Makan Malam Bersama

Sean mengetuk-ngetuk meja sembari menatap ponselnya dengan lekat, menunggu panggilannya diangkat sang istri. Namun, tiga panggilannya selalu terabaikan.

"Ke mana sih?" ucap Sean kembali mencoba menghubungi.

Beberapa detik menunggu, akhirnya panggilan itu terhubung, membuatnya merasa lega.

"Sayang, kenapa baru angkat teleponku? Kamu sibuk ya?" ucap Sean menatap wajah istrinya yang lesu di sana.

"Oh, kamu tidur?" ucapnya menebak dari wajah istrinya.

"Ya begitulah," jawab Clara dengan suara berat.

"Apa kamu baru istirahat? Apa aku mengganggumu?" tanya Sean dengan lembut dan penuh perhatian.

"Tidak juga. Aku memang sudah mau bangun," jawab Clara dalam panggilan itu terlihat tengah berjalan keluar kamar.

"Kamu menginap di mana sayang?" tanya Sean memperhatikan ruangan yang tersorot. Penampakan dapur kecil terlihat di sana.

"Di apartemen temanku," jawab Clara meletakkan ponselnya dengan posisi bersandar mengarah ke kulkas.

Wanita itu kemudian sedikit menjauh dan membuka kulkas. Membuat Sean bisa melihat pakaian yang dikenakan istrinya, hanyalah berupa kain tipis yang menerawang.

Sean tak protes karena ia sudah cukup tau bagaimana circle istrinya saat bersama.

Clara kembali duduk di kursi menghadap pada ponsel. Wanita itu melemparkan senyum padanya.

"Kamu di kantor?"

Sean mengangguk. "Pekerjaanku sangat banyak. Mungkin akan lembur lagi," keluhnya dengan sedikit manja, sembari memperlihatkan tumpukan dokumen yang harus diperiksa.

"Oh, kasihan. Jangan terus lembur, kamu harus jaga kesehatan," tutur Clara kemudian terlihat bola matanya terangkat seolah seseorang datang mendekat.

Wanita itu tersenyum manis. "Aku sedang bicara dengan suamiku," ucapnya membuat Sean tersenyum bangga.

Sean menunggu respon sosok yang diajak bicara itu, namun ia tidak mendengar apapun.

"Siapa yang datang sayang?"

"Temanku, ngajak keluar," jawab Clara. "Sudah dulu ya. Aku mau mandi setelah itu shopping, bay bay sayang."

"Eh, tunggu dulu."

Tanpa menunggu persetujuan Sean. Sambungan telepon itu mati begitu saja. Membuat Sean hanya bisa menghela nafas.

"Kenapa susah sekali dihubungi sih?" batinnya.

Rasa sepi itu semakin ia rasakan. Ia selalu merasa berat setiap kali Clara ingin keluar liburan, namun ia tidak bisa menolak setiap istrinya meminta.

Sean mengusap kasar wajahnya, ia hanya bisa berharap agar Clara bisa kembali hamil, agar mau berdiam diri di rumah.

Pria itu menarik dokumen-dokumen di atas meja, dan mulai memeriksanya, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa sepi dan rindunya.

Seperti yang sudah ia duga. Ia baru bisa pulang di larut malam. Tubuhnya yang letih berjalan lemas memasuki rumah.

Pria itu kembali diam saat menatap tombol lift. Gerakan tangannya kembali menekan tombol tiga. Entahlah, dia ingin menemui Yuliana.

Sampai di lantai tiga tanpa langkah yang ragu, bahkan terkesan menimbulkan rasa semangat. Pria itu kembali mengambil kunci kamar yang sudah dipersiapkan dan membukanya begitu saja.

Yang membuatnya terkejut. Lampu kamar itu menyala terang, dan ia tidak melihat Yuliana di sana. Sean melangkah masuk menuju kamar mandi, ia membukanya namun tidak menemukan wanita itu.

"Ke mana dia?" gumamnya kembali keluar kamar.

Pandangannya bergerak kanan kiri, namun ia tidak melihat Yuliana di sana.

"Apa di dapur?" gumamnya mengingat wanita itu sudah menjadi salah satu penghuni dapur.

Meski masih menerka-nerka. Sean memilih turun ke lantai dua. Melangkahkan kakinya pelan menuju ruang makan.

Sampai di ruang makan, ia masih tidak menemukan Yuliana. Namun, ia sudah melihat lampu dapur menyala dengan terangnya.

Sean melangkah ke arah dapur, dan ya sesuai perkiraannya ia menemukan Yuliana yang tengah memasak.

Mencium aroma masakan itu, membuatnya seketika merasa lapar.

Sean berjalan mendekat ingin melihat makanan apa yang tengah dibuat wanita itu.

"Kau sedang masak apa?" tanya Sean membuat Yuliana seketika terkejut.

Yuliana menoleh, menatap horor pada Sean. Jelas ada perasaan canggung dan rasa was-was saat melihatnya, setelah apa yang terjadi sebelumnya.

"Sup?" tanya Sean saat melihat masakan yang berkuah dan penuh sayur itu.

"I-iya," jawab Yuliana tanpa menatap Sean.

"Sepertinya enak. Berikan aku seporsi juga."

Yuliana diam beberapa saat lalu mengangguk.

"Apa masih lama?" tanya Sean lagi.

"Tidak ini sudah matang," jawab Yuliana kemudian memasukkan potongan daun bawang agar rasa supnya semakin segar.

"Lapar tengah malam? Kenapa tidak buat yang sederhana saja?" tanya Sean masih dengan sikap tenangnya, namun tidak membuat Yuliana menurunkan kewaspadaan.

"Aku sedang ngidam. Sebenarnya mau sup ayam kampung. Tapi, karena masaknya akan lama, dan ayam kampung seperti di tempatku tidak ada. Ya sudah masak yang ada saja," jawab Yuliana mematikan kompor, dan mulai mempersiapkan dua mangkok untuk disajikan.

Usai mempersiapkan keduanya, Yuliana membawanya ke meja makan, diikuti oleh Sean, meletakkan satu mangkuk untuk Sean di sana.

"Silahkan makan Tuan, saya ingin makan di kamar saja," ucap Yuliana membuat Sean segera mengeluarkan protesnya.

"Tidak boleh! Makan di sini! Aturan di rumah ini, tidak boleh makan di dalam kamar, kecuali kamu sakit!" sahut Sean dengan tegas.

"Tapi kan?"

"Tidak!" Potong Sean membuat Yuliana tidak berkata lagi.

"Duduk!" Perintah Sean duduk lebih dulu.

Yuliana menghela nafas kasar. Ia patuh untuk makan di sana, namun ia menciptakan jarak antara mereka.

Sean menaikkan sebelah alisnya menatap gelagat salah tingkah Yuliana membuatnya seketika paham kenapa wanita itu bertingkah aneh.

"Kau kepikiran kejadian kemarin malam?" tanyanya sembari menyeringai membuat Yuliana yang hendak makan, sontak melotot padanya.

"Tidak, mana ada," kelit Yuliana yang wajahnya berubah sedikit memerah, menahan malu.

"Kenapa? Apa kamu masih menginginkannya? Aku bisa memberikannya jika kamu mau," ucapnya mengulum senyum menggoda.

Yuliana mendelik menatap jengkel pada Sean. "Tuan Sean Sawyer. Anda berhenti menggodaku. Apalagi anda punya istri. Bersikaplah seperti seorang pria, bukan seperti seorang laki-laki," sahut Yuliana dengan tegas membuat Sean menatapnya dengan sedikit tak terima.

"Makanlah!" Lanjut Yuliana mulai menikmati makanannya, berusaha mengabaikan keberadaan Sean, meski jantungnya terus berdebar penuh was-was.

Adegan-adegan dewasa berputar begitu saja dalam benaknya. Ia takut, jika sewaktu-waktu Sean kembali memaksanya melakukan di tempat itu.

Sean menghela nafas kasar, tau dia akan sedikit emosi. Pria itu memilih ikut diam. Ia duduk di kursinya, dan mulai mencicipi rasa masakan Yuliana untuk pertama kalinya.

"Em, segar sekali. Jadi, wanita ini benar-benar bisa memasak?" batinnya sembari melirik Yuliana.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Tersenyum Bangga dulu Bang ...
bisa jadi senyum mu ada tangismu.

2025-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Awal pemeriksaan kesehatan
3 Kontrak perjanjian
4 Penolakan
5 Hamil
6 Jangan Mengganggu orangku!
7 Geli, tapi juga ingin
8 Aku Hanya Ibu Pengganti
9 Evan Linos
10 Sumber kebahagiaan
11 Perkara Ponsel
12 Niat Menjahili
13 Semakin Menghindar, Semakin dijahili
14 Resah Akibat Ulah Sendiri
15 Pasti gara-gara janin
16 Malam panas
17 Ketahuan
18 Luluhkan
19 Makan Malam Bersama
20 Aku Akan Menerimanya
21 Kepuasan yang didapat
22 Menemani Memeriksa Kehamilan
23 Belanja
24 Jangan Mencintaiku
25 Apa Aku Cemburu?
26 Gerakan Pertama Si Malaikat Kecil
27 Makan Siang
28 Cinta Yuliana
29 Bimbang
30 Bagaimana aku memilih?
31 Kembali Terjadi
32 Sapaan Pagi
33 Kadang Manis, Kadang Ketus.
34 Clara Hamil
35 Lindungi Anakku
36 Kenapa malah begini?
37 Iri
38 Permintaan yang Terkabul
39 Kamu masuk terlalu dalam
40 Datangnya Anak dan adik
41 Aku Tidak Membutuhkanmu
42 Garen Vs Sean
43 Apa kamu merindukanku
44 Semoga menjadi Awal Yang Baik
45 Maaf
46 Di Kolam Renang
47 Akan Kembali
48 Siapa yang ingin kau racuni?
49 Menjadi Penengah
50 Penjelasan
51 Kode maut
52 Tidak Boleh Lahir
53 Benci aku Anna
54 Melahirkan
55 Bukan Pengganti
56 Erlan Sawyer
57 posisi sama
58 Harusnya Tidak Dirindukan
59 Kejutan
60 Ketahuan dan pembalasan
61 Apa dia akan memaafkan aku
62 Anna-ku
63 Takut bertemu
64 Trauma
65 65
66 66
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Awal
2
Awal pemeriksaan kesehatan
3
Kontrak perjanjian
4
Penolakan
5
Hamil
6
Jangan Mengganggu orangku!
7
Geli, tapi juga ingin
8
Aku Hanya Ibu Pengganti
9
Evan Linos
10
Sumber kebahagiaan
11
Perkara Ponsel
12
Niat Menjahili
13
Semakin Menghindar, Semakin dijahili
14
Resah Akibat Ulah Sendiri
15
Pasti gara-gara janin
16
Malam panas
17
Ketahuan
18
Luluhkan
19
Makan Malam Bersama
20
Aku Akan Menerimanya
21
Kepuasan yang didapat
22
Menemani Memeriksa Kehamilan
23
Belanja
24
Jangan Mencintaiku
25
Apa Aku Cemburu?
26
Gerakan Pertama Si Malaikat Kecil
27
Makan Siang
28
Cinta Yuliana
29
Bimbang
30
Bagaimana aku memilih?
31
Kembali Terjadi
32
Sapaan Pagi
33
Kadang Manis, Kadang Ketus.
34
Clara Hamil
35
Lindungi Anakku
36
Kenapa malah begini?
37
Iri
38
Permintaan yang Terkabul
39
Kamu masuk terlalu dalam
40
Datangnya Anak dan adik
41
Aku Tidak Membutuhkanmu
42
Garen Vs Sean
43
Apa kamu merindukanku
44
Semoga menjadi Awal Yang Baik
45
Maaf
46
Di Kolam Renang
47
Akan Kembali
48
Siapa yang ingin kau racuni?
49
Menjadi Penengah
50
Penjelasan
51
Kode maut
52
Tidak Boleh Lahir
53
Benci aku Anna
54
Melahirkan
55
Bukan Pengganti
56
Erlan Sawyer
57
posisi sama
58
Harusnya Tidak Dirindukan
59
Kejutan
60
Ketahuan dan pembalasan
61
Apa dia akan memaafkan aku
62
Anna-ku
63
Takut bertemu
64
Trauma
65
65
66
66

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!