Sumber kebahagiaan

"Hm, sudah berapa bulan kandunganmu?" tanya Evan duduk santai di sofa, dengan kaki yang mengangkang lebar.

"Sudah masuk dua bulan," jawab Yuliana kemudian mengunyah potongan buah apel, sembari menonton tv.

Evan mengangguk, matanya terus menatap Yuliana dari atas ke bawah dengan tatapan penuh arti.

"Aku jadi penasaran, apa yang membuat Nyonya Jessy memilihmu sebagai ibu pengganti."

"Ya tanya Nyonya Jessy, jangan menanyaiku," tanggap Yuliana dengan santai, sembari menikmati potongan buah apel di tangannya.

Evan menaikkan sebelah alisnya. Ia menyilangkan kaki. Sorot matanya tidak lepas dari Yuliana.

"Apa Sean dan Clara menerima anak itu?" tanyanya, menatap dengan lekat dan serius.

"Tidak, nyonya Jessy bilang, kalau mereka tidak mau menerimanya, tidak masalah. Mereka bisa merawat cucu mereka sendiri," jawab Yuliana santai.

Evan menyinggung senyumnya. "Apa kau tidak takut, jika sewaktu-waktu Sean membunuh anak dalam kandunganmu itu?"

Yuliana sontak menoleh, menatap tajam pada Evan. Meski ia hanya ibu pengganti, dan anak itu bukan darah dagingnya, namun ia sudah mencintainya, membuatnya tidak terima akan ucapan Evan.

"Jangan berucap sesuatu yang buruk, itu sangat menyebalkan. Anak ini bukan anakku, ini anak mereka. Jika dia dengan sengaja membunuh anak dalam kandunganku ini. Aku bersumpah, semoga mereka tidak memiliki anak lagi," ucap Yuliana dengan tegas.

Usai mengatakan itu. Sebuah tangan menarik kuat kepalanya membuat Yuliana seketika memekik kesakitan.

"Auu!" pekiknya.

"Beraninya kau berkata begitu!" bentak Clara, ikut mencakar wajah Yuliana dengan kuku panjangnya yang tajam meninggalkan goresan luka.

Sean hanya diam, sembari memperhatikan, mengawasi jika Yuliana membalas serangan istrinya.

"Aduh!" pekik Yuliana merasakan perih ngilu di pipinya.

Yuliana turut membalas jambakan Clara. Barulah saat itu Sean bergerak maju menangkap kedua tangannya.

"Berani sekali kau menyakiti istriku!" bentaknya.

Sementara Clara dengan puas menarik dan menampar wajah Yuliana.

"Dasar jal*ng. Kau semakin bertindak berani saja!" sentak Clara.

"Eh, eh, hey!" Alex yang melihat itu, segera memisahkan.

"Apa yang kau lakukan Alex, jangan ikut campur!" sahut Sean memandang tajam, saat Alex berhasil melindungi Yuliana ke belakangnya.

Alex menggeleng, tangannya dengan erat, menahan Yuliana di belakangnya. Ia yang juga ditugaskan menjaga Yuliana membuatnya mengabaikan perintah Sean.

"Hey, apa kau bosan bekerja! Lepaskan dia, dia harus diberi pelajaran!" sentak Clara dengan nafas memburu, dan pundaknya yang naik turun.

"Oh, silahkan kalau mau memecatku. Aku masih bisa bekerja dengan Nyonya Jessy, nyonya! Dan memangnya suamimu mau melepaskan ku?" sahut Alex dengan santai.

"Kau!" Clara melotot, jelas Sean tidak akan melepaskan Alex. Suaminya itu sangat sulit cocok bekerja dengan orang.

"Alex jangan ikut campur! Kerjakan apa yang menjadi kerjaanmu!" sahut Sean.

Sorot matanya yang selalu memandang dengan tegas, dan tangan yang masuk ke saku, membuat aura tak ingin dibantah semakin terlihat. Namun, bagi Alex yang biasa menghadapi, dengan santai membantahnya.

"Tugasku dari nyonya besar, menjaga Anna, jadi ini bagian dari pekerjaanku," sahut Alex dengan tegas.

"Anna ke kamarmu sekarang!" bisik Alex sembari menoleh pelan.

Yuliana mengangguk, mengusap air mata yang keluar akibat tidak tahan dengan rasa sakit di wajahnya. Usapannya membuatnya menyentuh luka cakaran Clara, yang mengeluarkan darah.

Yuliana melirik tajam pada Clara dan Sean. Sebelum pergi, ia mengambil potongan buah apel yang masih cukup banyak di mangkuknya. Lalu menatap layar tv yang menampilkan kartun Frozen. Sayang sekali ia harus meninggalkan kartun tersebut, sebelum selesai.

Di perhatiannya menit di dalam film tersebut untuk ia lanjutkan di kamarnya. Setelah mendapat apa yang ia mau, tanpa menoleh dan mengatakan apapun lagi, ia pergi dari sana.

"Dasar, pantas saja Nyonya Jessy tidak menyukainya, dia sangat garang!" batin menggerutu kesal di setiap langkahnya.

"Eh, ponselku," gumam Yuliana menghentikan langkahnya saat berada di depan lift. Ia sadar ponselnya tertinggal di tempat itu.

Yuliana berbalik, ia ingin kembali, namun membayangkannya sudah merasa horor. Tapi, jika tidak kembali, bagaimana jika adiknya menelepon?

Yuliana menggelengkan kepalanya. Ia memilih kembali mengabaikan rasa takutnya. Toh di sana ada Alex yang bisa menjaganya.

Saat ia sudah berada di dekat tempat itu. Yuliana berjalan pelan, untuk mendengar obrolan mereka.

Terdengar suara Evan yang membahas anak dalam kandungannya itu.

"Kau yakin mau menerima anak itu?" tanya Evan yang tidak mendapati tanggapan Sean, karena saat ini Sean mulai menerima kehadiran calon anaknya sejak ucapan Yuliana saat itu.

"Sean, ingat ya. Aku tidak akan pernah mau anak dalam kandungan wanita itu, menjadi anak kita. Aku mau melahirkan dan mengandungnya sendiri," sahut Clara dengan tegas.

Sean menatap Clara, tangannya mengusap lembut wajah istrinya. "Sayang, bukannya dengan adanya dia, kamu tidak perlu merasa sakit. Itu sangat menguntungkan bukan?" bujuknya dengan lembut.

Mendengar itu, Yuliana tersenyum, merasa anak dalam kandungannya itu mempunyai harapan untuk hidup aman dari ayahnya.

Namun, Clara dengan tegas tetap menolak, ia menepis tangan Sean. "Pokonya aku tidak mau anak itu! Aku mau anak yang tumbuh dari rahimku sendiri!"

"Hm, baiklah. Kita akan berusaha lagi ya," ucap Sean sembari menghela nafas kasar.

Lima tahun sudah pernikahan mereka. Clara mengalami dua kali keguguran, dan itu saja butuh satu tahun untuk kehamilan pertamanya.

Ia sadar melewatkan kesempatan anak dalam kandungan Yuliana adalah hal yang disayangkan. Memiliki anak tidaklah mudah untuknya, apa dia akan tega meninggalkan atau membunuh anak tak berdosa yang tumbuh di rahim wanita lain itu?

"Ingat ya Sean, aku mau jadi ibu seutuhnya. Hamil dan melahirkan anakku sendiri, aku harap kamu mengerti," bujuk Clara dengan suara lembut nan manja.

Sean tersenyum, merasa bangga atas pendirian istrinya. Ia lalu mengangguk dengan penuh percaya. "Iya, aku akan dengarkan kamu," ucapnya.

Ia yang percaya akan ucapan Clara membuatnya seketika menepis pikirannya untuk menerima anak dalam kandungan Yuliana.

"Sekarang jangan pikirkan soal itu. Ingat besok kamu harus bangun pagi-pagi, untuk pergi ke Paris untuk liburan," ucap Sean mengalihkan pembicaraan.

Yuliana yang tengah bolak balik, masih mengumpulkan keberanian untuk ke sana, namun selalu urung. Seketika menghentikan kegiatannya, dan diam menguping serius pembicaraannya.

Bola matanya melebar dan berbinar mendengar Clara akan pergi. Dengan begitu gangguannya akan sedikit berkurang.

"Ya aku akan bersenang-senang dengan teman-temanku," jawab Clara tersenyum lebar.

"Besok? Sean kau ikut?" tanya Alex yang dijawab gelengan oleh Sean.

"Tidak, ini liburan para wanita, dan Sean juga punya banyak pekerjaan, jadi tidak ikut, iya kan sayang," ucap Clara sembari tersenyum manis menatap suaminya.

"Hm...." Angguk Sean mengusap lembut puncak kepala Clara.

"Hm? Besok, kebetulan besok aku akan menjenguk ibuku, apa kau sudah pesan tiket?" tanya Evan ikut menimpal.

Clara beralih menatap Evan, memberikan senyuman tipis dan mengangguk pelan. "Ya, temanku sudah memesan."

"Kalau gitu, Evan tolong jaga istriku selama di pesawat ya," ucap Sean.

"Apa sih, aku bukan anak kecil Sean," protes Clara menepuk pelan dada Sean.

Sean tersenyum, menarik kepala Clara bersandar di pundaknya. Ia mengecup pelan puncak kepala Clara. "Kamu bukan anak kecil, tapi kamu adalah hartaku, tentu saja harus dijaga."

Yuliana memandang dengan penuh iri, teringat dengan pernikahannya yang tidak pernah bahagia. Bahkan ia ditinggalkan dalam keadaan hamil besar.

"Orang tua meninggal di usiaku masih remaja, punya suami yang kasar, dan anak malah sakit-sakitan, dan sekarang harus terjebak dan jadi ibu pengganti. Kenapa takdirku begitu pahit," gumam Yuliana

Katanya setiap orang akan memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Ia rasa, dirinya belum menemukan itu.

"Malaikat kecil, apa nanti kita bisa bertemu? Apa kamulah sumber bahagia itu?" batin Yuliana mengusap perutnya.

"Eh, ponsel siapa ini?" suara Sean membuat Yuliana kembali menatap. Bola matanya melebar saat melihat ponselnya diangkat tinggi oleh Sean.

Dengan cepat, wanita itu berlari mengambilnya. Mendengar suara langkah itu membuat Sean melempar kasar ponsel itu, hingga terbentur ke dinding, membuat ponselnya seketika terpecah belah.

Yuliana diam memandang kosong ponsel dengan puluhan kenangan dari orang-orang terkasihnya. Benda itu adalah sumber kebahagiaan kecil. Apakah setelah ini dia tidak akan melihat kenangan itu lagi?

Terpopuler

Comments

Adek Ar

Adek Ar

ponselnya bsa diperbaiki lgi gk ya..

2025-03-19

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Jahat banget sih kamu Sean...

2025-03-08

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Jangan jangan Evan sama Clara ada Affair

2025-03-08

2

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Awal pemeriksaan kesehatan
3 Kontrak perjanjian
4 Penolakan
5 Hamil
6 Jangan Mengganggu orangku!
7 Geli, tapi juga ingin
8 Aku Hanya Ibu Pengganti
9 Evan Linos
10 Sumber kebahagiaan
11 Perkara Ponsel
12 Niat Menjahili
13 Semakin Menghindar, Semakin dijahili
14 Resah Akibat Ulah Sendiri
15 Pasti gara-gara janin
16 Malam panas
17 Ketahuan
18 Luluhkan
19 Makan Malam Bersama
20 Aku Akan Menerimanya
21 Kepuasan yang didapat
22 Menemani Memeriksa Kehamilan
23 Belanja
24 Jangan Mencintaiku
25 Apa Aku Cemburu?
26 Gerakan Pertama Si Malaikat Kecil
27 Makan Siang
28 Cinta Yuliana
29 Bimbang
30 Bagaimana aku memilih?
31 Kembali Terjadi
32 Sapaan Pagi
33 Kadang Manis, Kadang Ketus.
34 Clara Hamil
35 Lindungi Anakku
36 Kenapa malah begini?
37 Iri
38 Permintaan yang Terkabul
39 Kamu masuk terlalu dalam
40 Datangnya Anak dan adik
41 Aku Tidak Membutuhkanmu
42 Garen Vs Sean
43 Apa kamu merindukanku
44 Semoga menjadi Awal Yang Baik
45 Maaf
46 Di Kolam Renang
47 Akan Kembali
48 Siapa yang ingin kau racuni?
49 Menjadi Penengah
50 Penjelasan
51 Kode maut
52 Tidak Boleh Lahir
53 Benci aku Anna
54 Melahirkan
55 Bukan Pengganti
56 Erlan Sawyer
57 posisi sama
58 Harusnya Tidak Dirindukan
59 Kejutan
60 Ketahuan dan pembalasan
61 Apa dia akan memaafkan aku
62 Anna-ku
63 Takut bertemu
64 Trauma
65 65
66 66
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Awal
2
Awal pemeriksaan kesehatan
3
Kontrak perjanjian
4
Penolakan
5
Hamil
6
Jangan Mengganggu orangku!
7
Geli, tapi juga ingin
8
Aku Hanya Ibu Pengganti
9
Evan Linos
10
Sumber kebahagiaan
11
Perkara Ponsel
12
Niat Menjahili
13
Semakin Menghindar, Semakin dijahili
14
Resah Akibat Ulah Sendiri
15
Pasti gara-gara janin
16
Malam panas
17
Ketahuan
18
Luluhkan
19
Makan Malam Bersama
20
Aku Akan Menerimanya
21
Kepuasan yang didapat
22
Menemani Memeriksa Kehamilan
23
Belanja
24
Jangan Mencintaiku
25
Apa Aku Cemburu?
26
Gerakan Pertama Si Malaikat Kecil
27
Makan Siang
28
Cinta Yuliana
29
Bimbang
30
Bagaimana aku memilih?
31
Kembali Terjadi
32
Sapaan Pagi
33
Kadang Manis, Kadang Ketus.
34
Clara Hamil
35
Lindungi Anakku
36
Kenapa malah begini?
37
Iri
38
Permintaan yang Terkabul
39
Kamu masuk terlalu dalam
40
Datangnya Anak dan adik
41
Aku Tidak Membutuhkanmu
42
Garen Vs Sean
43
Apa kamu merindukanku
44
Semoga menjadi Awal Yang Baik
45
Maaf
46
Di Kolam Renang
47
Akan Kembali
48
Siapa yang ingin kau racuni?
49
Menjadi Penengah
50
Penjelasan
51
Kode maut
52
Tidak Boleh Lahir
53
Benci aku Anna
54
Melahirkan
55
Bukan Pengganti
56
Erlan Sawyer
57
posisi sama
58
Harusnya Tidak Dirindukan
59
Kejutan
60
Ketahuan dan pembalasan
61
Apa dia akan memaafkan aku
62
Anna-ku
63
Takut bertemu
64
Trauma
65
65
66
66

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!