“Derr, aku gak nyangka kalau kamu bisa terpapar virus miskuin hiks hiks.” Lucas menangis hingga kaosnya basah karena menyeka air matanya.
“Udah, namanya juga miskin yang ngerasain dan ngejalanin orang banyak. Jadi gak usah sedih banget gitulah lah mas Lucas, tuh kaos udah basah peres dulu geh!” Pak Muji memerintahkan Lucas agar memeras kaos yang dipakai Lucad untuk menyeka ingus dan air matanya.
“Pak, nitip uangku ya.” Derris menyerahkan buku tabungan.
“Mas, inikan uang hasil penjualan mobil merah cabe kesayangan mas Derris. Pergunakan aja buat keperluan mas Derris. Saya sekarang kan lebih tajiran kalau dibandingkan sama mas Derris sekarang.” Pak Muji memelintir ekor kumisnya.
“Iya.... Pak.... Pak Muji sekarang the next Sultan, sekarang Derris the new gelandangan hiks hiks hiks.” Lucas menampung perasan air matanya di ember.
Bukan jatuh miskinnya yang membuat Derris ingin lari dari kenyataan. Tapi Derris ngeri kalau tante-tante girang kayak ibunya Nancy ngejar dia jadi piaraan. Kan ngeri-ngeri horor, secara kota Megapolitan. Asala engkau berwajah tampan dan tubuh rupawan, maka miskinmu termaafkan. Itulah slogan millenial yang sering di gaungkan kaum hedonisme Republik goodlucking.
*
*
*
“Mas kalau murung, mending pergi ke kali. Disini ada air terjun yang airnya sangat jernih dan segara, konon kata Dukun kondang disini. Siapa saja yang berniat buang sial hendaknya bersembunyi dibalik batuan besar.”
“Kalu itumah boker kali pak Mujiiiii,” Derris kesal tahu pak Muji modusin Derris lagi.
“Dulu bapak dapet istri lewat air terjun, kayak di dongeng\-dongeng mas.” Sesumbar Pak Mujiono.
“Itukan karena istri pak Muji lagi mandi, terus bapak lemparin ular karet di air kan. Akhir bu Sri terkintil\-****** sama pak Muji, dia berpikir bapak Pahlawan. Ternyata kardus modus huh!!” Eyel Derris yang kesal di dalam bus.
Karena kampung pak Muji yang bisa dikatakan terpencil, seperti sulitnya menjangkau kesenangan tekhnologi. Disana Hanya ada 3 unit TV resmi milik Pemerintah Desa, Dukun/Orang yang dianggap Profesor dalam bidang permenyanana dan Pak Muji tentunya. Dalam menuju Desa masih terjal berbatu, sepanjang perjalanan terhampar luas kebun teh. Yang mensejukkan mata untuk melihatnya.
“Mas Derris tahu gak kalau disini nama perempuannya semua pake nama awal “Sri”. Tapi jangan salah, nama boleh katrok, soal kecantikan boleh diadulah sama gadis-gadis kota hahaha.” Pak Muji mempromosikan keunggulan produk di Desanya.
“Pakk, saya itu jomblo dan miskin. Kalau mereka tahu saya modal badan, sudah pastilah para sesepuh janda kaya yang bakal lelang saya.” Timpal Derris yang turun dari Bis.
Di Terminal ini sudah ada beberapa angkutan pedesaan yang mangkal. Tapi Derris memilih naik motor, selain cepat juga tidak perlu antri lama. Dia ogah naik truk bak terbuka, selain ngangkut hasil bumi juga ngangkut ternak.
Ngoeeeengggg ngoeeeenggg, suara motor koplingan trail mengajak trabas kampung Suka Mager.
“Itu mas Derris lihat!” Pak Muji menunjuk sosok pengendara motor gagah tersebut.
“Siapa? Tukang ojek dadakan ya?” Derris ikut penasaran juga dengan sosok gahar diatas motor Tril.
“Kakandaaaaaa...... “ melepaskan helem cakil khas motor tril.
Seorang wanita berambut bergelombang, mengibas\-kibaskan rambutnya yang bermain dengan angin.
“Srinthillll cintaku my darling... Kanda balik kandang....” Pak Muji membentangkan tanggannya menyambar pelukan rindu dengan wanita bermotor tril.
Bak laga film India, pak Muji dan Srintil berpelukan dan saling pegangan tangan. Tubuh mereka berputar\-putar seperti komedi putar.
“Kanda rindu dek, kamu rindu gak uang dari kota nohhhh heeemmmmm aromanya masih bau brangkas hehehehe.” Pak Muji mengeluarkan segepok uang untuk mengipasi Srinthil.
“Unnncchhhh kanda pulang bawa uang, auto Sri yang kepalang sayang.”
“Cihhhhh,” Celetuh jijik Derris melihat polah tidak waras pak Muji.
“Selow mas Derris, namanya ketemu bini. Ya mesti dijaga dong, kalo jomblo kan cukup melihat saja. Sebagai bahan materi kelak, iya tho hehehehe.”
“Dindaku Srinthil, ini anak majikanku di Jakarta. Namanya Derris, sekarang dia jatuh miskin. Udah gak punya apa\-apa lagi, kecuali badan dan wajah tampan. Bukan begitu mas Derris?” Niat pak Muji bercanda sedikit, tapi nyinyir banyak.
“Serahhhh,” Derris melaju dan menghidupkan mesin motor.
Ngoeeengggg... Ngoeeeennggg ngennnngggg, motor sudah melaju jauh. Entah kemana perginya Derris itu, nanti kalau nyasar kan asik yang nemuin. Dapet cowok ganteng yang terdampar dan kesasar. Ayo Derris balik lagi, jangan kecil hati dengan ujian materi. Jadi miskin itu butuh mental baja. Karena jadi miskin itu berat. Apalagi jaman sekarang, orang miskin no welcome.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sriwulandari
hahahah novel yg bikin ngakak baru ini ne dr awal sampe skrg di bawa ngakak
2020-12-02
1
HNF G
asli thoorr....baca ceritamu ngakak trs sampe pengen kencing🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2020-12-02
1
Abdul Khoirun
wk..wk..wk...🤣
2020-11-26
1