Jebakan

Di saat Zakia sedang berjuang antara hidup dan matinya di ruang operasi. Di tempat lain, Di salah satu apartemen mewah milik Jessika. Max tengah berbaring bersama Wanita itu.

Pria itu terlihat begitu santai seolah tak terjadi apapun. Tapi dalam hatinya siapa yang tahu. Mustahil jika pria itu baik-baik saja.

Zakia adalah wanita pertama yang pernah Max cintai. Persetan dengan kekurangannya Max tak peduli. Namun, Kesalahpahaman itu membuat Max buta akan semuanya. Pria itu berada di ambang cinta dan benci.

Max menyakiti Zakia berniat membalas dendam membuat Zakia menderita. Padahal semua belum tentu benar. Max mendekati Jessika hanya di jadikan wanita pelarian. Namun Jessika tidak sadar akan hal itu.

Jessika berpikir memang Max mencintainya dengan tulus. Max melipat lengannya dan di jadikan bantal. Menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang memikirkan bagaimana kondisi Zakia saat ini.

"Alden...

Pria itu sudah tak lagi bekerja dengannya. Sampai sekarang Max masih bertanya-tanya, Siapa Alden sebenarnya. Max sudah berulang kali mencari tahu siapa mantan asistennya itu.Tapi semuanya nihil, Nama Alden tidak terindikasi. Jadi siapa pria itu sebenarnya?

"Max..

Jessika memeluk tubuh tegap Max. Medusel di leher Max dengan manja. Namun, Max merasa sangat risih.

"Jessi..Jangan seperti ini.. "Max mendorong pelan kepala wanita itu agar sedikit menjauh. Jessika berdecak kesal, Ini yang Jessika tidak suka dari Max. Pria itu enggan di pegang dengan kondisi dekat seperti ini. Apalagi ketika sedang berdua, Max akan menolak secara terang-terangan.

Akan tetapi, Walaupun berulang kali di tolak oleh Max. Jessika tidak pernah menyerah, Jessika akan tetap berusaha agar Max menyentuhnya walaupun berulang kali gagal.

Kini tangan lentik milik Jessika berjalan secara perlahan dab meraba. Meraih kemeja max dan hendak membuka kancing kemejanya, Lagi dan lagi Max mencegah agar Jessika tak kelewat batas.

"Jangan pernah kelewat batas Jessi... "Max bangkit dan duduk, Jessika ikut duduk.

"Mau kemana?" Jessika menahan lengan Max ketika pria itu hendak pergi.

"Aku akan pergi.. Kau istirahat lah agar rasa pusing mu sedikit berkurang..."Ucap Max dengan datar.

"Tapi ini sudah tengah malam Max.. Tidakkah kau menginap saja disini? Aku khawatir padamu.."Max tak menjawab. Pria itu melepaskan tangan Jessika dan mulai pergi dari sana.

Jessika hanya berdecak menatap kepergian Max yang mulai hilang dari pandangannya.

"Apa cintamu pada Zakia masih ada Max? Apa kau masih memikirkan dia? Padahal disini ada aku yang tulus mencintaimu.."Gumam Jessika. Jessika memang dulu sempat merasa tidak suka dengan Max karena pria itu dulu memang tidak setampan sekarang.

Setelah Max bisa berjalan dengan normal kembali, Sejak saat itulah Jessika mulai tertarik kepada Max dan punya keinginan memilikinya.

"Jalan satu-satunya adalah, Membuat Zakia pergi.. Ke neraka kalau perlu..

****

Sementara itu, Di salah satu kamar hotel tempat di adakan pesta ulang tahun Perusahaan AX Group milik Noah.

Pria itu sekarang sedang bekerja di atas tubuh seseorang wanita yang men-desah nik-mat karena hu-jaman-hu-jaman pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan gagah itu.

Derline, Ikut menikmati setiap sentuhan Noah. Inilah yang dia inginkan sejak dahulu. Akhirnya setelah sekian lama apa yang ia inginkan terwujud juga.

Semua berawal dari jebakan Derline. Wanita itu sengaja menaruh obat pera-ngsang ke dalam minuman yang akan Noah minum. Dan semuanya berhasil, Rencana yang telah ia susun dari jauh-jauh hari nyatanya berjalan lancar juga..

Obat mulai perlahan bekerja, Derline pun mulai beraksi. Menuntun Noah yang sudah pusing ke dalam sebuah kamar yang telah di pesan sebelumnya.

Derline senang karena malam ini Noah memaksanya dan menyentuhnya dengan brutal. Mungkin karena efek obat yang bekerja. Atau bisa jadi karena sudah puluhan tahun Noah menahannya.

"Aaaaarrrggg..Amara...Aku sangat merindukanmu sayang...Inilah yang aku rindukan selama ini sayang.."Racau Noah tanpa sadar. Dalam bayangan Noah, Wanita yang berada dalam kungkungannya itu adalah istrinya, Amara.

Noah sangat merindukan Amara. Sudah puluhan tahun pria itu menahan hasr-atnya yang selalu tertahan itu.

Mendengar nama Amara di sebut, Ingin rasanya Derline mengamuk. Bisa-bisanya Noah yang sedang bekerja dengannya tapi yang pria itu panggil adalah Amara.

Tapi tak apalah. Yang penting dengan cara ini Derline punya alasan agar nanti Noah bisa menikahinya.

.

.

.

Mentari mulai menampakkan sinarnya. Noah mengerjabkan matanya perlahan. Matanya terbuka, Noah terbangun dengan rasa pusing yang mendera nya.

"Ssst..Apa yang terjadi? Kenapa pusing sekali.." Noah memijit pelipisnya, Ia merasa aneh dengan pagi ini.

Rapi tunggu dulu? Ini kamar siapa?Kenapa sekarang dirinya berada di kamar? Noah Bangkit, Ia duduk sembari memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

Mata Noah membulat sempurna, Dia tidak sedang sendiri di kamar ini melainkan bersama seorang wanita yang sangat ia kenali.

"APA-APAAN INI!!

Teriakan Noah sampai membuat Derline yang tertidur dengan pulas itu terbangun. Wanita itu bangkit dan duduk, Kedua tangannya memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya tanpa sehelai benangpun.

Noah menyugar kepalanya ke belakang, Apa yang telah terjadi dengannya dan Derline?Bagaimana bisa dirinya berada dalam satu kamar dengan wanita yang tak lain adalah sepupunya ini.

"Apa yang terjadi semalam? Kenapa? Ini apa Derline!!?" Melihat Noah yang menahan amarah. Derline segera berakting menangis.

"Hiks..Hiks.. Apa yang kakak lakukan padaku semalam..Kakak memaksaku huhuhu.."Noah semakin frustasi, Jujur ia tidak ingat apapun semalam. Yang ayah empat anak itu ingat adalah? Semalam dirinya merasa pusing dan tubuhnya merasa aneh. Seperti ada sesuatu yang menyerang tubuhnya. Setelah itu, Noah tak ingat apapun lagi.

Noah sempat bermimpi melihat Amara dan menyentuh istrinya. Apa jangan-jangan? Semalam itu bukan mimpi tapi nyata namun yang Noah lihat adalah sang istri tercinta.

"Bagaimana ini kak.. Kakak telah memaksaku semalam!! Kakak menyentuhku!! Aku ternoda...Huhuhu... Hiks..." Rasa marah yang sempat hinggap itu hilang begitu melihat Derline yang menangis. Jadi benar apa yang telah ia lakukan? Semalam, Ia menyentuh Derline tanpa izin wanita itu.

"Derline, Maafkan aku..Sungguh aku tidak ada niat apapun.. Aku, Aku tidak sadar.. Aku.."Noah menatap iba Derline yang terlihat hancur itu. Padahal dalam hati, Derline bersorak gembira.

Karena merasa bersalah, Noah terpaksa menggeser posisi tubuhnya mendekati Derline dan memeluk wanita itu.

"Maaf, Aku benar-benar tidak sadar...

"Aku butuh pertanggungjawaban Kak..

Deg!

Noah memejamkan matanya. Ia bingung harus berkata apa. Ingin rasanya ia menolak, Tapi kalau menolak? sejak kecil Noah sudah di ajarkan tentang rasa tanggung jawab. Derline medongak menatap Noah yang hanya diam saja sejak tadi.

"Kak.. Aku hanya minta pertanggungjawaban..Tidak lebih.. "Noah menghela nafas panjang dan akhirnya mengangguk ragu.

"Kita bisa bicarakan ini nanti..."Katanya. "Amara.. Maafkan aku sayang.. Aku tidak sengaja melakukannya...

.

.

.

Tbc

... Kalau ada waktu kosong Author Crazy up ya..

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***