4. Tidak Bisa

Tiga kalimat pendek tersebut berhasil membuat pupil mata Bastian melebar sempurna. Lelaki berwajah tampan itu tampak syok dengan perkataan Sandra barusan.

"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Apa kau tidak mencintaiku lagi? Aku mencintaimu San, aku minta maaf jika aku menikah tanpa izin darimu, ayolah jangan seperti ini, sikapmu sangat kekanak-kanakkan," kata Bastian.

Sandra justru tertawa getir. Tawanya terdengar begitu pilu. Wanita itu tengah meratapi biduk rumah tangganya sekarang.

"Sandra, kenapa kau tertawa? Aku tidak bercanda. Bukankah dulu kau memperbolehkan aku menikah lagi jika kita tidak kunjung memiliki anak," tambah Bastian kembali dengan mimik muka keheranan.

Sandra perlahan menghentikan tawanya. Ucapan Bastian membuat jantung Sandra diremas oleh benda tak kasat mata sekarang. Memang benar, dahulu Sandra pernah berceletuk sambil tertawa pelan, memberi izin pada Bastian untuk menikah lagi bila mereka tak juga mempunyai anak. Namun, semua itu hanyalah sebuah lelucon dan Bastian sama sekali tak memberi komentar dulu.

"Jadi ini tentang anak?" tanya Sandra. Sorot matanya yang semula nampak datar. Kini berubah menyala-nyala.

Sebelum menjawab, Bastian menghela napas berat sejenak. "Bukan begitu San, dengar, aku juga tahu bagaimana perjuanganmu selama ini, tapi tidak salahnya aku menikah lagi dan—"

"Hubungan kau dan Laura disengaja, 'kan? Bukan karena mabuk berat seperti yang kau katakan tadi," potong Sandra cepat.

Mendengar hal itu, Bastian tampak salah tingkah sekarang.

"Tentu saja tidak Sayang, hanya kebetulan saja aku dan Laura mabuk berat. Lalu ternyata Laura hamil, mungkin inilah jawaban atas doa-doa kita selama ini," ujar Bastian dengan mata berbinar-binar.

Lelaki itu tampak senang karena akan memiliki anak sebentar lagi. Berbeda sekali dengan wanita di hadapannya.

Darah Sandra semakin mendidih. Sebab Bastian selalu saja menyangkal.

"Aku mau tetap bercerai! Aku akan memanggil pengacara untuk datang kemari!" sahut Sandra cepat lalu memutar tumit ke belakang hendak mengambil ponsel di dalam tas, yang tadi dia lempar ke atas kasur.

"Tidak bisa!" teriak Bastian sangat nyaring hingga Sandra terpaksa menghentikan gerakan kaki karena untuk pertama kalinya mendengar Bastian berteriak.

Sandra menoleh kembali ke arah Bastian. Kali ini sorot mata Bastian terlihat sangat tajam.

"Kenapa tidak bisa?" tanya Sandra sedikit ketus.

Bastian menghampiri Sandra sambil menyeringai tipis. "Apa kau ingat kalau pernikahan kita hanyalah pernikahan bisnis. Jika kau mengugatku, akan ada banyak dampak negatif yang terjadi pada perusahaanmu. Apa kau mau melihat 3000 ribu karyawan menderita karena ulahmu?"

Menyadari hal itu Sandra langsung membeku. Benar, mereka menikah karena perjodohan. Saat di sekolah menengah atas keduanya memang berteman dulu. Namun, siapa sangka Sandra dan Bastian diam-diam saling jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ketika perjodohan terjadi. Perusahaan milik papa Sandra di ambang kehancuran dan keluarga Dominiq berusaha menolong bisnis papa Sandra agar tetap berjalan. Sandra yang baru saja menyelesaikan pendidikan strata dua di London, tidak tahu sama sekali akan hal itu. Sandra mengetahui hal tersebut setelah dua tahun pernikahan.

Saat kembali ke tanah air, Sandra diharuskan untuk segera menikah dengan Bastian. Sandra tak menaruh curiga sedikit pun, terlebih dia memang sudah lama menyukai Bastian.

"Tidak hanya itu, apa kau tahu jika selama ini papamu meminjam uang pada keluargaku dengan nominal yang sangat banyak, dia ingin membayar hutang-hutangnya yang menumpuk," tambah Bastian kembali. Dengan mata melotot sedikit.

Sandra melebarkan mata. "Hutang apa maksudmu?"

"Lihat, kau saja tidak tahu kalau papamu memiliki banyak hutang, jangan-jangan kau juga tidak tahu kalau papamu tahun lalu meminjam uang lagi padaku untuk dia membeli pesawat dan jaminannya kau tidak boleh pergi dariku sebelum hutang-hutang papamu lunas,"jawab Bastian. Seringai tajam masih mengukir di bibirnya.

Sandra langsung terperangah. Detik itu pula Sandra mengepalkan kedua tangan. Menahan amarah karena papanya secara tidak langsung sudah menjualnya.

Sandra enggan menanggapi, menatap ke arah lain dengan sorot mata dingin. Dia tak mau memandang wajah Bastian. Kebenaran hari ini membuat Sandra sangat terpukul. Sekarang, ruangan itu seketika sunyi.

Bastian menghela napas berat lalu perlahan mendekat. Dia ambil pelan tangan Sandra yang saat ini masih tertegun di tempat.

"Pikirkan dengan matang San, jangan bertindak gegabah, aku janji akan berbagi waktu denganmu dan Laura, sekarang kau bersantai saja di rumah, kau mau apa? Apa mau kubelikan tas? Atau pakaian? Atau kau mau pergi ke luar negeri bersama Aldo?" kata Bastian, suaranya terdengar lembut dan wajahnya sudah tampak normal sekarang.

Sandra tak menjawab, justru menurunkan tangan Bastian dan melangkah cepat menuju tempat tidur. Bastian tampak terkesiap dengan pergerakkan Sandra.

"Pergilah Bas, Laura pasti membutuhkanmu," ucap Sandra tanpa menatap lawan bicara.

Sandra memilih merebahkan diri di atas kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada kemudian memunggungi Bastian.

Bastian terpaku sejenak kemudian mengulum senyum sejenak. Mengira Sandra sudah menerima keputusannya. Lelaki itu dekati Sandra.

"Baiklah, aku tidak akan lama, jam delapan malam aku akan pulang, baik-baiklah di sini, katakan pada Aldo bahwa papanya akan pulang membawa makanan kesukaannya nanti," ujar Bastian lalu mengelus pelan kepala Sandra. Aldo adalah anak angkat Sandra dan Bastian.

"Hm." Sandra membalas dengan berdeham rendah dan tak sedikit pun melirik Bastian.

Ketidakpekaan Bastian, membuat hati Sandra semakin terasa perih. Setelah izin pamit, Bastian pun melenggang keluar dari kamar.

Detik itu pula, punggung Sandra bergetar pelan. Di bawah selimut, tangis Sandra langsung tumpah. Dadanya terasa sangat sesak sekarang. Sandra elus pelan perutnya sejenak, berharap ada makhluk mungil bersemayam di sana. Namun, sepertinya harapannya tidak akan pernah terwujud. Pada sore itu, Sandra meluapkan semua kesedihannya dan menangis sepuasnya selama hampir satu jam.

Kini, bola mata Sandra dan hidung mancungnya terlihat mulai memerah. Terlalu lama menangis membuat kepala Sandra mulai sakit. Sandra pun memutuskan untuk mandi berharap rasa sakit di kepalanya dapat segera menghilang.

Tepat pukul sembilan malam. Bastian tak juga pulang ke rumah. Sandra baru saja mendapat pesan bila Laura meminta ditemani untuk tidur. Sandra tertawa meringis karena untuk kedua kalinya Bastian mengingkari janji.

"Ternyata kau lebih memilih wanita itu Bas, baiklah aku akan mengikuti permainanmu sekarang," gumam Sandra dengan senyum aneh terpatri di wajah.

Keesokan harinya.

Pagi ini, perusahaan Kertanegara gempar dengan kedatangan Sandra. Perempuan itu sudah lama tidak berkunjung ke perusahaan dan saat ini gedung lima puluh lantai itu diambil alih oleh Bastian.

Begitu Sandra turun dari mobil. Para karyawan tampak lari kocar-kacir. Sandra adalah orang yang paling dihindari oleh hampir seluruh karyawan. Raut wajah ketakutan terlihat amat jelas di wajah mereka sekarang. Bagaimana tidak, wanita perfeksionis dan dikenal dingin ini tiba-tiba menyambangi perusahaan. Ada apakah gerangan? Setelah sekian lama, tidak ada badai tidak ada hujan Sandra tiba-tiba datang kemari tanpa pemberitahuan.

"Eh anjir, itu kan Bu Sandra, loh kok dia di sini? Aduh, mati aku, mana aku pakai sepatu kets lagi," celetuk salah seorang pria yang baru saja turun dari taksi. Sedari tadi dia melirik ke arah Sandra sambil merapikan kemejanya yang belum dimasukkan ke celana.

"Gawat, aduh gimana nih laporanku belum selesai," gumam karyawan wanita berambut pendek di sudut pintu utama. Dia baru saja menginjakkan kaki di tempat kerja.

Berbeda dengan pak satpam, menyambut kedatangan Sandra dengan senyuman manis, semanis gula.

"Selamat pagi Bu Sandra, makin cantik saja. Aldo apa kabar?" tanya Pak Karto, sekadar basa-basi.

"Baik," sahut Sandra singkat dan padat. Dia tak membalas senyuman Pak Karto atau pun bertanya balik. Justru sibuk merapikan kacamata hitam yang bertengker di hidungnya sejenak.

Hari ini penampilan Sandra terlihat menarik perhatian. Blazer hitam, kemeja putih dan rok span sebatas lutut, membalut indah tubuh ramping Sandra. Tidak hanya itu heels louboutin berwarna hitam dengan sol merah membuat kedua kaki jenjang Sandra terlihat sangat elegan. Sandra membuat beberapa karyawan yang masuk ke gedung, terpukau dengan penampilannya.

"Kalau Nana sudah datang, suruh dia langsung ke atas," perintah Sandra seketika.

"Baik Bu."

Usai itu Sandra mulai menggerakkan kaki. Detik itu pula, karyawan yang berpapasan dengannya mengucapkan salam sambil melempar senyum palsu.

"Selamat pagi Bu Sandra!"

"Sudah lama tidak berjumpa, senang sekali rasanya berjumpa lagi!"

"Pagi Bu Sandra."

Sandra tak menggubris sapaan para karyawan, melainkan melangkah cepat, menuju pintu utama. Saat Sandra menghilang dari pandangan. Karyawan yang menyapanya tadi langsung menyumpah serapah Sandra.

"Aish, kenapa Nenek lampir itu datang sih? Kok nggak ada kabar dia ke sini," sahut seorang perempuan berkacamata bulat.

"Entahlah, semoga saja tidak ada badai hari ini," kata karyawan yang lain.

Sesampainya di lantai dua puluh. Sandra langsung melangkah cepat menuju kantor pribadi Bastian.

"Kenapa kau menghalangi jalanku? Di mana Bastian?" tanya Sandra seketika pada salah seorang perempuan tengah berdiri di depan pintu sekarang.

Wanita bernama Bunga itu tampak panik dan ketakutan. "Pak Bas—tian sed—ang sibuk, Bu," jawabnya sedikit tergagap-gagap.

"Minggir!" Sandra tak peduli jika Bastian tengah sibuk. Dia senggol cepat pundak wanita tersebut hingga Bunga terhuyung ke samping sejenak. Setelah itu, Sandra mendorong kuat pintu berganda tersebut.

Begitu pintu terbuka. Rahang Sandra seketika mengetat kala melihat pemandangan di dalam sana.

Terpopuler

Comments

Su Hartini

Su Hartini

salam kenal thor....aku suka cerita yg tokoh wanitanya Badas.....bukan yg menyek2.. lanjutkan Sandra...

2025-02-13

1

mama

mama

ya Alloh ya Alloh.. gk bisa ngomong ap2 thor.. plis jgn buang sandra skit ati trs😭

2025-02-11

1

lihat semua
Episodes
1 1. Bergemuruh Kuat
2 2. Terimalah Aku Jadi Madumu!
3 3. Mari Kita Bercerai
4 4. Tidak Bisa
5 5. Memulai Permainan
6 6. Strategi
7 7. Masuk Jebakan
8 8. Aku Mencintaimu, San!
9 9. Mengerjai Laura
10 10. Perih
11 11. Rasanya Tidak Seperti Dulu Lagi
12 12. Satu Atap
13 13. Cemburu
14 14. Tidak Mau Disentuh
15 15. Renovasi
16 16. Menghajar Laura
17 17. Bukti Perselingkuhan Bastian dan Laura
18 18. Aku Membencimu!
19 19. Pergi Dari Rumah
20 20. Viral
21 21. Jangan Gila!
22 22. Mengambil Sandra
23 23. Tunggu Surat Cerai Dariku!
24 24. Pernyataan Cinta
25 25. Keras Kepala
26 26. Tidak Patah Semangat
27 27. Keputusan
28 28. Bertemu Mertua
29 29. Sah, Jadi Janda!
30 30. Bertemu Camer
31 31. Jadi Kapan?
32 32. Pengantin Baru
33 33. Kebiasaan Aneh Chester
34 34. Malam Pertama
35 35. Belum Sadar
36 36. Tidak Mungkin ....
37 37. Kejutan
38 38. Rindu
39 39. Belah Mangga (21+)
40 40. Masih Belah Mangga (21++)
41 41. Rencana Gila Mala
42 42. Takut
43 43. Menyelesaikan Masalah
44 44. Kecewa
45 45. Taring
46 46. Penculikan
47 47. Tolong!
48 48. Persidangan
49 49. Merebut Sandra!
50 50. Sikap Aneh
51 51. Menggoda
52 52. Rencana
53 53. Tidak Menyerah
54 54. Ngamuk
55 55. Rencana Nana
56 56. Ketakutan
57 57. Bertemu Bastian
58 58. Laki-laki Pengecut!
59 59. Kepikiran
60 60. Panik
61 61. Meminta Saran
62 62. Bulan Madu
63 63. Sampai Kapan?
64 64. Ajari Istrimu!
65 65. Saling Terbuka
66 66. Rencana
67 67. Tidak Akan Bercerai
68 68. Tingkah Laku Aneh Chester
69 69. Berbeda
70 70. Mimik
71 71. Hamil!
72 72. Bahagia
73 73. Merebut
74 74. Mata Tajam
75 75. Berusaha Menggoda
76 76. Jebakan Batman
77 77. Ditalak
78 78. Menyesal
79 79. Terkejut
80 80. Akhir Segalanya | TAMAT
Episodes

Updated 80 Episodes

1
1. Bergemuruh Kuat
2
2. Terimalah Aku Jadi Madumu!
3
3. Mari Kita Bercerai
4
4. Tidak Bisa
5
5. Memulai Permainan
6
6. Strategi
7
7. Masuk Jebakan
8
8. Aku Mencintaimu, San!
9
9. Mengerjai Laura
10
10. Perih
11
11. Rasanya Tidak Seperti Dulu Lagi
12
12. Satu Atap
13
13. Cemburu
14
14. Tidak Mau Disentuh
15
15. Renovasi
16
16. Menghajar Laura
17
17. Bukti Perselingkuhan Bastian dan Laura
18
18. Aku Membencimu!
19
19. Pergi Dari Rumah
20
20. Viral
21
21. Jangan Gila!
22
22. Mengambil Sandra
23
23. Tunggu Surat Cerai Dariku!
24
24. Pernyataan Cinta
25
25. Keras Kepala
26
26. Tidak Patah Semangat
27
27. Keputusan
28
28. Bertemu Mertua
29
29. Sah, Jadi Janda!
30
30. Bertemu Camer
31
31. Jadi Kapan?
32
32. Pengantin Baru
33
33. Kebiasaan Aneh Chester
34
34. Malam Pertama
35
35. Belum Sadar
36
36. Tidak Mungkin ....
37
37. Kejutan
38
38. Rindu
39
39. Belah Mangga (21+)
40
40. Masih Belah Mangga (21++)
41
41. Rencana Gila Mala
42
42. Takut
43
43. Menyelesaikan Masalah
44
44. Kecewa
45
45. Taring
46
46. Penculikan
47
47. Tolong!
48
48. Persidangan
49
49. Merebut Sandra!
50
50. Sikap Aneh
51
51. Menggoda
52
52. Rencana
53
53. Tidak Menyerah
54
54. Ngamuk
55
55. Rencana Nana
56
56. Ketakutan
57
57. Bertemu Bastian
58
58. Laki-laki Pengecut!
59
59. Kepikiran
60
60. Panik
61
61. Meminta Saran
62
62. Bulan Madu
63
63. Sampai Kapan?
64
64. Ajari Istrimu!
65
65. Saling Terbuka
66
66. Rencana
67
67. Tidak Akan Bercerai
68
68. Tingkah Laku Aneh Chester
69
69. Berbeda
70
70. Mimik
71
71. Hamil!
72
72. Bahagia
73
73. Merebut
74
74. Mata Tajam
75
75. Berusaha Menggoda
76
76. Jebakan Batman
77
77. Ditalak
78
78. Menyesal
79
79. Terkejut
80
80. Akhir Segalanya | TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!