Hari-Hari kembali berganti. Sinar rembulan yang terang benderang di malam hari kini telah tergantikan dengan sinar mentari yang yang cerah di hari ini.
Zakia turun dari kamarnya melalui satu persatu tangga dengan langkahnya yang gontai. Matanya terlihat sangat sembab hari ini karena mungkin dirinya menangis semalaman.
Beberapa pelayan berjalan kesana kemari bekerja membersihkan ruangan yang cukup luas dan tak akan sanggup apabila di lakukan hanya satu orang saja.
"Selamat pagi Nona.."Zakia hanya mengangguk, Para pelayan itu saling menatap dan merasa iba kepada Nona mudanya yang selalu terabaikan di dalam keluarganya sendiri.
"Sarapan dulu Non.."Salah satu ketua pelayan meminta Zakia yang datang kemarin sore itu untuk sarapan bersama. Zakia mengangguk, Kakinya yang jenjang kembali melangkah ke arah ruang makan yang dari kejauhan suara perbincangan mulai terdengar.
Suara itu langsung sepi begitu ia hadir di tengah-tengah keluarga yang ia impian sejak dulu. Ingin rasanya Zakia menyapa "Selamat pagi semuanya!!" Namun tidak pernah ia lakukan, Kata itu selalu tersangkut di tenggorokan.
Apakah jika ia menyapa, Sapaannya akan terbalaskan? Apakah mereka akan menyambutnya layaknya ayah atau kakak yang menyambut manja putri atau adik kecil mereka?
Sayangnya semua itu tidak akan pernah terjadi. Ia sudah di buang, Di anggap tak ada setelah wanita yang melahirkannya di dunia ini tiada sejak usianya enam tahun. Di anggap sebagai pembunuh dan pembawa sial oleh keluarganya sendiri.
"Eh, Ada Zakia disini.. Kapan kau datang nak.."Derline, Wanita yang katanya adalah sepupu ayahnya yang sering datang ke rumah ini dan berperan sebagai ibu dan seolah menjadi istri yang baik untuk Daddy dan kakak-kakaknya.
"Ayo makan sayang .." Zakia hanya menatap datar wanita itu. Entah mengapa Zakia merasa tak suka dengan wanita ini. Apalagi semenjak Derline selalu menuduhnya. Dan Anehnya, Semua orang percaya. Aneh bukan??
Zakia duduk di salah satu kursi disana. Kursi yang terletak paling ujung hingga posisinya saling berhadapan dengan sang ayah. Pria paruh baya itu mengabaikannya dan tak sekalipun melihatnya ada diantara keluarga ini. Jangankan untuk sekedar melihat atau menatap, Meliriknya pun rasanya enggan dan seolah jijik.
"Kapan benalu ini datang kemari..?" Suara itu adalah suara Andrew, Kakaknya yang nomor dua.
"Andrew..Gak boleh seperti itu sayang.. Walau bagaimana pun, Zakia tetap adik kalian.."Derline berucap dengan nada seolah menasehati. Diam-diam wanita itu tersenyum sinis sembari melirik Zakia yang hanya diam.
"Tapi kami tidak punya adik seorang pembunuh Aunty.. Mommy pergi gara-gara dia minta jemput ke sekolah.. Andai saat itu supir yang menjemputnya, Pasti Mommy masih ada bersama kita dan ..
"Liam hentikan! Jangan banyak bicara ketika makan.."Tegur Noah kepada sang putra agar diam. Bicara tentang kecelakaan itu sama saja seperti membuka luka lamanya.
"Ohya, Jessika belum datang.. kita tunggu dia dulu ya.." Derline tersenyum merekah begitu melihat Jessika putrinya mendekat.
"Good Morning All!! "Sapanya dengan riang. Jessika mendekati Noah dan mencium pipi pria paruh baya itu layaknya seorang ayah.
"Selamat pagi Daddy.."Noah tersenyum, Pria itu memang sengaja menyuruh Jessika untuk memanggilnya dengan sebutan Daddy. Selain status paman dan ponakan, Jessika juga tidak punya ayah karena Jessika sudah di tinggal ayahnya sejak usia sembilan tahun. Maka dari itu Noah menganggapnya seorang putri.
"Selamat pagi putri Daddy.."Zakia menunduk dalam, Jangan tanyakan bagaimana perasaannya saat ini? Sudah pasti sakit seperti terancap ribuan benda tajam. Darrel diam-diam melirik sang adik, Ia menghela nafas panjang dan mengambil menu sarapan pagi ini.
Setetes air mata jatuh, Zakia tidak bisa menahan rasa sakitnya. Padahal hal seperti ini sudah sangat biasa bukan? Tapi kenapa sangat sakit sekali, Dia seorang putri tapi dia juga yang di abaikan.
"Tuhan...aku ingin mempunyai seorang ayah yang bisa menyayangiku..
Sebuah tangan terulur di bawah sana dan meletakkan sebuah tisu di atas paha wanita itu. Zakia medongak menatap seeorang yang sedang menatap datar makanan sembari mengunyah sarapannya itu.
"Kak Darrel..Aku tahu kaka sepeduli itu padaku..
.
.
.
Zakia datang ke rumah ini karena merasakan kesepian di rumahnya. Rumah yang sengaja Max beli dua hari sebelum mereka menikah.
"Tersisa lima bulan lagi..
Ya, Max mengatakan bahwa Pria itu akan menikahi Jessika sekitar lima bulan ke depan. Entah seperti apa pernikahan mereka setelah ini, Sementara Max dan dirinya menikah secara resmi negara begitupun agama mereka. Bukankah agama mereka melarang pria untuk menikahi lebih dari satu wanita? Apakah setelah ini Max akan melepasnya? Jika memang iya.. Zakia sangat bersyukur sekali.
"Sebelum lima bulan itu, Aku akan pergi dari kehidupanmu Max.. Mungkin juga dari keluarga ini...Aku akan pergi mencari kehidupan dimana aku di hargai..
Zakia memang sudah tertekad, Ia memang mencintai Max lebih dari apapun. Tapi setelah kemarin malam ia mendengarkan perkataan Max yang tak sengaja ia dengar, Zakia membuat keputusan dimana ia pergi akan lebih baik.
Malam itu, Zakia masuk ke ruangan Max. Entah mendapat dorongan darimana,
"Tuan? Anda serius?
"Apanya tidak serius!?
"Tapi kasihan Nona Zakia Tuan.. Maaf sebelumnya, Tapi ada baiknya kita selidiki dulu kebenarannya.. Siapa tahu pelakunya..
"Dalam cctv yang terekam, Aku melihat gadis itu mencelakai Daddy, Alden! Dengan tak berperasaan dia menu-suk Daddy.. Dan gadis itu memakai gaun yang sama seperti yang di pakai Zakia! Aku sangat mengenal gaun itu karena aku sendirilah yang memilihnya.. "Dalam cctv yang terekam memang ada seorang wanita memakai gaun berwarna biru muda tengah mencelakai Tuan Hansen Roberto. Wanita itu tampak berbincang sebelum tragedi penu-sukan itu terjadi. Sebenarnya wajah pelaku tidak terlihat karena rambut pelaku yang panjang dan melambai. Namun gaun sang pelaku mirip dengan yang di pakai Zakia. Maka dari itu Max percaya bahwa tersangka nya adalah Zakia. Siapa lagi yang punya gaun yang mirip seperti itu kalau bukan Zakia sendiri.
"Aku akan buat hidupnya menderita.. Aku akan buat Zakia sendiri yang memohon ampun dan perlahan mati dengan sendirinya..Dia harus merasakan apa yang di rasakan Daddy yang tersiksa.
Zakia, Dia harus rela menanggung Dendam pria yang sangat ia cintai itu. Dendam yang mungkin akan terus berlaku sampai kebenaran terungkap. Tapi kapan??
Zakia melangkahkan kakinya ke arah lemari. Di sana ada sebuah laci yang masih terkunci. Zakia memutar kunci tersebut, setelah terbuka Zakia meraih sesuatu didalam sana.
Sebuah benda dengan butiran kecil yang di rakit menjadi satu dengan benang. Ada tiga puluh tiga butiran disana dengan satu penghalang di tengah-tengah butiran tersebut.
"Ini apa?
"Aku tidak bisa memberimu apapun.. Hanya benda ini yang bisa aku berikan padamu sebagai ungkapan terima kasih.. Di simpan ya.. Walaupun agama kita berbeda setidaknya benda ini akan mempertemukan kita kembali..
"Ini benda apa namanya?
"Tasbih..
"Tasbih...
Satu kalimat itu akhirnya lolos dari bibir Zakia. Selama hidup ia tidak pernah bersuara, Tapi di hadapan pria umat muslim itu, Zakia bicara tanpa harus diam dengan bahasa isyarat nya.
Zakia kembali tatap benda tersebut. Selain ada nama Tuhan dan utusannya, Ada nama kecil yang tersemat tertulis di bawahnya. namun tulisan tersebut terukir dengan tulisan Arab.
"رافاسيا...."
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Arin
Bencilah kalian pada Zakia......tertawalah kalian orang2 yang telah memberi luka pada Zakia. Tapi nanti jika kebenaran terungkap jangan ada kata PENYESALAN...
Jika orang yang di banggakan, di sayang, dilindungi adalah dalang dari kesalahan yang tidak pernah Zakia lakukan.....
Jika masa itu datang Zakia sudah pergi dan tak bisa memaafkan kalian. Jangan menyesal......
2025-02-09
2
Sri Rahayu
semoga Zakia bisa selekasnya bebas dari Max yg jahat dan Max kembali lumpuh setelah nya...biar dia tau rasa sdh menyiksa menyakiti Zakia yg baik 😠😠😠
2025-02-09
1
Evi Alvian
Gila..dasar orang tua gila anaknya sendiri disia"in anak orang dipuja" huhuu aku bejik" baru tau rasa lu gedek dach
2025-02-09
2