" ZEVA Anastasya, BANGUN!!!!"
Suara yang menggelegar itu berasal dari dapur rumah pasangan Aldi Wijaya dan Rena Alfiana. Setelah menunggu beberapa detik, tetap tak ada jawaban. Akhirnya, wanita itu berteriak lebih keras.
"Zeva!!! Hari ini giliranmu piket di kelas,kan ?" tanya Rena sambil menengok ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul. 06.00. Ia pun berdecak dan segera mematikan kompor dapur. Niat hati, ia ingin membangunkan anak gadisnya di kamar setelah menyajikan sarapan. Namun, ia mendengarkan suara benturan dan ringisan seseorang yang membuat ia berhenti melangkah dan menoleh ke arah meja makan.
" Makanya, kalau baru bangun itu jangan langsung lari-larian. Sudah gede tapi kelakuan masih kaya anak kecil." Tegur rena kepada Ardian kalingga anak sulungnya yang sudah duduk di bangku kuliah.
" Namanya juga buru-buru, Ma." jawab Ardian sambil mengusap kakinya. " Lagian, ngapain coba meja di taro di situ? Kan, jadi kena kaki aku." ucapnya lagi sambil mendekati sang mama sambil jalan terpincang-pincang . Tanpa permisi, ia langsung mengecup pipi mamahnya, lalu kabur begitu saja menuju kamar mandi.
" Heh!!" Rena langsung mengusap pipinya . " Sikat gigi dulu, baru nyium. Bau banget tau." lanjutnya memarahi Ardian.
Ardian tidak menjawab. Ia hanya tertawa keras dan lepas dari depan pintu kamar mandi.
" Zeva mana, kak? Kenapa nggak di bangunin sekalian ?" tanya sang mama.
" MAmah kaya nggak tahu aja kelakuan anak gadis mama yang satu itu kalau tidur udah kaya orang simulasi mati. " balas adrian seraya menyengir, saat melihat muka mamahnya berubah menjadi sangar. Ia buru-buru menutup pintu kamar mandi.
"Astaga, Ardian!!!! Mulutnya!!!!" sebur sang mama. Untung tingkat kesabaran sang mama sudah berada di level master, jadi ia sudah terbiasa menanggapi candaan dari sang anak sulung.
Setelah menghidangkan makanan, Mama Rena segera beranjak menuju kamar Zeva yang terletak di lantai dua. Saat memasuki kamar sang anak, matanya membulat melihat keadaan kamar yang sangat berantakan. Pakaian kotor, bantal, dan selimut berserakan di mana-mana. Di tambah dengan posisi tidur Zeva yang sangat aneh. Kepalanya berada di pinggir ranjang yang menjuntai kebawah dengan mulut menganga hingga menciptakan jejak air liur.
" Zeva, bangun!!!" Teriak sang mama sambil menguncang badan sang anak.
" HHHHMMMM......."
Melihat tidak ada pergerakan dari sang anak yang masih nyenyak tidur , mama Rena mengguncang sekali lagi badan Zeva dengan cukup kuat.
" Buruan bangun!!! "
"Ia bentar Ma, lima menit lagi." Racau Zeva , tanpa membuka matanya.
PLAK...
Mamah Rena memukul paha Zeva yang tak kunjung bangun dari tidurnya yang menimbulkan bunyi yang nyaring dan cukup ampuh untuk mengusik tidur Zeva.
" AaWWWw!!! Sakit, Ma!!!"
" Makanya bangun! Semalam yang minta di bangunin pagi-pagi siapa ? Kamu lupa, kalau hari ini kamu itu tugas piket? " Ucap mamah Rena.
Mendengar kata " PIKET " yang di ucapkan sang mamah seketika membuat Zeva bangun dan langsung terduduk.
" Kok, Mamah nggak bangunin Zeva dari tadi sih ?!" dumel Zeva sambil meningkat rambutnya asal.
" Terus yang dari tadi teriak-teriak kamu pikir itu siapa? Kamu kira mamah lagi konser solo gitu?" Balas sang mamah dengan menggebu.
CUP!!
Zeva mencium pipi sang mama sekilas lalu berlari ke kamar mandi. " Udah ya Ma, jangan marah-marah terus, nanti muka mamah cepat keriput dan cepat tua." ujarnya yang mana malah membuat sang mamah naik pitam akan ucapan sang anak.
Zeva baru saja turun dari kamarnya. Gadis itu duduk di meja makan bersama mamanya. Ia celingak-celinguk mancari keberadaan sang papa dan abangnya.
" Papa dan Abang kemana mah?"
Udah berangkat duluan." jawab sang mama tanpa menatap wajah Zeva dengan cuek.
Zeva mengerutkan keningnya. " Yah, terus Zeva berangkatnya dengan siapa, Ma?" tanya Zeva dengan lesu.
" Kan, ada motor kesangan kamu si satria." balas sang mamah.
" Yah, nanti sunscreen Zeva luntur dong, Ma." ucapnya.
"Halah, yang di otak kamu cuma skincare,skincare, skincare doang. Percuma muka glowing, tapi otaknya berdebu." sindir mamah Rena dengan menggebu kepada zeva.
Zeva yang sedang makan pun hampir tersedak saat mendengar sindirian sang mama. Ia mengedipkan matanya berkali-kali memastikan ucapan sang mama yang ia dengar benar-benar berasal dari mulut sang mama Rena. Tidak, Zeva tidak sakit hati , ia hanya bingung dari mana mamanya belajar mengeluarkan kata-kata mutiara seperti itu?
" Ya Allah, mamah istigfar. Sama anaknya ko gitu amat ." rajuk zeva sambil memonyongkan bibirnya.
" Udah cepat habiskan makananya. Bersyukur masih bisa makan, di luar sana masih banyak orang yang kelaparan tau, gak? Lagian, kamu mau telat ?" tutur sang mama Rena.
" Iya Ma, Iya." Balas zeva sambil melanjutkan makannya. Sebenrnya ini bukan masalah porsi makan Zeva yang banyak, tapi entah kenapa nafsu makannya yang tiba-tiba hilang.
Selesai makan, zeva berpamitan kepada mamanya. Ia pun sedikit memberi rayuan sang mama agar di pinjamkan mobil. Awalnya zeva senang karena di pinjamkan, tapi kemudian ia menyesal sendiri. Ia malah terjebak macet di jalanan karena kesiangan.
" Tau gini, mending pakai motor aja tadi." gerutu Zeva.
Setelah sekitar dua puluh menit terjebak macet, akhirnya Zeva sampai di sekolah. Ia memarkirkan mobilnya tidak jauh dari gerbang sekolah. Meski begitu, sayangnya ia tetap tidak bisa masuk kerena gerbang sekolah sudah terkunci .
Memang pada dasarnya bar-bar, ia pun berteriak dari depan gerbang. " Pak Joko!!! Bukain gerbangnya, dong. Sekali ini aja." pinta Zeva dengan wajah memelasnya.
Pak joko yang mendengar suara Zeva pun menyimpan korannya, lalu bergegas menuju gerbang. " Neng Zeva, mah dari dulu ngomongnya sekali mulu. Padahal tiap hari juga telat." ucap Pak Joko.
" Maksudnya, sekali dalam sehari pak, Hehehe." ucap Zeva sambil ketawa garing. " Ayok dong, pak. Nanti saya beliin mie ayam Mpok Sita." lanjut Zeva sambil mengedipkan sebelah matanya di akhir perkataanya.
" Maaf neng Zeva. Saya nggak mau makan uang haram." ujar pak Joko sambil berfikir sebentar kemudian tersenyum lebar seraya berkata." Beliin rokok aja nggak apa-apa deh." lanjutnya dengan senyum lebarnya.
"La? Tadi katanya Bapak nggak mau makan duit haram? Ini gimana konsepnya pak?" ujar Ziva dengan wajah bingungnya.
" Ikh si Neng, kalau rokok,kan nggak di makan neng." balas PAk joko menjelaskan dengan cengiran lebarnya.
Zeva mendelik dengan tatapan matanya yang tajam menghunus Pak Joko." Itu, mah sama aja kali pak." sahut Zeva dengan suara yang cukup keras seraya menggelangkan kepalanya. " Ya, sudah bukain gerbangnya, nanti Zeva beliin Rokok buat Pak Joko." dengan yakin.
Pak joko mengangguk lalu membukakan gerbang untuk Zeva. Setelah memberi uang ucapan terimakasih kepada pak Joko, ia berjalan menuju kelasnya dengan memasang wajah waspada.
Zeva berjalan dengan mengendap-ngendap menuju belakang kelas. Ia mengintip lewat jendela. Kebetulan, bangkunya terletak tepat di dekat jendela.
" SSssssttttt... Ansel." Bisik Zeva dengan sura pelanya kepada sang sahabat namun Ansel tak tak mendengarnya dan itu membuat Zeva kesal kepada sang sahabat. " Woyyy!!! BUdeg lo, ya!!! Ucap zeva berteriak pelan tapi, Ansel tetap tidak meresponsnya.
Dengan emosi yang menggebu, zeva membuka jendela kelas semakin lebar. " Ransel Dora!!!" teriak Zeva.
Merasa ada yang memanggil, Ansel menoleh ke arah jendela. "ASTAGFIR......."
"Sssssttttt!!!!!" Zeva menaruh jari telunjuknya di depan bibir. " Jangan kenceng-kenceng suaranya, ntar ketahuan." ujar Zeva dengan memelototkan matanya kepada Ansel.
" Lo ngapain di situ?" tanya Ansel yang juga berbisik.
" Biasa telat." Ucap zeva dengan wajah biasa saja. "Nih, Ambil tas gue dulu. Gue mau ketoilet bentar, kebelet pipis." dengan hati-hati, ia memasukan tasnya melalui jendela.
" Jangan lama-lama Zeva. Tadi Zidan sama bu Susi nyariin lo.ucap Ansel.
" Oke." Sahut Zeva sebelum pergi menuju toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Soraya
aku coba baca ya thor, semoga menarik
2025-03-30
0