Dor dor dor
Suara tembakan terdengar keras memecah keheningan . Arka tergesa gesa masuk ke ruang bawah tanah.
"kalian harus pergi sekarang, mereka sudah mengetahui kalian disini"
"arka, kamu harus ikut dengan kami!"
"tidak Al, kau harus pergi. Kalian dalam bahaya sekarang!"
Arka berusaha mendorong lemari kecil yang terletak di sudut ruangan berdebu itu Alexa dan Kevin memperhatikan segala yang dilakukan oleh Arka.
setelah lemari bergeser terlihatlah sebuah lubang kecil yang terbuka . Lubang itu sangat kecil, hanya bisa dilewati dengan cara menundukan kepala.
"bagaimana kau tahu ini Arka?" tanya Alexa menyelidik.
"karena akulah yang membuat ruang bawah tanah ini"
"APA???" teriak Kevin dan Alexa bersamaan. Mata mereka melotot bulat tak percaya apa yang didengar telinga mereka barusan . Seribu pertanyaan muncul di benak Kevin dan Alexa mengenai apa tujuan Arka melakukan itu.
Arka mendorong pelan tubuh Alexa dan Kevin kearah sudut itu. " cepatlah jangan banyak bertanya!"
Alexa menundukan kepalanya dan masuk terlebih dahulu. Badannya yang langsing dan singset membuatnya tak kesusahan masuk kecelah itu. Ia langsung masuk dan melewatinya tanpa ada halangan berarti.
Kevin menatap nyalang ke arah Arka. Matanya melotot tajam seolah akan melompat dari tempatnya kapan saja. Ia mencekal tangan kanan Arka dan berkata dengan tegas
"kau berhutang penjelasan padaku Arka. Kau harus menjelaskannya"
Arka mengangguk tanda setuju. Kevin lalu menyambar buku diary Elisa dan masuk ke celah sudut itu dengan hati hati. Setelah memastikan Kevin dan Alexa keluar dengan aman , Arka langsung menutup kembali pintu kecil itu dengan lemari seperti semula. Ia juga melangkah kembali ke atas kamar Elisa dan menutup kembali pintu rahasia itu. Dia menutupi tombol dilemari dengan handuk seperti semula.
Saat tengah fokus merapikan handuk dilemari, sebuah pistol sudah menodong leher Arka. Membuatnya membeku seketika. Badannya kaku dan tak bergerak. Bahkan ia lupa untuk bernafas selama beberapa detik.
Dari arah belakang sebuah tangan yang halus dan lembut langsung memeluk pinggang Arka. Semerbak aroma parfum wanita yang feminim dan segar masuk kehidung Arka. Arka masih diam membeku, ia takut jika sekali gerak peluru akan langsung bersarang dilehernya. Jadi untuk sementara , ia akan cari aman saja. Sampai nanti ada saat lengah, Arka akan melawan.
"Arka, kamu begitu perhatian pada gadis asing itu, aku cemburu sekali. Aku tak suka!" bisik wanita itu ditelinga Arka.
Keringat sudah bercucuran didahi Arka. Tak bisa dibohongi, jika ia benar benar gugup sekarang. Wanita disampingnya adalah wanita psiko yang bisa melakukan apa saja sesuai kehendaknya, meskipun itu berarti ia harus melenyapkan nyawa seseorang.
wanita itu menciumi punggung Arka. Ia menghirup aroma Arka dalam dalam. Aroma maskulin yang selalu jadi candu untuknya setiap saat.
"kalian keluarlah dan jangan ganggu kami!" ucap Elizia pada bodyguard nya yang menodongkan pistol dileher Arka.
Bodyguard itu patuh lalu menunduk hormat dan pergi dari sana. Suara pintu tertutup menandakan jika pria itu sudah keluar.
Arka merasa sedikit tenang karena telah berhasil melewati bahaya, tapi pikirannya kembali was was saat ingat jika Elizia berada didekatnya. Ketenangan yang semula ada dihati Arka, perlahan hilang.
"Arka, baumu sangat aneh hari ini, jangan bilang kau disentuh wanita itu?" Eliz membalikan badan Arka agar berhadapan dengannya. Mata eliz melotot tajam meminta jawaban dari Arka.
Arka menatap mata Eliz lalu memegang kedua lengannya.
"Tadi aku sempat tak sengaja memakai sabun mandi milik Alexa mungkin itulah alasannya bau ku jadi aneh"
Eliz mendengus sinis. Ia bukan anak kecil polos yang bisa dibodohi dengan alasan begitu saja. Dia tahu jika Arka sebenarnya melindungi Alexa diam diam tanpa sepengetahuan Eliz.
"jangan pernah mengatakan nama jalang itu dihadapanku! Aku jijik mendengarnya!" Eliz berbalik dan memunggungi Arka karena kesal. Kini dugaannya makin kuat , Alexa sengaja dilindungi oleh Arka. Arka telah memihak wanita itu daripada dirinya.
"Eliz, jangan marah. Baiklah aku minta maaf padamu. Sekarang tolong maafkan aku" Arka memelas pada Eliz. tubuhnya sudah berjongkok demi mendapatkan kata "iya" dari wanita itu.
"kau pikir dengan maaf saja akan cukup? Tidak Arka! Kau harus ingat jika. Aku tak suka priaku disentuh wanita lain. Atau aku akan lenyapkan wanita itu seperti aku melenyapkan Elisa, apa kau mau??"
"tidak jangan lakukan itu. Aku berjanji padamu, hanya kamu satu satunya wanitaku. Tak ada yang lain percayalah!" Arka memohon mohon pada Eliz. Tapi Eliz malah melengos pergi menyisakan cemas yang semakin meraja dihati dan pikiran Arka.
Arka merasa gamang. Ia menyesal karena telah melakukan hal yang salah dimasa lalu. Ia merasa selalu diikuti dosa kemanapun ia pergi. Bahkan kematian pun selalu mengiringi langkahnya.
"El, maafkan Aku, maafkan ketidakberdayaanku , aku menyesal," bisik Arka dalam hati.
Flashback
Disiang hari yang cerah, Elisa meminta bertemu secara pribadi dengan Arka di sebuah cafe tak jauh dari rumah Elisa.
"ahh tumben sekali Elisa meminta bertemu, biasanya kan aku yang selalu memintanya bertemu. Ada apa kira kira?" pikir Arka dalam hati.
Setelah selesai pulang sekolah Arka dan Elisa langsung tancap gas ke cafe melati. Tempat mereka janjian seperti biasa.
Arka memakai celana jeans putih dan baju tshirt berwarna senada yang menjiplak perut sickpack nya. Membuatnya sangat gagah dan tampan. Auranya benar benar mahal seperti seorang Tuan Muda. Ya karena dia memang Tuan Muda , Kan?
Elisa sampai lebih dulu dicafe. Ia celingak celinguk mencari Arka. Matanya menyusuri banyak meja dan kursi hingga ia memutuskan untuk duduk di meja no. 10. Elisa menghampiri meja dengan jalan anggunnya. Gaun merah muda bunga bunga sangat pas dibadannya yang bak model itu.
saat melihat Arka datang, Elisa langsung melambaikan tangannya ke arah Arka. Arka tersenyum lalu duduk dikursi sebelah Elisa.
"udah lama nunggu ya?" tanya Arka sambil menatap kecantikan Elisa. Baginya Elisa selalu tampil cantik dan sempurna. Elisa selalu bisa memadu padankan outfitnya hingga tampak manis dan cute ditubuh rampingnya. Ditambah wajahnya yang cantik alami . Meskipun tanpa polesan make up membuat Arka semakin jatuh hati pada gadis multitalenta itu.
"nggak kok baru satu jam , santai aja" kata Elisa sambil tertawa mengejek ke arah Arka
"lho satu jam ya lama donk, maaf ya El" Arka merasa bersalah. Tapi melihat tawa renyah Elisa, seketika membuat dunia Arka berhenti berputar. Dimatanya kini hanya ada Elisa yang tertawa tawa , tak ada yang lain.
Arka terpesona dengan segala keajaiban Elisa. cantik , manis , pintar , murah hati. Dia juga bisa dibilang wanita yang jarang marah. Elisa lebih suka menertawakan masalah daripada harus marah marah tak jelas.
"ngapain marah marah? Yang ada bikin cape iya, jengkel iya. Mendingan ketawa aja biar happy, nanti barulah cari solusinya." begitulah kalimat yang Selalu Arka ingat saat ia bertanya padanya," kamu gak marah?" disuatu waktu yang lalu
Siang itu , Arka dan Elisa makan siang bersama. Mereka menikmatinya dengan nikmat. Setelah selesai makan barulah Elisa berbincang agak serius dengan Arka. Mata Elisa tajam menatap kearah Arka
"Ka , aku pengen bicara serius sama kamu"
"iya ada apa El, bicara aja"
"akhir akhir ini , aku merasa seseorang selalu mengawasiku. Aku tak tenang saat tidur, bahkan setiap malam aku merasa ketakutan. Entah kenapa, seperti ada yang menunggu aku lengah lalu ingin melenyapkanku"
"siapa El? apa kamu tahu atau mencurigai seseorang?"
Tangan Arka memegang erat Tangan Elisa yang gemetaran. Terlihat sekali jika Elisa sedang ketakutan.
"ada, Elizzia Priscilla."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments