" IYA, Sebentar!!! "
Zidan menuruni tangga menuju pintu depan setelah mendengar suara bel berkali-kali. Sepertinya orang rumahnya sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga tidak ada yang membukakan pintu. Kening Zidan pun berkerut saat membukaan pintu. Terlihat beberapa teman kelasnya yang berpakaian santai berdiri di depan pintu sambil tersenyum ramah.
" Kalian ngapain? "
" Mau belajar bareng. " Jawab Erika mewakili teman-temannya.
" Lah, kok? "
Erika mengangguk, melihat ke sekeliling. " Kata Zeva, kalau mau belajar bareng langsung ke rumah kamu aja. Soalnya dia nggak bisa ngajarin materi kemarin. " jelasnya dengan panjang lebar.
" halo, sayang!!!! " teriak gadis yang baru keluar dari mobilnya pun langsung berlari kecil menghampiri Zidan sambil mengulkan tangannya.
" Jangan pegang-pegang!!!! " ucap Zidan , segera menepis tangan misa sebelum berhasil di sentuh.
" Gitu amat sama calon pacar. " Melisa mengerucutkan bibirnya. " Apa lo liat-liat?!!! " Bentaknya kepada Erika yang mengamatinya dari atas sampai bawah . " Dasar cupu. " hinanya.
Zidan menghela nafas berat, dan memijat batang hidungnya, firasatnya benar, pasti Zeva merencanakan sesuatu yang tidak-tidak saat itu. Namun di satu sisi, ia juga tak mungkin mengusir mereka begitu saja. Apalagi ia tahu beberapa dari mereka rumahnya jauh dari sini.
" kalian tunggu aja di dalam, gue mau ambil sesuatu dulu. " ucap Zidan seraya membukakan pintu untuk teman-temannya.
" Eh, ada tamu . " Celetukkan dari dalam rumah Zidan yang mengalihkan atensi teman-temannya. Mereka serentak membalas senyum ramah dari Riska_ bunda Zidan.
" Temannya Zidan. Ya?" tanya bunda yang di balas " iya " dari mereka. " Silahkan duduk. Tante ke dapur dulu, mau ambil minuman sama cemilan."
" Eh, nggak usah repot-repot tante. " ujar Erika merasa tak enak hati.
" Nggak apa-apa tante nggak merasa direpotin, kok." bunda tersenyum simpul, lalu meninggalkan mereka di ruang tamu.
Zidan mengambil papan tulis mini dari kamarnya. Benda itu selalu ia gunakan bersama ayahnya keetika mengerjakan soal-soal yang tidak Zidan pahami. Ia pun membawanya ke ruang tamu, tempat teman-temannya berkumpul.
" Setelah gue jelasin , kalian bisa pulang." katanya tegas, Zidan tidak menyukai keramaian, apalagi ada Melisa yang menatapnya tanpa henti di ujug sana.
Zidan mulai menjelaskan beberapa poin yang tidak dimengerti oleh teman-temannya. Beberapa saat kemudian, bunda datang tanpa mengeluarkan suara bermaksud g\agar mereka tidak terganggu kosentrasinya, sambil membawa minuman dan beberapa cemilan kue kering. Les dadakan itu berja dengan lancar sampai akhirnya, Zeva datang di sela-sela penjelasan Zidan.
" Assalamualaikum, Bunda!!!! " Teriak Zeva, membuat beberapa dari mereka mengusap kupingnya karena suara toa gadis itu.
" Wih, ada apa nih rame-rame?" Zeva berdiri dengan santainya kedua tangannya masing-masing di sisi pinggangnya.
TUK!!!!
" AWWW!!! " pekik Zeva saat sebuah spidol melayang mengenai kepalanya.
" Apaan sih??!!! " Melirik kesal kepada Zidan, siiipelaku pelemparan tadi.
" Ng usah pura-pura nggak tahu. " Zidan mendekat, kemudian mengambil spidol tadi yang tergeletak di lantai dekat mea. " Lo, kan yang nyuruh mereka kesini?"
Zeva menyengir, memperlihatkan gigi ratanya. " Santai aja kali, Bang. Kaya mau makan orang aja, lo!!!!"
Zidan menggeleng sambil menghela nafas kasar. Kembali ketempat semula, ia pun menjelaskan beberapa materi yang sempat tertunda. Sedangan Zeva, langsung mengambil toples cemilan di atas meja, lalu berjalan santai kekursi dekat Zidan. Ia duduk di sofa kecil dekat papan tulis dan membuatnya langsung menjadi pusat perhatian teman-temannya. Niatnya tadi berkunjung ke rumah Zidan sekedar bertemu bunda Riska untuk berbincang-bincang biasa. Tapi, sepertinya harus terurung. Tampaknya menjahili teman-temannya terasa lebih seru buat Zeva.
" Aphwa? " tanya santai dengan mulut penuh dengan makanan. " Kalian mau?" ia mengangkat toples cemilannya, dan di balas gelengan dari mereka . " oh, ya udah."
Dengan acuh Zeva melanjutkan makannya, dan kembali menoleh ke teman-temannya yang senantiasa menatapnya. " Kenapa sih? Ada masalah? "
" Lo nggak malu datang-dateng bawa makanan di tengah-tengah orang lagi belajar?" sindir Melisa. Bukan apa, suara kunyahan Zeva itu mengusik waktu belajar mereka.
" Nggak. B aja, tuh. "jawabnya.
" Caper. " kata melisa dan Zeva hanya mengedikkan bahu acuh.
" Bukannya lo, ya yang caper? Ngapain datang kesini? Kirain lo udah pinter. " tutur Zeva, tidak memperdulikan julukan Melisa sebagai the Queen of Bullying.
Sementara dua gadis itu sibuk adu mulut, Zidan pun mencoba untuk mengalihkan perhatian yang lain. " Udah, dengerin aja penjelasan gue jangan hiraukan mereka." Zidan menunjuk Zeva dan melisa dengan dagunya.
Setelah menjelaskan, Zidan memberikan beberapa soal untuk di kerjakan teman-temannya. Ia duduk di lantai tepat di depan Zeva. " Ntar malam giliran lo." ucapnya pelan kepada gadis di belakannya.
Zeva mengerut keningnya. Kunyahannya pun berhenti. " Giliran apa? " ucapnya tak paham.
" Belajar. Lo lupa apa kalau Pak Supri nyuruh Gue jadi tutor lo?"
" Ogah!!!! " Zeva kembali lanjut mengunyahnya.
" Gue lapor Pak --"
Karena kesal dengan ocehan Zidan, Zeva menyumpal mulut itu dengan keripik singkong. " Diem dah!!! Jangan pikirin ucapan Pak Supri."
Zidan menoleh sinis, mengunyah keripik yang telanjur masuk di mulutnya. Rasa asin bercampur pedas menguasai lidahnya. Cukup enak menurunya . Ia melirik Zeva sambil membuka mulut.
" Lagi. " pintanya, lalu menarik tangan Zeva untuk memasukan keripik kemulutnya.
" Manja banget sih, minta di suapin. Kaya nggak punya tangan aja. "gerutu Zeva tapi tetap menyuapi Zidan.
" Gue lagi belajar, nanti bukunya kotor kalau megang keripik." elaknya.
Zeva mencebikkan bibirnya " Lebai amat "
Sikap Zidan kepada Zeva mengundang perhatian dari teman-temanya. Ada yang baper karena sikap cuek Zidan bisa sedikit luluh kepada Zeva walaupun sambil bertengkar. Ada yang iri akan posisi Zeva. Dan ada juga yang menatap keduanya muak, seperti Melisa contohnya.
Melisa merobek kertas, lalu membuatnya menjadi seperti bola. Setelah itu, ia lempar tepat di kepala Zeva. Tentu aja Zeva langsung melempar tatapan sinis kepada Melisa.
" Apa , sih? " Zeva melempar kembali kertas bola itu kepada Melisa.
" Nggak usah dekat-dekat gitu ke Zidan. Dasar ganjen!!!" tutur Melisa tak suka.
" MAsalah buat lo? " Zeva menjulurkan lidahnya. " Zidan aja nggak keusik."
Melisa berdiri dari duduknya hendak menghampiri Zeva. Namun, suara Zidan lebih dulu mengintruksi. " Jangan buat keributan di rumah gue!!"
" kalian udah bisa pulang." Zidan menyusun buku-bukunya. " Gue udah ngejelasin materi ini dengan cara gue sendiri. Kalau masih ada yang nggak ngerti, berarti itu salah kalian yang nggak bisa kosentrasi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments