***MAKAN BERSAMA,
“Maaf ya mas Derris, atas kejadian tadi. Sri Ayu memang anaknya pendiam, dia anak bungsu kami. Tapi lebih mirip ke laki-lakian hehehehe.”
Bu Sri Kantil mencoba memperbaiki suasana hati Derris yang mau copot. Bagaimana tidak mau copot, penampilan aneh anak bungsu pak Muji itu diluar kebiasaan.
“Sudah, sudah jangan di bahas terus. Nanti makanannya keburu dingin.”
Makan bersama di keluarga pak Muji terbiasa lesehan, tidak nyaman makan dengan duduk apalagi memakai sendok garpu. Nggak banget intinya buat keluarga pak Muji yang nyentrik ini. Hanya Derris seorang yang makan memakai meja dan kursi makan. Yah seperti kacung dan majikan gitu, posisi mereka. Dimana Derris majika, dan keluarga pak Muji itu kacungnya hahaha. Namanya kebiasaan, gak bisa langsung instan berubahnya.
“Ngomong-ngomong Sri Ayu sudah dibawain bekal makan belum?”
“Sudah pak, tadi aku siapkan nasi dan lalapan petenya.Diantar sama Sri Ajeng tadi.” Jawab Sri Dewi anak pertama pak muji.
“Tadi kamu ngapain juga bawa alat-alat make up saat gerebek dikamar mas Derris?”
“Eh anu pak, aku mikirnya gini kan. Setan perlu dandan jugalah, biar gak serem-serem banget gitu hehehe.” Celoteh Sri Dewi yang bekerja di Salon.
“Ada-ada saja, setan kok dandan. Setan yang dandan itu yang gangguin laki orang!” Bu Sri Kantil mulai perang sengit dengan pak Muji.
“Uhukkkk...uhuuukkk akhmmmm,” Pak Muji tersendak-sendak oleh duri ikan tongkol.
Dibantu putrinya Sri Dewi, agar duri yang menancap di kerongkongan ayahnya bisa bener jalannya. Tatapan mata bu Sri Kantil sinis, dengan suaminya itu. Padahal tadi sempet baikan, namanya juga bara api cemburu. Bisa surut tapi tak akan pernah padam.
Derris yang hanya mengamati ikan apa ini, kok kayak kurang gizi. Sudah kecil, krempeng dan asin pula. Apa ikan ini jenis bongsai atau semacam dikerdilkan. Intinya Derris tidak tega untuk makan ikan teri nasi itu. Dan nasi, Derris selama ini hanya makan roti atau pasta. Dia tidak pernah makan nasi, perutnya tidak ramah makan biji-bijian. Padahal nasi beras merah itu proteinnya Bagus. Tapi Derris ngilu, dia berpikir kalau nasi itu habis dilukai atau korban kecelakaan. Sehingga berdarah dan berwarna merah. Nah, saat hendak minum kopi yang warnanya pekat. Aromanya yang cukup menyeruak harum dengan campuran jahe bakar, Derris penasaran dengan rasanya, tapi kalau melihat warnanya yang keruh seperti masa lalau Lucas. Cukup dengan memejamkan matanya, Derris lalu menenggaknya.
Gluukkk, gluukkk, glukkk “ah sedap,” Derris menenggak habis kopi di teko.
“Mas Derris, itu kopi bikin melek loh!” ucap pak Muji yang telat memperingatkan majikannya.
Jreng... Benar ucapan pak Muji. Sekarang Derris melek sampai pagi, dia tidak bisa tidur. Semalaman dia melek tanpa merasa kantuk. Jam Sepuluh pagi, bu Sri Kantil membuat kudapan ala kampung. Yaitu kue klepon, diberilah warna-warni biar cantik dan menarik tampilannya si kue basah, kenyal nan legit bila digigit. Apalagi kalo basah didalam, ummmmmm lezatnya kayak ampe putusin hubungan gebetan huahahahahahaha.
“Mas Derris, ini ibu buatin kue klepon. Dimakan ya selagi masih cantik bentukannya. Ibu mau ambil telur dikandang ayam, mas mas Derris hallo?” Bu Sri Kantil menepuk-nepuk pundak Derris yang roboh tubuhnya.
Derris akhirnya tertidur di sofa ruang tamu, karena tubuh Derris yang bongsor tinggi itu. Jelas pak Muji dan si tangguh Sri Ayu yang menggotong badan macho anak kota ke kamar.
“Duh, ngrepotin aja mas Derris ini. Untung ganteng, kalo tongos udah aku biarin aja tidur pos ronda.” Pak Muji mengelap peluhnya.
Lagi-lagi Sri Ayu yang lagi balik dari kandang ayam itu angkat beban berat. Kali ini dia menyentuh tubuh lelaki lain, tangannya gemetaran. Dikamar mandi Sri Ayu membayangkan merosotnya handuk Derris. Dan pagi ini menyentuk tubuh Derris secara langsung. Dirinya ternyata melamun, hingga pak Muji yang hendak ke peternakan sapi itu menggedor pintu kamar mandi.
Brakk... Brakk... Brakk Sri Ayu cepat keluar, apa bapak buldoser ini kamar mandinya!!” kalau sudah kebelet buang hajat. Pak Muji suka bar-bar polahnya.
Karena menimbulkan suara berisik, akhirnya bu Sri Kantil menjewer telinga suaminya.
“Buang hajatnya di kolam lele saja, sudah tahu ada mas Derris tidur berisik aja kayak orang demo!!!” menarik daun telinga pak Muji sambil berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
💎⃞⃟BS QᷞUͦEͮEͤNSELVIA°Аямў🔰
hadeuhhhh yg ituuu g usah diperjelas napa thorrr....
2020-09-28
0
Dian Safitri
🤣🤣🤣🤣🤣
2020-09-06
0
Anyle Tiwa
mantap thor
2020-09-06
0