Zeva keluar terlebih dulu, tapi itu tidak membuat Zidan lengah begitu saja. Ia mengikuti langkah Zeva dari belakang, mengantisipasi jika gadis itu mengatakan hal-hal yang tidak-tidak kepada Bundanya. Zeva berkali-kali menoleh ke belakang dengan tatapan tidak suka, Zidan pun hanya memberi isyarat lewat tatapan garang agar ia lanjut berjalan tanpa memperdulikannya.
" EH, Baby Zee'ya bangun? " Ucap Bunda Riska yang baru selesai dari pun menyambut mereka ketika sampai di ruang tengah.
" Bangun nih, Bun. Gara-gara Zidan yang berisik banget. " Adu Zeva, lalu menjulurkan lidahnya ke arah Zidan.
Stelah Bunda mengambil Alih Baby Zee dari gendongan Zeva. Gadis itu berbisik ke pada Bunda Riska. " Bun, Zeva mau cerita. "
Riska menanggapinya dengan cepat sambil melirik ke arah Zidan sekilas. Zeva mulai menceritakan adegan ' tidak sengaja ' melihat perut kotak-kotak Zidan tadi, Ia juga menceritakan tentang tanda lahir dada Zidan yang juga di lihatnya. Sekuat tenaga Zeva menahan untuk tidak tertawa keras di sana.
Zidan menaruh curiga terhadap dua wanita yang saling berbisik di sana. Kakinya melangkah pelan, tanpa Zeva dan Bunda ketahui. Zidan tiba-tiba saja muncul di samping mereka.
" Bahas apa, sih? " Tanya Zidan ikut berbisik.
" DADA!! EH, DADA. " Latah Zeva karena kaget dengan kehadiran Zidan yang secara tiba-tiba.
" DADA? " Zidan terdiam sejenak. Sesaat kemudian mata Zidan melotot ke arah Zeva yang mengangkat tangannya berbentuk tanda peace ( alias damai ).
" Kata Zeva, dia ngeliat dada kamu yang ada tanda lahirnya." ceplos Bunda Riska dengan entengnya.
Mata Zeva melotot ke arah Bunda Riska, sedetik kemudian memelas. " Bun--"
Tanpa aba-aba lagi, Zidan langsung menarik tangan Zeva. Manusia seperti memang tidak boleh di kasih lengah sedikitpun. Zeva terus berusaha melepaskan cekalan tangan Zidan.
" PULANG!!! " usir Zidan.
" NGGAK!!!! " balas Zeva dengan keras.
" PUl----"
Suara " PRUUUTTT " gaib pun terdengar, bersamaan dengan sebuah aroma semriwing yang melintas.
"Ahhh.... Nikmatnya kentut. " Ucap Zeva tersenyum bahagia sambil mengelus-elus perutnya.
Zidan merasa kepalanya bergetar akibat kentut Zeva yang menggelegar dan tak tahu tempat. Telinganya pun terasa sumbang. Sangat menggetarkan jiwa dan raga.
" SETAN!!! " umpat Zidan.
BRUGHH!!!
Ia menghempaskan tubuh ramping Zeva ke sofa tanpa belas kasihan. Sementara Zeva sibuk mengaduh kesakitan akibat badannya terbentur sofa dengan keras. Zidan langsung menghampiri kipas yang berada di sudut ruang tamu. Ia pun menyetel kipas dengan kecepatan tinggi, berharap bahwa aroma kentut Zeva menghilang.
"Lo, abis makan apa, njir?! Kalau mau berak cepat ke WC, jangan di tahan!!! Baunya Astagfirullah, Na'uzubillah." mulut Zidan tidak berhenti mengoceh.
Sebagai balasan Zeva melempar dua bantal sofa sekaligus kepada Zidan. Kepala Zidan yang terkena lemparan bantal sofa dari belakang pun terdorong sampai mengenai kipas besi di depannya." Heran, sial mulu nih kalau sama ni bocah." gerutu Zidan dalam hati.
" Remuk nih, badan gue Zidan. " keluh Zeva dengan wajah kesal dan kesakitannya.
" Ada apa ini?" tanya galang menghampiri mereka saat mendengar keributan dari ruang tamu rumahnya.
" Ayah gula!! Rengek Zeva kepada galang papahnya Zidan.
" Anak gula kenapa? " Galang menghampiri Zeva yang mengelus-elus badanya yang sakit akibat ulah Zidan.
" Masa Zeva dibanting sama Zidan, yah. Remuk badan Zeva." adunya.
Galang pun menoleh ke arah Zidan sambil menatap garang Zidan. " Kamu kok kasar sama cewek? "
" Zeva duluan, Yah. Masa Zidan lagi pakai baju terus dia main nyelonong aja masuk ke kamar. " ucap Zidan nggak mau kalah.
" Salah lo sendiri, kenapa pintunya nggak di tutup?" Balas Zeva mengelak.
" Tapi, kan lo bisa masuk ketuk----"
" DIAM!!!!! Atau ayah nikahkan kalian berdua sekarang? " ucap Ayah berang dengan kelakuan keduannya dan keduanya pun mengantupkan bibir, terdiam setelah dapat ancaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ririn Santi
ayah gula dan anak gula 😆😆😆😆
2025-04-05
0