Anisa yang juga sedang ikut bingung.
" Apa?" tanya Elina pada Ibra.
" Berikan paper bag itu pada sahabatmu, katakan padanya, berhijab tidak perlu menunggu kita menjadi lebih baik terlebih dahulu. Tapi dengan berhijab insya Allah kita akan menjadi lebih baik. Bukan hanya sekedar melindunginya, tapi juga melindungi orang orang disekitarnya dari fitnah dan godaan, serta menghalangi orang yang akan menilainya hanya dari penampilan fisiknya. Katakan padanya, berhijab jangan hanya menunggu niat, berhijab itu karna mau taat" tutur Ibra.
Suasana nampak hening di butik itu. Nisa sudah menundukan kepalanya. Ibra masih berdiri di hadapan mereka. Elina pun mengangguk.
" Nanti aku sampaikan padanya" ucap Elina sambil menerima baper bag itu. Ibra pun menatap Anisa yang kini masih menunduk.
" Asalamualaikum" ibra mengucap salam.
" Waalaikum salam"
Anisa masih menunduk saja, ia tak berani memandang laki laki yang ada dihadapannya itu. Ibra pun melangkahkan kakinya keluar butik itu, namun sebelum itu ia mengambil kembalian uang 3.000 itu lalu dimasukannya ke kotak amal yang telah di sediakan di butik itu. Ibra pun menghilang di balik pintu.
Elina langsung menatap Anisa.
" Kau dengarkan kata kata si ustad premanmu itu" ucap Elina sambil menatap Anisa. Anisa hanya menganggukan kepalanya.
" Hatiku berasa diiris, aku yang menyuruhnya untuk berubah lebih baik dan dekat dengan Allah, padahal aku sendiri yang memang belum baik dan sangat jauh dengan Allah" ucap Anisa malu sendiri.
" Kau mau merubah penampilanmu?" tanya Elina.
" Dari dulu memang sudah ada niat, tapi belum tau kapan"
" Mudah mudahan niatmu dilancarkan" ucap Elina.
" Amiin"
Elina pun menyodorkan paper bag itu kehadapan Anisa tepatnya di atas meja kasir.
" Untukmu dari ustad Malik Ibrahim si ustad preman pensiun" ucap Elina sambil tersenyum senyum. Anisa pun langsung mengambil paper bag itu sambil mengerucutkan bibirnya.
" Kalau aku tau dia beli kerudung untuku, tadi aku pilihkan kerudung yang paling bagus saja, kufikir dia beli kerudung untuk Salwa pegawainya itu, jadi aku memilihkannya kerudung yang paling jelek. Nyesel aku" ucap Anisa sambil menggerutu. Elina sudah tertawa cekikikan.
" Ha ha ha, makanya jadi orang itu jangan suudzon terus, nyeselkan kalau sudah begini" ucap Elina sedikit mengejek.
Anisa pun menatap paper bag itu, ada senyum yang lolos di bibirnya, tak bisa di bohongi kalau dia merasa senang di beri kerudung.
" Cieeee, keningmu anget ya Nis senyum senyum sendiri" ledek Elina.
" Nggak" jawab Anisa sedikit ketus.
" Kau tau Nis, ucapan si Ibra itu bukan hanya menyinggungmu saja, aku pun merasa tersinggung, aku jugakan belum berhihab" tutur Elina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Erna Masliana
suka suudzon sih.. lagian y tidak baik jualan itu bohong..aku juga pelayan toko walau aku tidak suka sama s pembeli (suka ngutang dulu soalnya mana lama bayar) tapi tak bohong untuk memantaskan cocok tidaknya
2024-07-27
1
Erna Masliana
benar.. hidayah bukan di tunggu tapi dicari
2024-07-27
1
Erna Masliana
maka berhijablah.. lingkungan juga sangat mendukung kamu akan sering ke pesantren jadi tidak akan terlalu canggung
2024-07-27
1