Zidan baru ingin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, agar lebih cepat sampai rumah. Namun, Zeva buru-buru memperingatinya.
" Pelan-pelan aja, Dan. "
Zidan melirik sekilas dari spion. Motor pn di lajukan dalam kecepatan sedang atas permintaan Zeva.
Setelah sampai di kediaman keluara Zidan, mereka membuka kembali stoller itu dan meletakan bayinya lagi. Mereka membawanya keruang tamu. Suasana yang hening itu tiba-tiba terpecahkan ketika Zidan tidak sengaja tersandung roda stoller membuat bayi itu kaget dan menangis keras.
" Astagfirullah, Zeva!!!! Mama nyuruh kamu belajar itu biar pintar tapi kenapa pulang-pulang malah punya anak?!" ucap mamah karena syok.
Zeva dan Zidan menoleh bersama ke arah ruang keluarga. MAmahnya Zeva keluar dari ruang tamu sambil menggelangkan kepala. Kedua alisnya bertaut, tanda jika dirinya sedang marah. Ia sudah curiga ketika anaknya tidak juga pulang ke rumah. Jadi, ia memutuskan untuk menyusulnya ke rumah Zidan.
Keadaan makin kacau ketika tk hanya mamahnya Zeva yang muncul dari sana. Tapi ada juga kedua orang tua dari Zidan, dan papahnya Zeva. Rasanya seperti akan di keroyok.
" Kamu apain anak mamah Zidan? " Tuding Rena dengan tatapan tajamnya.
" Ma kok omongan mamah kesannya Zeva abis ngapa-ngapain sama Zidan sih? " Tanya Zeva dengan tatapan kesalnya kepada sang mamah.
" Itu anak siapa? " Rena berkacak pinggang, " Kalian abis dari mana, pulang-pulang udah bawa anak aja!!! "
" Ini kita nemu di pinggir jalan, ma. Zidan nggak ngapa-ngapain Zeva, kok. Tenang aja." Ucap Zidan. Emosi mamah Rena sedikit mereda mendengar penjelasan Zidan, berbeda lagi jika yang bicara itu Zeva.
" Kok, bisa sih kalian nemuin bayi seimut ini di pinggir jalan? " kata Bunda Riska dengan lembut. Ia menatap lembut bayi itu sambil mengusap lembut pipinya. Berusaha menenangkan tangisannya.
Zidan duduk di sofa, dan mengalirlah penjelasan tentang cara mereka menemukan bayi itu. Dimulai dari Zeva yang mengajaknya pulang lewat jalur yang berbeda sampai wanita yang bunuh diri di atas jembatan tadi. Mereka semua terkejut setelah mendengar cerita dari Zidan dan berniat ingin melaporkan masalah ini ke pihak berwajib. Namun, sebelum itu urusan bayi ini yang terpenting.
" Mas aku mau rawat dia aja , gimana? " Tanya bunda Riska meminta persetujuan dari sang suami, Galang.
Galang mengangguk. Ia juga tidak tega dengan bayi itu. " Iya. "
" Cantik ya? " BUNDA Riska menatap Zeva meminta persetujuan.
Zeva mengerutkan keningnya. " Emangnya dia cewek bun? Kan, belum tahu jenis kelaminya. " Kata Zeva dengan wajah polosnya.
Bunda Risa pun mengintip ke balik celana tipis bayi itu. Tindakan tiba-tiba itu membuat Zeva yang masih polos memekik keras, sebelum sentilan dari Zidan menghentikannya. Bunda pun hanya bisa menggelengkan kepala. Kemudian, ia mengajak Rena untuk ikut melihat bayi itu.
" Dia cowok. " Ucap Mamah Rena.
" EEittttt!!!"
Zeva menahan pegerakan mereka yang ingin mendatangi bayi itu. Matanya memicing saat melihat sesuatu yang berkilau di balik samping kepala bayi. Tangannya tergerak mengambil sesuatu yang berkilau itu.
" Kalung. " gumam Zeva.
Kalung berbentuk bunga matahari dengan beberapa mata berlian itu membuatnya terpengarah. Zeva kembali mencari sesuatu di dalam stoller itu. Benar dugaannya,ia menemukan secarik kertas berwarna biru langit dari sana.
"- Hai kamu uang menemukan bayi ini.
Aku minta tolong buat jagain bayi ini dengan baik, ya.
Aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku karena merasa sangat kotor. Tidak usah di laporkan ke polisi untuk mencariku. Apalagi mencari keluarga ku. Mereka tidak akan peduli.
Bayi itu aku beri nama " Kasatria Arzeela." -"
Salam Hangat.
Arsila Ervina.
Zeva membaca surat itu dengan suara yang kera agar seua mendengar. Ia menatap sekeliling yang menyimak juga.
" Oke, ibu dari bayi ini sepertinya nggak mau kalau bayi ini berurusan dengan keluarganya. Sampai-sampai jasadnya aja ia minta untuk di biarkan, tanpa minta untuk di cari. " ucap Galang yang di balas anggukan paham dari semuanya.
" Hai baby Zee." Sapa Zeva dengan mengusap pipi bayi yang terlelap itu.
" Kok, baby Zee? " celutuk Zidan bertanya.
" Kan, namanya Ksatria Arzeela, jadi gue panggil Zee aja ." balas Zeva tanpa menoleh ke arah Zidan.
" Masa, Zee kaya nama cewek dong." Niko, adik Zidan yang menginjak kelas 5 SD ikut berceletuk protesnya. " Kenapa bukan Staria aja? "
" Satria nama motor gue ntar nggak bisa bedain. " jawab Zeva seadaanya.
" Beda dong .... Yang satu manusia, yang satunya lagi kendaraan alias benda mati ." Kini Lingga abang Zeva yang berbicara. Entah sejak kapan sudah berada di ru Zidan.
" Bun, baby Zee panggilannya baguskan? " Tanya Zeva kepada Riska. Tidak berniat menjawab pertanyaan dari abangnya.
" Bagus kok. Ntar kalau udah gede baru di panggil Satria. " balas Riska sambil tersenyum hangat.
Zeva menoleh ke arah Niko dan Zidan yang berdiri berdampingan. Ia p menjulurkan lidahnya untuk mengejek. Saat ingin mengejek Lingga, pandangannya malah bertemu dengan Rena yang sedang bersedekap dada.
" TAdi kata Zidan, kalian keluar beli makanan karena kamu yang lapar abis belajar jadi nyari makan. " Tutur Mamah Rena. Persaan Zeva sudah tidak enak. " Jadi, materia apa saja yang sudah kamu pelajari malam ini, Zeva?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments