Eliz tersenyum manakala mengingat saat ayahnya mengetahui tindakannya. Bukannya marah atau menghukum, David malah merangkul dan bangga pada putri jahatnya itu. " kau memang putriku". kata kata David yang selalu terngiang dan terukir menjadi prasasti dikepala Eliz.
2 hari kemudian , jasad Anna ditemukan telah membusuk dengan darah kering disekujur bajunya. seorang tukang kebun tak sengaja mencium bau tak sedap dari arah sumur saat akan membabati rumput liar dihalaman belakang. Isak tangis ibu dari Anna menggema memenuhi ruangan. Para pelayan yang lain tak berani mendekat meskipun mereka iba dan kasihan pada ibu Anna. Mereka faham jika ini bukan kematian biasa. Jadi mereka memilih kembali kepekerjaannya, dan menghiraukan ibu Anna yang menangis tersedu sedu.
"nak, kenapa kamu jadi seperti ini.. Bangun nak, katakan pada ibu siapa yang melakukan ini, huhu..."
Dari arah belakang , David berjalan dan berhenti tepat didepan mayat Anna. Dia sama sekali tak kelihatan berempati sedikitpun.
Plak... Sebuah kantong hitam dijatuhkan David didepan Ibu dari anna yang menangis tanpa henti.
"ambil itu lalu bawa mayat busuk anakmu dari sini. Aku tak mau dituduh atau disangka macam macam oleh pihak berwajib. Kau pergilah yang jauh dan jangan pernah menampakan batang hidungmu lagi didepanku, atau kau akan tahu sendiri akibatnya!" . Setelah berkata menyakitkan , david berjalan santai dan duduk dikursi santai favoritnya tanpa berniat melihat sedikitpun kearah mayat anna atau ibunya.
Dengan dibantu oleh satpam yang memesan peti mati, akhirnya Anna dimasukan kepeti mati lalu dibawa pergi oleh mobil bak terbuka yang dipesan online. Ibu Anna dan Anna di tempatkan dibak terbuka dibelakang. Saat ditanya isi mengenai peti itu, ibu Anna mengatakan jika itu barang barangnya. Ia memilih bungkam dari pada berurusan lebih jauh dengan David. Kenyataannya pria beranak satu itu tak memiliki nurani atau sekedar bersedih melihat penderitaannya, alih alih empati , David malah mengusirnya dari sana.
Ibu anna menangis meratapi nasib naas putrinya, sepanjang jalan ia hanya menangis memeluk peti kayu itu. Hingga sampailah dia dikampung halamannya. Ia lalu dibantu oleh supir menurunkan lemari itu dengan susah payah. Setelah selesai, Ibu anna membayar jasa supir itu . Ia lalu terduduk di amben pintu rumah . Rumah sederhana yang kayunya sudah lapuk ini, adalah satu satunya harta berharga yang dia punya. Tempat dia kembali saat lelah , tempat dia berteduh dari beratnya cobaan hidup yang menyerangnya silih berganti. Setelah memulihkan tenaga , barulah ibu Anna menggali lubang dibelakang rumahnya lalu menguburkan peti Anna dengan hati hati. Semua ia lakukan sendiri karena tak ingin ada warga yang curiga lalu menyudutkan David. Karena Anna dan ibunya adalah pelayan dimansion David.
Walau dengan tubuh ringkih dan tenaga wanita yang tak begitu kuat, ia tetap memaksakan untuk menyelesaikan pemakaman seorang diri. Tekad dan sayangnya pada Anna memberinya kekuatan untuk melakukan semua pekerjaan sendirian.
Meski dengan tertatih tatih dan pipi yang basah, akhirnya pekerjaan pun selesai. Ibu Anna bergegas masuk kerumahnya lalu menangis disudut ruangan. Sedari tadi ia berusaha menguat nguatkan dirinya sendiri, sekarang pertahanannya jebol. Hatinya tak kuat menerima kenyataan pahit ini.
"David, aku bersumpah , kau akan merasakan lebih dari yang aku rasakan. Rasa sakitku, kehilanganku, kau juga akan merasakannya. Bahkan kau akan lebih menderita dari pada aku. Aku yakin itu David. Sekarang kau dan keluargamu masih aman dari endusan pihak berwajib, tapi apakah kau akan aman dari penghakiman Tuhan?"
Kembali ke saat dimana Eliz mengejar Elisa dirumahnya. Tali tambang dan lakban di kedua tangannya cukup menyiratkan segala hal tanpa perlu bertanya.
Sorot mata tajam dan seringaian Eliz menemani setiap langkah kakinya. Kakinya yang memakai high heels berjalan anggun seakan akan sedang bermain dengan nyali dan hidup Elisa.
Didalam kamar sana, Elisa sudah mengunci pintu kamarnya. Dia berlari keruang bawah tanah dan menulis di diary miliknya. Saat itu Elisa baru ingat jika dia belum menghubungi Arka. Jadi ia mengendap endap naik kembali kekamarnya dan mengacak acak tas ranselnya. Berharap menemukan benda canggih berbentuk pipih itu. Saat Elisa masih mencari terdengar gedoran keras dipintu kamarnya. Meskipun pintu sudah diganjal tapi tetap saja Elisa takut. Peluh keringat sudah membasahi baju sekolahnya. Dia bahkan lupa mengganti bajunya karena panik.
"aduh mana sih ponselnya.. Dicari cari kok gak ketemu" Elisa merutuki dirinya sendiri yang suka lupa menyimpan barang barangnya sendiri. Bahkan disaat genting begini dia masih mencari ponselnya.
Duk... Pyarrrr... Kaca dikamar Elisa pecah. Eliz masuk melalui kaca yang sudah dibobolnya . Dengan santai Eliz berjalan menenteng tongkat baseball ditangannya. Suara tongkat baseball beradu dengan pecahan pecahan kaca menyajikan derit ngilu ditelinga.
Elisa sudah meringkuk ketakutan sambil memeluk ranselnya. Peluh bercucuran dan airmatanya mengalir membayangkan bagaimana akhir hidupnya.
"Tuhan, tolong lindungi aku!" bisik Elisa dalam hati.
Tanpa basa basi Eliz langsung meringkus tangan ,kaki dan juga melakban mulut Elisa. Elisa akan berlari tapi dengan cepat Eliz menjambak rambut panjangnya. Mengakibatkan Elisa kesakitan dan berteriak kencang.
"tolong!!! Tolong!!! Emmmmmm.." teriak Elisa sampai akhirnya Eliz berhasil melakbannya.
Bugh... Eliz mendudukan Elisa dikursi lalu mengikatnya dengan tambang bersama dengan kursinya sekalian.
"hahaha.... Elisa Ariella, gadis cantik yang sudah menamatkan banyak buku novel terkenal. Cantik , pintar dan selalu jadi primadona di SMA merah putih. Arkana Gabriel Oliver dan Kevin Wicaksono adalah kakak beradik yang berusaha memperebutkan cintamu. Selalu jadi model pakaian pakaian branded dan mendapatkan banyak endorse untuk skincare remaja. Dua bulan lalu ditetapkan menjadi Brand Ambassador dari Raksasa skincare The Queen Beauty. Kau sangat sempurna Elisa, bahkan selalu jadi role model bagi remaja lainnya." eliz menjeda ucapannya lalu melepaskan lakban yang menutup mulutnya.
"hah..hah.. Tolong lepaskan aku. Jika kau mau semua itu, aku akan dengan senang hati memberikannya padamu. Asalkan kau membiarkanku hidup tenang" elisa berkata dengan terengah engah sambil memelas. Ia berharap setitik belas asih dari wanita didepannya.
"apa kau bilang? Memberikan semua padaku? kalau begitu aku minta Arkana saja, apa kau memberikannya?" tanya Eliz dengan memutar bola matanya.
"iya ambilah silahkan. Kau boleh mengambil semuanya. Arka , kevin atau yang lainnya, tapi jangan sakiti mereka. Mereka adalah bagian dari hidupku, teman temanku, aku tak punya siapa siapa lagi selain mereka" ucap Elisa sambil menitikkan airmata.
Eliz juga menitikkan airmatanya, ikut sedih dengan hidup Elisa. Dia tahu seberapa keras perjuangannya untuk bisa mencapai semua prestasi gemilangnya.
"aku sangat tersentuh dengan cerita hidupmu, sayangnya aku tak suka memiliki pesaing. Aku tak suka disandingkan dengan siapapun. Aku tak mau merebut Arka atau kau memberinya dengan Ikhlas, aku mau HANYA AKU yang dicintai Arka. Aku mau HANYA AKU yang disorot dunia, aku mau semuanya. Bagaimana Bulan cantik ini akan bersinar jika selalu ada matahari yang bersinar terang?" tanya Eliz sambil menatap tajam kearah Elisa.
Jantung Elisa sudah berdetak tak karuan sedari tadi. Bulu kuduknya merinding setiap kali Eliz memandang kearahnya. Tapi dia tak mau Eliz mengetahui itu, jadi ia berpura pura tenang agar Eliz kesal dan meninggalkannya . Begitulah pikir Elisa.
"apa maksudmu ? Aku tak pernah menghalangi siapapun untuk berkarir. Silahkan saja lakukan apapun hobby mu" kata Elisa.
"sialan kau Elisa! Kau mengolok olok aku ya?! Bagaimana aku bisa bersinar dan sukses jika setiap majalah hanya menginginkan kamu, kau serakah Elisa. Kau tak memberiku sedikit ruang pun. Kau serakah bahkan kau memacari 2 pria sekaligus, kau jalang Elisa"
Plakkkk... Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Elisa. Seketika membuatnya pusing lalu pingsan dikursi. Eliz sudah tak bisa menahan dirinya lagi. Dia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya . Sebuah serbuk bubuk putih dituangkan kedalam air mineral lalu ditaruh dimeja berdekatan dengan Elisa yang pingsan.
Setelah itu Eliz menyuruh anak buahnya untuk membereskan bekas pecahan kaca dan memperbaiki kacanya seperti semula. memberi ilusi seakan akan tak terjadi apa apa. Eliz lalu mematikan Ac dikamar Elisa dan menutup seluruh celah celah udara terkecil sekalipun. Setelah itu ia duduk menyilangkan kaki diruang tamu sambil meminum soft drink favoritnya.
"nikmati kematianmu Elisa, sebentar lagi Elisa Ariella akan lenyap, hanya ada Elizia Priscilla hahahaha..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments