" Jadi, bisa kalian jelaskan apa yang terjadi?" ujar pak Sapri, selaku guru Bk SMA Cendrawasih.
Melihat Zeva yang tak mungkin menjelaskannya, akhirnya Zidan yang angkat bicara. " Saya di suruh bu Susi buat nyari Zeva. Soalnya dia udah telat setengah jam lebih pak." jelasnya dengan bawaan yang tenang.
" LAlu? " Tuntut penjelasan.
" Saya lihat dia baru keluar dari kantin sambil minum---Aw!!! Tiba-tiba Zidan berteriak yang membuat Pak Sapri kaget.
Ucapan Zidan yang berganti dengan pekikan Zidan yang cukup keras dan tiba-tiba saat Zeva menginjak kakinya di kolong meja. Ia menoleh sambil meringis, tapi Zeva si pelaku hanya tertawa kecil tanpa merasa bersalah. Meski begitu, tatapan matanya terlihat mengancam zidan.
" Ada apa Zidan? " Tanya Pak Sapri, dan hanya di balas gelengan oleh Zidan yang meringis. " Ya sudah, penjelasnya di lanjut." pinta Pak Sapri.
" Saya aja Pak yang lanjut, Zidan kalau jelasin sesuatu pasti di tambah-tambahin. " Zeva yang berusaha menyakinkan Pak Sapri. Pak sapri tampak diam untuk mempertimbangkan usul Zeva, lalu mengangguk mengiakan. Zeva pun tersenyum penuh kemenangan. " Jadi gini pak, saya kan telah nih----"
" Iya tau, emang sejak kapan seorang Zeva pernah tepat waktu ke sekolah? Tidak kan?" potong Pak Sapri.
" PAk......? " Zeva hanya tersenyum kaku. " Dengerin dulu napa pak?"
Setelah di persilahkan Zeva mulai menceritakan rangkaian peristiwa yang terjadi, Di awali kesialan karena terjebak macet( tentunya tidak menceritakan bagian ia telat bangun tidur). Lalu, kebelet buang air kecil sampai kehausan. Dan keputusannya untuk membeli minum di kantin. Namun sialnya, ia malah tertangkap basah oleh Zidan, si ketua kelas.
Bu Susi yang ternyata ikut hadir di dalam ruangan ini pun hanya bisa memijat keningnya. Mereka adalah kombinasi luar biasa antara wakil kelas yang emosian dan siswi yang paling bisa membuat lawan biacaranya darah tinggi.
Pak Sapri menguap. Ia sudah tahu kalau cerita Zeva itu pasti terselip kebohongan. " Udah? " ujar Pak Sapri.
" Iya PAk." jawab Zeva semangat, berharap pak Sapri mau meringankan hukumannya. " JAdi ...... Hukuman saya diringankan pak? " ujar Zeva dengan senyum manisnya.
" Pak Sapri, menurut saya untuk hukuman Zeva kali ini harus yang benar-benar membuatnya jera. Apalagi dia sekarang berada di tingkat akhir jenjang SMA dan sebentar lagi akan ujian akhir kelulusan." ujar Bu Susi memberi pendapat kepada Pak Sapri selaku wali kelas Zeva dan Zidan.
" yang ringan-ringan saja napa bu. Saya kan telat gara-gara macet." sahut Zeva, tidak terima keputusan bu Susi.
Bu Susi melirik sinis. " Udah tahu telat, masih sempat-sempatnya ke kantin kamu Zeva."
" Kan haus bu. Kalau saya dehidrasi terus pingsan, gimana bu?"
" Zeva kalau orang tua lagi bicara itu di simak dengan baik." nasihat pak Sapri yang mulai pusing mendengar ocehan Zeva.
Sebelum Zeva membuka suaranya lagi, Zidan pun segera berdiri lalu membekap mulut Zeva dari belakang. " Diam dulu, ck!!!" desak Zidan membuat gadis itu berhenti memberontak.
PAk Sapri menyimpan Kacamatnya di atas meja, Lalu memijat pelan batang hidungnya. " Astagfirullah, ngadepin kalian tuh bikin bapak banyak-banyak istigfar tiga puluh tiga kali. " ucap Pak Sapri.
Zeva menghentakan tangan Zidan yang masih membekap mulut Zeva dengan cukup keras. Bagus dong pak, biar dosa-dosa bapak berkurang banyak kalau bapak banyak-banyak istigfar."
" Zeva mulutnya di tutup dulu ya. " pinta pak Sapri. Membuat Zeva reflek menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, meski sambil manahan ketawanya.
" JAdi menurut Bu Susi hukuman apa yang pantas untk Zeva?" ujar pak Sapri kepada Bu Susi.
" Zeva dihukum ambil alih tugas piket teman-temannya selama dua minggu, karena setahu saya dia yang paling malas mengerjain tugas piket pak. " usul Bu susi yang di dengarkan pak Sapri.
" Loh, Bu Susi ko kejam banget sih sama Zeva!!!!" Ujar Zeva tak terima dan langsung mendapatkan pelototan dari bu susi. Sadar kalau ia melakukan kesalahan lagi, Zeva buru-buru meralatnya. " Eh, iya maaf bu, silahkan di lanjutkan lagi. " ujarnya dengan meringis karena takut akan tatapan bu Susi kepadanya.
" Zidan yang bertugas mengawasi Zeva selama dua minggu. Zidan juga harus mengantar jemput Zeva ke sekolah biar tidak ada drama telat lagi." lanjut bu susi dengan tegas tak ingin di bantah.
Zidan dengan tatapan piasnya menatap Bu susi. " Hukuman saya bisa di ganti nggak bu? " tawarnya . " Jujur saya tak sanggup menunggui Zeva bangun bu. Dia kalau tidur kaya simulasi mati bu." ujarnya lagi.
" Heh, fitnah!!!" protes Zeva dengan menatap tajam Zidan.
Sebelum dua murid itu bertengkar lagi, Bu Susi dan Pak Sapri segera menengahi sambil bersedekap dada. " gak ada penolakan !!!!!!"
" Kalau begitu hukumanya di mulai besok pagi. " putus pak Sapri.
" Besok hari minggu pak." Zeva mengangkat tangannya tinggi-tinggi, seperti sedang mengikuti cerdas cermat di tingkat sekolah. Melihat itu, Zidan tak bisa menahan tawanya, sementara Bu Susi Dan PAk Sapri hanya bisa menggelangkan kepalanya sambil dan memijat keningnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments