Mencintai seseorang yang tidak mencintaiku dan terus bertahan mungkin terdengar bodoh. - Akira Shafeena Malik.
Akira tidak fokus dengan pekerjaannya ia sibuk memikirkan perlakuan aneh yang ia dapat dari Farid, segalanya terasa begitu cepat jika didunia novel butuh waktu lama dan sulit tapi sepertinya ini terlalu cepat untuknya, baru dua bulan, dan nyatakah semua ini tidak ada kalimat ancaman atau ucapan ketus,dingin, dan datar yang ia dengar akhir -akhir ini.
"Akira, ada papa Farid" beritahu Via yang tiba-tiba masuk dan segera membuyarkan pikirannya.
"Eh, yaudah, suruh masuk aja Via" sahut Akira setengah gelagapan.
Tak menunggu lama pria setengah baya itu masuk ke ruangan Akira dengan senyum ramahnya berbeda dengan mama Farid yang sepertinya tak sudi tersenyum padanya.
"Selamat datang Tuan, ada apa mencari saya?"
"Tuan? Kenapa sangat sungkan begitu aku juga orang tua mu, panggil papa saja, maaf belum bisa menemui kalian setelah pernikahan papa ada urusan diluar negeri" jelasnya ramah.
"Iya tidak masalah, saya mengerti" balas Akira.
"Tidak salah aku memberikan suntikan dana pada usahamu, sepertinya kau memang pandai mengurus semua ini"
"Ah, anda berlebihan tapi terimakasih atas pujiannya pa" sahut Akira ramah.
"Apa rumah tangga kalian baik? Apa Farid bersikap baik padamu, katakan saja jika dia berbuat jahat aku akan marahi dia" ucap Papa terkekeh.
"Farid, dia sangat baik dia bahkan membela aku dihadapan mama" sahut Akira.
"Maksudnya membela? Apa istriku suka memarahimu?"
Akira terdiam tak tau mau menjawab apa
Ah, aku salah bicara sepertinya dia tidak tahu jika mama sangat tidak menyukai aku rutuknya dalam hati.
"Katakan saja nak, apa istriku berbuat sesuatu?" desak papa.
"Ah, tidak maksudnya Farid selalu membela saat Akira berbeda pendapat dengan mama, tapi bukan sesuatu yang besar kok, cuma perbedaan kecil saat memperdebatkan soal urusan dapur" jelas Akira berbohong.
"Kau yakin?"
"I-iya"
"Baiklah, kalau begitu tolong jaga Farid, dia itu sangat aneh, sikapnya sangat kaku aku awalnya ragu saat dia mau menikah, bocah kaku sepertinya menikah? Sedangkan dia selalu marah saat mamanya menjodohkannya, dia juga tidak mau menceritakan masalahnya pada siapapun, sejak dia mandiri dia jarang pulang ke rumah kami dan lebih sibuk bekerja"
Ceritanya panjang lebar.
"Saya akan mencoba terus bersamanya" sahut Akira.
"Teruslah bersamanya apapun yang terjadi, aku percaya padamu" ucap papa sembari menepuk pundak Akira.
"Yasudah kalau begitu, papa pamit masih ada pekerjaan" pamitnya.
"Iya pa, hati-hati"
Papa tersenyum menanggapi dan melangkah keluar dari ruangan Akira.
Sedangkan Akira menghela nafas kasar.
Apa aku bisa terus bersamanya, jika dirinya tak menginginkan diriku rasanya percuma terus disampingnya seperti orang bodoh yang terus tersakiti
batin Akira bimbang.
Jam menunjukan pukul 13.20 siang waktunya dia meninggalkan Home's Food tapi ia malas pulang rasanya.
Mau apa ya, main? Pasti Zia sibuk, Risa juga kan kerja di tempat Farid pasti belum pulang kumpul kalau salah satu gak ada mah percuma, main di mall kali ya sekalian nengok Kafe, manfaatin uang suami sedikit gak apa-apa kan
pikirnya panjang.
-----
"Tuan, ada laporan penggunaan kartu yang ada pada Nona" lapor Gio.
"Dia pakai untuk apa?"
"Berbelanja Tuan, tapi Nona menghabiskannya kurang dari satu juta" terangnya.
Farid menyeringai mendengar penuturan Gio.
Sebenarnya, istriku itu terlalu hemat, takut aku bangkrut atau tidak tahu caranya menghabiskan uang ? kekeh Farid dalam hati.
"Apa saja memangnya yang ia beli?"
"Maaf Tuan, untuk itu saya kurang tahu, setelah berbelanja Nona menengok Kafe yang ada disalah satu gerai dipusat perbelanjaan, dan pergi makan ke tempat lain" jelas Gio.
"Dia punya tempat makan sendiri, tapi makan di tempat orang lain? benar - benar gadis tukang makan" kekeh Farid.
"Baiklah Gio, kapan jadwalku hari ini berakhir?" tanyanya.
" Hari ini pukul 16.00 anda sudah tidak ada jadwal apapun, apa anda ingin menambahkan kegiatan anda Tuan?" tanya Gio, karna biasanya Farid tidak akan mau pulang sesore itu, dan jika jadwalnya cepat selesai ia akan menambah dengan yang lain.
"Tidak perlu, sepertinya sore ini aku harus bersenang - senang" seringainya.
Dirumah
Akira menenggelamkan tubuhnya didalam bak mandi rasanya ia sangat lelah berjalan di mall padahal ia hanya membeli makanan dan camilan ringan atau bahan masakan kesukaannya, ia tak membeli satupun pakaian atau sepatu, semua itu sudah terlalu banyak tersimpan.
Setelah dirasa cukup ia keluar dan segera mengeringkan tubuhnya, mencari dress tidur gambar gajah yang menjadi favorite nya.
Aneh memang, karna favorite gadis itu selalu berbau anak kecil, walau suka keseksian, selalu menjaga bentuk tubuh, dan mengenakan pakaian minim saat dirumah.
Namun, semua itu tidak akan lepas dari aroma kekanakan.
Saat ia keluar dari ruang ganti ia mendapati Farid yang terdiam menatapnya dengan aneh.
"Kamu udah pulang?" tanya Akira tapi tak mendapatkan jawaban dari Farid.
"Kok diem? Tumben udah pulang biasanya jam 7 baru pulang!" tanya Akira sedikit mengeraskan suaranya.
"Apa yang kau pakai?"
Bukannya menjawab Farid malah balik bertanya.
"Apa? Ya baju lah masa karung" seloroh Akira.
" Lepas!"
"Hah! Tidak"
"Lepas, Akira ganti dengan yang lain memangnya berapa umurmu!" ucap Farid kesal.
Tangannya merogoh saku celana dan mengambil ponselnya, ia menghubungi Gio dan...
"Gio, buang semua pakaian istriku yang seperti pakaian anak kecil, bawakan yang baru dan suruh Wisnu membereskannya secepatnya!" ucap Farid lalu segera mematikan ponselnya.
" Heh! Mas kok dibuang, jangan dong itu semua kesayangan aku, susah cari baju imut begitu untuk usia aku" rengek Akira.
"Apa yang kau lakukan hari ini?" tanya Farid tanpa menanggapi rengekan Akira.
"Aku? Kerja, ketemu papa, terus belanja udah" jawab Akira santai.
"Ketemu papa?"
"Iya, kenapa?"
"Apa dia berbuat sesuatu?" tanya Farid mulai khawatir.
"Tidak, kan kamu sendiri yang bilang dulu papa pasti terima aku, dan dia kan udah terima aku makanya nikahin kamu sama aku" jelas Akira.
"Ya siapa tau dihasut Mama" ucap Farid masih dengan nada khawatir dan gelisah.
"Jangan berpikir buruk tentang Mama kamu sendiri, gak baik loh. Papa masih tetep baik kok beneran" ucap Akira meyakinkan.
"Baiklah, apa saja yang kamu beli?"
Akira diam sebentar memikirkan jawaban apa yang akan diberikan.
Apa aku pakai terlalu banyak ya jadi dia mau marah pikirnya.
"Emm..cuma beli camilan aja, apa aku terlalu menguras isi tabunganmu, maafkan aku" ucap Akira takut.
Ekspresi ketakutanya justru membuat Farid gemas sendiri, matanya menyipit,pipinya menggembung, sangat menggemaskan itulah yang ada dibenak Farid saat ini.
"Apa kau tidak bisa membeli sesuatu selain makanan, kenapa yang ada diotak mu hanya itu saja"
"Aku kan takut menghabiskan uangmu" lirih Akira.
"Hey gadis nakal! Kau meremehkan aku ya, apa aku akan bangkrut jika kau membeli beberapa helai pakaian? Kau bahkan bisa membeli seluruh isi mall dengan kartu itu" geram Farid.
Akira hanya bisa diam mengulum bibirnya dan mendengar ocehan suaminya yang menurutnya sangat tidak penting.
"Iya, ya sudah kau mau berdiri terus disitu aku siapkan air ya, bersihkan dirimu" pasrah Akira, ia malas mendengar ocehan suaminya lebih banyak lagi.
"Kau membuatku seperti suami yang pelit" sambung Farid.
"Iya iya besok aku akan habiskan uangmu" kesal Akira lalu melenggang masuk ke kamar mandi.
Cih, aneh sekali dia kenapa tiba- tiba mempermasalahkan hal ini, dasar manusia tidak jelas! gerutu Akira dalam hati.
Tiba-tiba ia merasakan sepasang tangan merengkuh tubuhnya dari belakang segera ia membalikan tubuhnya.
"Ngapain lagi ini orang?"
"Memelukmu" sahut Farid tenang.
"Lepaskan, aku mau ke dapur mau masak!"
"Temani aku"
"Wah, kau gila ya, mandi sendiri sana"
"Kau menolakku?"
"Suruh saja Rayrin, kenapa aku?"
"Yang istriku itu siapa?"
"Aku, tapi yang kau inginkan kan dia bukan aku, jadi suruh saja dia" ketus Akira.
"Kau sangat berani ya? Sepertinya akhir - akhir ini aku terlalu baik" desis Farid dengan nada tajam.
"Benar, kau sangat baik sampai - sampai memaksaku melayani mu sampai tidak mampu berjalan" ucap Akira melawan.
"Itu kewajibanmu sayang" bisik Farid ditelinga Akira.
"Harusnya itu jadi kewajibannya Rayrin, dia saja yang telat datang dan kau yang terburu-buru" ketus Akira.
" Apa kau cemburu? " tanya Farid serius.
"Tidak! Walaupun iya aku tak berhak kan" ucap Akira kini dengan mata berkaca - kaca tidak ada kilatan semangat melawan lagi, ia melelaskan diri dari pelukan Farid.
"Dengar! Jangan sebut nama Rayrin dengan mulutmu, sekarang keluarlah!" titah Farid yang mulai terbawa emosi.
Akira meninggalkan Farid dengan rasa kesal yang menggebu apa itu tadi Farid tak ingin nama Rayrin disebut olehnya apa sebegitu berharganya perempuan itu baginya.
Yah kira-kira begitulah otak bodoh Akira bereaksi jika soal Farid.
Ia akan menyangka hal buruk karna ia tak mau berpikir baik yang nantinya akan membuatnya berharap lebih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Messi Susi
bagus cerita nya
2021-09-10
0
Amie chie
wanita itu butuh penjelasan, tidak cukup hnya perhatian saja
2021-02-03
0
Mei Shin Manalu
Lanjut 👍
2020-09-12
0