Cicitan burung dan kokokan ayam membangunkan Akira dari tidur nya, dengan perlahan ia mengerjap pelan mata indahnya dan mencoba beralih posisi dari tidur menyampingnya saat ia akan berbalik punggungnya merasakan seseorang.
'Ah, aku lupa lelaki itu bersamaku, suamiku' sadarnya berucap dalam hati.
Akira mendudukan dirinya bersiap untuk bangun karna matahari sudah tinggi bisa ia ketahui karna sinarnya hampir menembus tirai putih tipis jendela kamarnya.
Ia melihat kesampingnya sejenak dan melihat Farid yang masih terlelap tenang.
'Aku senang, kau yang pernah aku harapkan, kini aku dapatkan, tapi aku sakit kau datang saat aku mulai tak perduli padamu kau menumbuhkan kembali rasa yang pernah ada ,dan membunuhnya kembali dengan cepat melalui pernikahan ini, tak ada ketulusan dalam hatimu untuk diriku' batin Akira menangis.
Bukan pagi indah yang ia jalani dengan memandang betapa sempurna ciptaan Tuhan disampingnya kini, tapi Akira justru meratapi nasibnya, cintanya tak sesempurna Novel yang ia baca, tak seindah drama korea, tapi sedramatis film India haha.
Akira menyibak selimutnya berjalan kearah pintu kaca, membuka tirai sebelum akhirnya ia menggeser pintu itu dan berjalan menuju balkon untuk merasakan udara pagi yang sejuk.
"Kau mengganggu tidurku!" terdengar suara serak seorang pria.
"Maaf,tapi ini sudah siang jika kau tak tahu" ucap Akira ketus.
Ia tak mau terlihat lemah dihadapan pria yang mencabik perasaannya.
Ia harus selalu terlihat tegar dan kuat tentu juga ceria dan menantang seperti biasa.
"Siapkan air" ucap Farid memerintah.
"Ambil sendiri di dapur"
"Air untuk mandi bodoh!"
"Sudah ada, tinggal mandi" sahut Akira ketus tak mau kalah.
"Air hangat!"
"Ingat berkelakuanlah selayaknya istriku, agar tidak menimbulkan kecurigaan"
Belum sempat Akira menolak Farid sudah memperingatkan sesuatu.
"Gak ada yang bakal tau kalau dikamar" elak Akira.
"Menurutlah, jangan jadi istri durhaka"
"Cih! Apa itu?" Akira mendecih kesal ia tak mau disebut demikian karna baginya suaminya adalah surganya,bdulu ia bermimpi jadi istri dan ibu yang sempurna bersama dengan orang yang juga tulus padanya.
Tapi kini yang ia dapatkan apa?
'Ya Tuhan, maafkan aku yang mulai mengeluh dan lupa bersyukur' batin Akira.
--------------------
Akira dan Farid turun ke ruang bawah untuk sarapan.
Farid juga katanya ingin menyampaikan suatu hal pada keluarga nya entah apa Akira tak tau.
"Tante..." sambut keponakan kecil Akira.
"Pagi baby!" sapa Akira lalu membawa Leo ke gendongannya dan mengajak bocah kecil itu ke meja makan untuk mengambil makanan lalu kembali ke ruang tengah.
Keluarga Akira tidak banyak aturan, tidak selalu makan bersama di meja makan, dimanapun bisa.
Akira lebih suka makan di ruang tengah sambil menonton atau kadang ia akan makan di meja makan suka suka dia intinya.
"Kok kamu malah kesini Ra, itu suami kamu dilayani dulu, kok malah ditinggalin " kata Ariana.
"Iya kak iyaa"
"Kamu itu sekarang udah nikah jangan kaya belum nikah" ucap Ariana menasihati, wajar dirumah ini dialah wanita paling tua mengingat ibu Akira yang sudah tak ada.
"Heem kak..."
Akira menghampiri Farid yang kini duduk di meja makan dengan bingung ,mungkin bingung karna cara makan dirumah ini berbeda dirumah nya.
Akira membawakan piring dan meletakannya di meja lalu bertanya
"Mau makan yang mana, Far?"
tanyanya sembari menyendokan nasi ke piring.
"Ayam kecapnya aja" jawab Farid.
Akira mengambilkan ayam kecap nya lalu memberikan piring berisi makanan itu pada suaminya.
"Kenapa gak makan sama sama?" tanya Farid datar.
"Udah kebiasaan lama kalau makan gak satu meja, beda sama keluarga kamu ya?"
"Hmm" sahut Farid singkat.
Akira hanya tersenyum tipis menanggapi.
Setelah selesai sarapan, Farid menemui kakak dan ayah Akira, ia akan mengutarakan sesuatu.
"Maaf, sebelumnya tapi saya mau mengajak Akira tinggal dirumah saya apa ayah keberatan?"
"Nggak, itu kan sudah seharusnya" jawab ayah Malik santai.
"Kapan mau pindah?" tanya Mattheo kakak Akira yang terkenal galak.
"Nanti siang" jawab Farid.
"Apa gak terlalu cepat?" kini giliran Ariana yang bersuara.
"Yaudah gak apa apa" ucap ayah menengahi takut takut terjadi adu pendapat.
------------------
Akira tercengang melihat apa yang di hadapannya saat ini, ia berada di depan rumah mewah milik Farid, atau lebih pantas disebut mansion ini lebih besar dari rumah orang tua Farid yang pernah ia kunjungi, bahkan halaman rumah ini sangat luas.
"Selamat datang tuan dan Nona" sapa seorang maid yang ia yakini adalah kepala pelayan, sungguh baginya ia seperti masuk dalam dunia novel.
Akira hanya tersenyum menanggapi sapaan kepala pelayan itu.
"Perkenalkan Nona, Saya Wisnu kepala pelayan rumah ini, selamat datang di rumah ini nona" ucapnya memperkenalkan diri.
"Kalau anda perlu sesuatu bisa panggil saya,atau langsung ke Astuti jika untuk urusan dapur" lanjut pria itu menjelaskan di iringi tundukan para maid yang berbaris di belakang pria itu.
"Terimakasih" jawab Akira tersenyum kaku.
"Ayo masuk" ajak Farid.
Bangunannya didominasi warna putih dari luar, tapi di dalamnya warna krem dan cokelat lebih mendominasi.
Akira semakin yakin ia tak pantas mendampingi pria yang kini adalah suaminya, ia merutuki dirinya yang menolak jadi istri sementara dan berharap jadi istri sungguhan pria itu.
'Memangnya siapa kau Akira, dengan percaya dirinya, astaga!'
Akira mengikuti langkah suaminya menuju lantai atas, Farid membuka salah satu pintu dan menunjukan kamarnya.
"Dimana kamarku" tanya Akira.
"Kamarmu?" tanya Farid dengan tatapan mengintimidasi.
"Iya, kamarku" cicit Akira membenarkan.
"Kamar kita! Ini kamar kita disini tidak ada kamarmu atau kamarku" tegas pria itu terdengar menahan emosi.
"Jadi kita akan - "
"Aku sudah jelaskan Akira.
jangan mengujiku, istirahatlah aku akan ke ruang kerja disebelah"
ucap Farid kemudian meninggalkan Akira dengan segala ketidakyakinan nya.
Akira bosan tak tau mau melakukan apa, akan aneh jika ia bekerja padahal baru sehari setelah pernikahannya.
Ia membuka ponselnya membuka akun sosial medianya untuk mengusir kebosanannya ia mulai membuka aplikasi membaca komik.
Tapi belum sempat ia membuka ada notifikasi dari aplikasi pencarian nya.
Heboh ! Pernikahan pebisnis muda dengan seorang gadis biasa bak Cinderella versi Indonesia.
CEO Earthecnology menikah begini wajah istrinya.
kira - kira begitulah judul berita nya agak tak menyangka pernikahannya menghebohkan jagat maya, walaupun bukan tak mungkin mengingat siapa yang ia nikahi.
"Apa siiih! Gila ya penulis beritanya kasih judul artikel kaya begitu, memang aku kenapa? Jelek? Haaahhh!" maki Akira sambil menunjuk nunjuk ponselnya.
Ia melihat wajahnya dari layar ponsel entah kenapa ia merasa insecure.
"Iya ya aku jelek, kok bisa selama ini aku percaya diri" gerutunya.
"Jangan pernah merasa rendah diri! Kau hanya boleh merasa begitu padaku saja!"
ucap Farid tiba - tiba.
"Kamu! Jangan bilang kamu denger lagi"
"Kalau iya kenapa?"
"Ingat! Kau istriku, kau hanya boleh merasa rendah dihadapanku bukan orang lain" lanjutnya.
"Kenapa?" tanya Akira polos.
"Bodoh! Memangnya siapa suamimu!" maki pria itu.
"Oh ... aku paham jadi lagi-lagi status ya, harusnya kau menikahi wanita pilihan mama mu saja jangan aku" terang Akira.
Farid yang mendengar itu mulai mengeluarkan death glare nya, ia menuju tempat Akira berada, mendekatinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Akira,
Akira dapat merasakan hembusan nafas memburu pria itu di permukaan wajahnya.
Akira merasa tak nyaman, ia mendorong bahu Farid, tapi sebelum itu terjadi tangannya telah di cengkram kuat.
"Jangan berani berkata hal itu lagi atau kau rasakan akibatnya, kau pikir aku tak tau hm?
Bukankah kau menyukaiku, harusnya kau bersyukur aku mau menikah dengan mu kan?"
Akira mulai merasakan nyeri di telapak tangannya menjalar sampai ke jantungnya.
Ia semakin merasa rendah sekarang.
Sakit rasanya mendengar ucapan Farid seperti itu seperti ia tak dihargai.
"Dasar kau -- !"
Niat hati ingin mencecar pria itu dengan berbagai kalimat benci dan kesal, tapi ia tak sanggup menanggung akibat yang akan timbul nanti.
"Jaga mulutmu! Bersikaplah dengan baik!" ucap Farid lalu meninggalkan Akira lagi sendirian.
Akira sudah tak bisa menahan air matanya ia menangis, ia merasa sesak di dadanya,
mungkin ucapan Farid tidak begitu menjelaskan, tapi cukup untuk menyakitinya secara tersirat.
'Ya Tuhan apa setelah ini hidupku akan baik - baik saja'
"Semangat Akira! sejak kapan kau jadi suka menangis tanpa alasan begini, baiklah senyum dan nikmati cuaca cerah hari ini dan nikmati rumah besar ini lalu bersikaplah seperti biasa" ucap Akira menyemangati dirinya.
Hai readers !
Jangan lupa vote ,like and komen ya
Biar author makin semangat update ☺
Semoga kalian suka ceritanya
jika ada yang kurang berkenan
silahkan komen yaaa
Terimakasih 🌻☺🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Dede Ikha Malkit
Up thorr
2022-11-29
0
Messi Susi
saya suka saya suka,semangat thor
2021-09-10
0
Amie chie
ayo semangat akira jangan lemah💪💪
2021-02-03
0