Bastian hendak menampar Nana. Namun, gerakannya kalah cepat. Sandra telah berhasil menangkap pergelangan tangan Bastian sekarang.
"Hentikan Bas! Jika kau menampar Nana, sama saja kau menamparku juga!" seru Sandra sambil melayangkan tatapan dingin.
Dengan napas memburu Bastian pun melirik ke samping. Lalu cepat-cepat menghempas tangan Sandra dan menghampiri Laura.
"Kau tidak apa-apa, 'kan?" Bastian tampak panik. Dia memandang Laura dari atas sampai ke bawah, hendak memastikan istri keduanya tidak terluka.
"Tidak apa-apa kok," jawab Laura sambil tersenyum palsu.
Bastian masih terlihat panik. Lelaki itu periksa lagi tubuh Laura sambil mengenggam erat tangan kedua wanita itu.
Melihat Laura diperhatikan Bastian. Rasa sakit yang menjalar di kulitnya sekarang tak sebanding dengan rasa sakit di dalam dadanya. Secepat kilat Sandra memalingkan muka ke samping. Dia tak mau melihat adegan romantis tersebut.
"Aneh banget, istri pertama lagi kesakitan malah diabaikan, kasihan banget Bu Sandra, kulitnya melepuh gara-gara disiram Laura sama kopi tadi," celetuk Nana sangat ketus. Sedari tadi Nana tak sengaja melihat tingkah laku Sandra dan dia bersumpah akan menjadi garda terdepan bagi atasannya itu.
Mendengar hal itu, mata Bastian langsung terbelalak. Lelaki bertubuh tinggi itu melepas cepat tangan Laura kemudian menghampiri Sandra dengan tergesa-gesa. Sekarang, kepanikan Bastian bertambah dua kali lipat tatkala melihat kulit Sandra tampak melepuh.
"Sandra, kulitmu, Laura menyiramimu dengan kopi?" tanya Bastian lalu menyambar tangan kanan Sandra dan memperhatikan luka tersebut dengan seksama. Yang tampak mulai merah.
Sandra hendak menggerakkan lidah. Namun, Nana tiba-tiba menyela.
"Iya Pak! Tadi saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, Laura sengaja siram Bu Sandra dengan kopi, ya ampun kasihan banget Bu Sandra," tutur Nana dengan semangat, sambil melirik sinis Laura sekilas.
Laura tampak panik sekarang. Bastian pun cepat-cepat memutar badan dan kembali mendekati Laura.
"Laura, apa benar kau menyiram kopi ke tangan Sandra? Lihatlah tangannya melepuh, ada apa denganmu?" tanya Bastian, wajahnya terlihat mulai kesal.
"Tidak Bas, aku tidak sengaja menumpahkan kopi. Kau tahu sendiri kemarin aku kesakitan, di tambah lagi tadi aku capek harus bolak-balik pergi ke pantry dan kantor jadinya tidak fokus. Tadi pun Nyonya Sandra minta dibuatkan kopi denganku tapi katanya kopi buatanku kurang enak." Laura cepat-cepat melirik ke arah Sandra dengan mimik muka tampak sedih. "Saya minta maaf Nyonya, tadi saya benar-benar tidak sengaja."
Sandra enggan menyahut dan sama sekali tak peduli. Karena sudah tahu permainan Laura. Walaupun memperlihatkan rekaman CCTV pada Bastian. Lelaki itu pasti akan tetap membela Laura karena alibi Laura masuk di akal. Sementara Nana makin kesal dengan penjelasan Laura barusan.
Mendengar perkataan Laura, ekspresi Bastian berubah cepat. Dia mulai tampak kebingungan sekarang. Lelaki itu dekati Sandra kembali.
"San, apa benar yang dikatakan Laura, kau menyuruh dia membuat kopi? Bukankah setahuku kau tidak suka kopi? Sebenarnya apa permainanmu?"
Bastian menginterogasi Sandra dengan berbagai pertanyaan. Sekarang, rahang Bastian mulai mengeras. Merasa Sandra tengah mengerjai Laura. Kedatangannya kemari juga karena ingin melihat Sandra dan Laura berkerja. Namun, siapa sangka baru saja mendorong pintu, pemandangan di depan membuat otot-otot di wajahnya seketika menegang.
"Aku bukan alergi kopi Bas, tapi aku kurang suka, jadi sah-sah saja aku menyuruh Laura membuatkan aku kopi. Karena hari ini cuaca memang dingin. Tidak ada permainan kok, kopi yang Laura buat memang kurang enak menurutku. Lagi pula itu juga bentuk hukuman kecil karena tadi Laura datang terlambat. Kau tahu sendiri, aku tidak suka orang yang lambat. Meskipun Laura maduku, karyawan di perusahaan ini semuanya sama di mataku. Sekarang cepat kau keluar dari ruanganku. Kami mau kerja!" kata Sandra dengan tegas lalu duduk kembali di kursi.
Bastian berdecak kesal. "Tapi tetap saja apa yang kau lakukan membahayakan Laura dan anaknya, baiklah, aku akan pergi. Selamat berkerja," balas Bastian. Tak mau memperpanjang masalah.
Sandra tak membalas, sibuk membuka laptop di atas meja. Bastian pun memutuskan menghampiri Laura.
"Laura, jika Sandra melakukan sesuatu padamu katakan saja padaku," cetus Bastian kemudian.
Laura tersenyum penuh kemenangan. Wanita berambut pendek sebahu itu merasa di atas awan-awan sekarang, karena Bastian lebih membelanya.
"Tidak mungkin Nyonya Sandra melakukan sesuatu padaku, kau tenang saja ya," lontar Laura melempar senyum tipis.
Ketika mendengar ucapan Laura barusan. Di ujung sana, Nana mengerlingkan mata sejenak.
"Ya. Baik-baiklah di sini," ujar Bastian, melirik Sandra sekilas. Di mana Sandra tengah menyentuh tangannya sambil sesekali meniup lukanya tersebut.
Laura mengangguk pelan lalu tiba-tiba berkata dengan suara manja.
"Bas, sebelum kau pergi, cium aku dong."
Bastian tak langsung menanggapi. Dia lirik lagi ke arah Sandra, yang saat ini tengah menundukkan kepala. Sandra sengaja, dia tidak mau melihat interaksi Bastian dan Laura. Melihat mereka berpegangan tangan dan berbicara saja, Sandra sudah tidak sanggup. Apa lagi melihat Bastian mencium Laura saat ini.
"Bas, ini permintaan anakmu loh, ayo cepat cium aku, biar aku semangat kerjanya!" kata Laura lagi, sedikit merengek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
sutiasih kasih
iya2 si pasangan pnghianat g tau diri....
tunggu sja bastian..... pnyesalanmu yg tak akn prnah berujung... pasti akn mnghampirimu.... cpt ato lmbat...
dan laura pun.... tak akn bisa mnyembuhkn lukamu krna sakit akn khilangan wanita yg paling km sakiti bgitu dlm.... hnya demi org baru... jalang kesayanganmu...
2025-02-14
0
mama
kpn balas dendam ny klu di buat pns trs thor. kelamaan
2025-02-14
0
Nurhasanah
kok kesel ya aku sama Bastian, ky,a tuhh cinta bener sama si Laura pelakor, semoga Sandra cot menemukan bukti perselingkuhan Bastian sama si Laura gatal,, 😡😡😡
2025-02-14
0