Jakarta.
Malam pun tiba. Setelah shalat isya Anisa pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tiba tiba ia teringat dengan keempat lembar surat yang di berikan Ibra lewat bocah materialistis ( Syifa). Anisa menatap kertas pertama Yaitu preman pensiun.
" Sejak kapan dia mulai pensiun jadi berandalan?, apa jangan jangan dulu pak Sulaiman terakhir kali bertemu denganku dia langsung membawa Ibra ke pesantren untuk dididik oleh kakaknya. Apa alasan Ibra berubah ada hubungannya denganku, apa karna dia takut dengan ayahnya. Aiiih kenapa aku memikirkan tentang Ibra sungguh tidak penting" gerutu Anisa. Tiba tiba ia terdiam.
" Tapi pada kenyataannya aku kepikiran dan penasaran" ucap Anisa sendiri sambil mengusap ngusap wajahnya dengan kasar hingga rambutnya pun ikutan acak acakan. Lalu Anisa pun menatap kertas bergambarkan burung elang.
" Aku baru ingat gambar burung elang ini adalah gambar tatonya Ibra yang berada di lengan kanan atasnya, di bawah tato burung elang itu tertulis namaku. Apa tato itu masih ada ya di tangannya Ibra. Diakan sekarang sudah menjadi ustad, apa boleh seorang ustad mempunyai tato?, apa tatonya sudah di hapus, tapi setauku tato itu permanen"
Anisa merasa bingung sendiri. Lalu ia membaca kertas surat ke 3 ,Memori 2 Juli 2013.
" 2 Juli 2013 itu adalah hari dimana aku mengikrarkan janji itu di hadapan Ibra. Bagiku hari itu bukan hari yang menyenangkan, melainkan hari yang sangat menakutkan"
Anisa pun kembali membaca surat berikutnya:
Ada saatnya aku menagih sesuatu padamu.
" Bagaimana kalau Ibra menagih janjiku?, dia baru mempertanyakannya saja aku sudah ketakutan. Apa dia akan menculiku?, kenapa aku jadi takut begini" tutur Anisa bingung sendiri.
" Ya Allah kenapa sedari tadi aku terus saja memikirkan Ibra" gerutu Anisa.
* * * * * *
Keesokan harinya. Pagi pagi sekali Anisa sudah memasukan baju bajunya kedalam tas besar. Tiba tiba tante Ayu mengetuk pintu.
Tok tok tok.
" Boleh tante masuk"
" Masuk saja tante"
Tante Ayu pun masuk dan duduk di sebelahnya Anisa.
" Kau yakin mau pindah dari sini?" tanya tante Ayu.
" Iya tante, maafin Nisa ya bukan maksud Nisa buat ninggalin tante, Nisa hanya ingin berdiri dikakiku sendiri. Aku tidak mau tergantung sama Syabil, aku mau mengembangkan usahaku dari nol bersama Elina. Sekalian aku mau jaga Erika di sana" tutur Anisa. Tante Ayu pun tersenyum.
" Tante hargai keputusanmu, semoga kau sukses bersama Elina" ucap tante Ayu.
" Terima kasih ya tante"
Anisa pun memeluk tante Ayu. Tidak lama kemudian terdengar klakson mobilnya Elina.
Tid tid tid.
" Sepertinya Elina sudah datang, aku pergi ya tante"
" Tante antar ke depan ya"
Tante Ayu dan Nisa pun pergi menemui Elina di depan rumah.
" Tante aku pamit ya, oh iya, jangan kasih alamatku pada Syabil. Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Elina pun melambai lambaikan tangannya pada tante Ayu.
Sebelum pergi ke kota A, Anisa dan Elina pun pergi ke butik terlebih dahulu untuk membawa baju baju rancangan mereka dan menyewa mobil penganggut barang yang membawa beberapa patung manekin. Setelah selesai memindahkan barang barang itu, tiba tiba Syabil datang dengan begitu marahnya ketika mendengar Anisa akan pindah dari butik.
" Nis, Nis kau mau kemana?" tanya Syabil dengan marahnya. Elina pun menyuruh sopir pengangkut barang itu untuk berangkat duluan takut Syabil dan anak buahnya mengikuti.
" Maafkan aku Syabil, aku mau pergi, aku dan Elina mau menjalankan usaha kita dari nol lagi, kami tidak mau tergantung padamu" ucap Anisa.
" Kau mau meninggalkanku?" ucap Syabil. Anisa pun mengangguk.
" Maaf, bukannya aku tidak tau terima kasih, tapi aku hanya ingin mandiri saja"
" Kau pergi bukan untuk menghindariku kan?" tanya Syabil emosi. Anisa hanya diam kebingungan.
" Maafkan aku dan terima kasih untuk semuanya" ucap Anisa sambil memberikan kunci butik itu pada Syabil.
" Aaaaaaahhh"
Syabil membanting sebuah kursi ke cermin, hingga cermin itu hancur tak beraturan.
Deg
Deg
Deg
Anisa nampak ketakutan dengan kemarahanmya Syabil. Seketika Elina yang berada diluar pun langsung berlari masuk kedalam dan langsung menarik tangannya Anisa untuk segera pergi dari sana.
" Ayo cepat pergi dari sini, dia bisa membunuhmu" ucap Elina sambil menarik Anisa keluar, mereka pun segera masuk kedalam mobil.
" Anisa" teriak Syabil sambil berlalu keluar untuk mengejar Anisa. Namun Elina lebih pintar, sebelum pergi, ia mengempeskan terlebih dahulu ban mobilnya Syabil. Hingga ia dan Anisa bisa pergi dari sana tanpa harus di ikuti.
" Sial*n" teriak Syabil.
Sesampainya di kota A. Anisa dan Elina pun langsung ke ruko, dan mobil sewaan yang membawa barang barang pun sudah sampai duluan. Anisa dan Elina pun membereskan butik berukuran kecil itu di bantu oleh pak supir itu. Setelah selesai, pak supir itu pun pergi, kini tinggalah Anisa dan Elina yang mulai menata baju baju rancangan mereka. Dan membereskan barang barang pribadi mereka dilantai dua. Setelah selesai, mereka merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
" Capeee"
Tiba tiba terdengar suara yang mengucap salam di depan ruko.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Anisa dan Elina pun terdiam, lalu saling menatap.
" Apa yang datang itu pengunjung pertama kita?, butik kitakan baru buka besok" tanya Anisa.
" Sepertinya begitu"
Anisa dan Elina pun bergegas turun dari lantai dua, mereka sedikit berlari karna tidak sabar ingin bertemu dengan pengunjung pertama. Anisa dan Elina langsung membuka pintu yang terbuat dari kaca. Tiba tiba mereka terdiam saat melihat yang datang adalah Erika dan Zahira.
" Asalamualaikum"
Erika dan Zahira mengucap salam dengan tersenyum lebar.
" Erika, Zahira, ko kalian ada di sini?" tanya Anisa heran.
"Kita ingin bantu bantu ka Nisa sama ka Elina untuk bres beres" ucap Erika.
" Terlambat, semua sudah beres" ucap Elina.
Erika dan Zahira pun masuk kedalam butik dan duduk di sofa.
" Ka Nisa tanya, ko bisa kalian sampai ke sini, memangnya kalian diizinkan untuk keluar pesantren?" tanya Anisa.
" Kita sudah minta izin ko sama bi Ratna" ucap Zahira. Anisa dan Elina langsung mengrryitkan kening masing masing.
" Ko minta izinnya sama bi Ratna?" tanya Anisa heran.
" Ya kalau izinnya sama ustad Soleh pasti tidak akan di izinin"
Anisa dan Elina langsung menghembuskan nafas kasar.
" Terserah sama kalian sajalah, tapi kalau kalian dihukum jangan bawa bawa ka Nisa" jawab Anisa sedikit mengingatkan. Zahira pun melihat lihat isi butik itu.
" Waaah bajunya bagus bagus ya" ucap Zahira.
" Kau mau beli Ira, nanti ka Elina kasih diskon sebagai pembeli pertama"
" Sayang sekali aku gak punya uang. Ka Rasyid sama ka Riziq belum ngasih uang jajan minggu ini" ucap Zahira.
Jadi yang ngasih uang jajan itu kakak kakakmu?, memangnya kemana orang tuamu?" tanya Elina.
" Ayahku sudah meninggal, dan ibuku tidak tau entah kemana" jawab Zahira.
Semua nampak terdiam.
" Tidak perlu kasihan seperti itu padaku, aku baik baik saja"
Semuanya tersenyum.
" Kau memang anak yang hebat, saking hebatnya kau jago membuatku pusing" ucap Elina.
" Ira, boleh ka Anisa tanya sesuatu?"
" Ka Nisa pasti mau tanya kenapa aku bisa cantik imut dan menggemaskan, jawabannya karna menurun dari kakak kakaku. Aku cantik karna menurun dari ka Rasyid yang tampan. Aku manis karna menurun dari ka Riziq yang manis" tutur Zahira hingga semua mengeryitkan kening masing masing.
" Bukan itu yang mau ka Nisa tanyakan"
" Memangnya ka Nisa mau tanya apa?"
Nisa pun sedikit ragu untuk bertanya.
" E- e kau sudah berapa lama mengenal ustad Ibrahim?" tanya Nisa.
" Ustad Ibrahim???"
" Hmmm"
"Aku kenal ustad Ibrahim sudah satu tahun lebih, sejak aku datang ke pesantren ini, tapi aku tidak terlalu dekat dengannya, aku hanya dekat dengan ka Riziq sama om ustad Usman" tutur Zahira.
" Tapi kau tau kan sedikit tentang ustad Ibrahim?" tanya Nisa kembali.
" Ustad Ibrahim itu adalah calon omku" ucap Zahira percaya diri.
" Maksudnya?" tanya Elina tak mengerti.
" Diakan om nya ka Yusuf, jadi dia adalah calon om ku" jawab Zahira.
" Lalu apa yang kau tau tentangnya?"
" Dia tampan, imut lucu menggemaskan, dia seperti malaikat untuku, sepertinya Allah telah mentakdirkanku dengannya" tutur Zahira hingga yang lain mengeryitkan kening masing masing.
" Aku tidak tanya soal Yusuf, aku tanya soal ustad Ibrahim" ucap Nisa.
" Oooh"
" Sabar Nis" ucap Elina. Anisa pun mengangguk ngangguk.
" Ustad Ibrahim baik, dia laki laki soleh, sedikit banyaknya dia kalem seperti ka Yusuf. Cuma si om ustad Usman sedikit takut padanya, karna katanya dulu saat pertama ustad Ibrahim datang ke pesantren ini dia pernah menghadiahkan bogem pada om ustad Usman"
" Ustad Usman pernah di pukul oleh ustad Ibrahim? ? ?"
" Hmmm"
" Kenapa?"
" Cerita detilnya tidak tau. Tapi om ustad selalu menyebutnya dengan sebutan ustad preman"
" Ustad preman? ? ? ?"
" Hmmm, tapi karna ustad Ibrahim sudah berubah jadi dia dikenal sebagai ustad preman pensiun" jawab Zahira.
" Ustad preman pensiun?"
" Hmmm, unik ya, seunik orangnya oops"
Anisa langsung menutup mulutnya.
" Cieeeee"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Hera
zahira emang somplak dahh😁
2022-10-20
1
Yayoek Rahayu
ustad preman pensiun...nama yg unik
2022-06-29
1
Hanni Ulla
klo jadoh pasti akan bertemu lagi
2021-01-06
6