Bab 12

  " ZIDAN .... "

   Zeva memicingkan matanya kala melihat sesuatu berwarna putih berdiri di atas jembatan. Angin yang kencang mengibarkan kain putih itu. Ah, bukan kain, lebih tepatnya baju terusan yang berwarna putih.

 " Lo, lihat itu, nggak? " Tanya Zeva, sambil menunjuk tangannya ke arah jembatan dengan gemetaran.

  Setelah pulang membeli makanan di persimpangan jalan, mereka pun kembali dengan memutar jalan. Itu sesuai dengan permintaan dari Zeva. Katanya, untuk refreshing setelah belajar sekian menit. Namun, tidak ia sangka akan menemukan kejaidian horor di tepi jembatan seperti ini.

 " Astaga!!! " Zidan menepikan motornya, mengikuti pergerakan tangan Zeva yang menunjuk sesuatu di depan sana.

" Kenapa berhenti? " tanya Zeva yang sedang ketakutan.

" Emangnya kenapa? Gue cuma mau nolongin dia. " Balas Zidan sambil membuka helmnya. Ia terlihat jauh lebih panik dari Zeva sendiri.

 " Itu kuntilanak!!!! Kenapa lo mau tolongin ?! " ucap Zeva sambil memukul bahu Zidan, dengan Ekspresinya tidak bercanda.

" Zev, itu orang mau bunuh diri bukan kuntilanak!!!" Ucap Zidan dengan tegas dan lugas.

" EHHHHH!!! "

    Zeva memicingkan matanya kembali untuk memperjelas pengelihatannya. Sedetik kemudian, matanya membulat. Benar kata Zidan, orang itu seperti ingin mengakhiri hidupnya. Tubuhnya terlihat limbung tertiup angin, seolah ia terbuat dari selembar kertas tipis. Meski jarak mereka cukup jauh. Zeva bisa melihat tatapannya yang kosong. Seketika, seluruh tubuh Zeva merasa merinding hebat.

  " Eh, Iya Anjir!!!! Tolongin Cepat!!!!!" Dengan cepat ia turun dari motor mendahului Zidan, mendekati sosok perempuan berbaju putih itu.

  Mungkin karena menyadari kehadiran Zeva dan Zidan, wanita itu menoleh. Hanya beberapa detik, sebelum ia mengalihkan pandangannya ke satu titik. Ia tersenyum di sela rambutnya yang kusut karena terkena angin. Sebelum Zeva dan Zidan sampai di tempatnya, satu kaki wanita itu mengayun ke depan.

   Ia meloncat ke sungai yang arusnya deras tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

"ZIDAN!!!! Dia nyebur, Dan!!!! " Teriak Zeva.

   Zeva berteriak histeris, ia mendekati pembatas jembatan dan melihat ke bawah. Wanita itu tak lagi terlihat dipermukaan karena jembatan dengan permukaan air sangat jauh, di tambah dengan gelapnya malam menghalangi pandangan Zeva. Ia hanya melihat arus deras air sungai yang abi bawah sana.

 " Zidan lo nyebur juga gih, !!! Selamatin tu cewek, cepetan!!!1 " Titah Zeva tanpa memandang wajah Zidan yang terkejut atas ucapan Zeva kepadanya barusan.

 " HEH!!! Gila lo, ya?! " Zidan berpegang dengan erat pada pembatas jembatan.

 " Tolongin dia , Zidan!!! Cepetan lo nyebur!!!" Zeva mulai memegangi kaki Zidan ke pembatas jembatan.

 " NJep, woy !!! " Rasanya Jantung Zidan ingin copot melihat aliran sungai yang sangat deras itu, tidak ada apa pun di sekitarannya. " Lo pikir ini kali??? Lo nyuruh gue nyebur ke sungai yang luasnya kek danau?!! " sewot Zidan.

  " Eh , iya!!!! " Seolah baru tersadar, Zeva membawa kaki Zidan kembali menyentuh aspal. Dirinya panik, jadi tidak bisa berfikir dua kali ingin mendorong Zidan ke sungai.

  Bibir Zidan memucat karena masih Syok. Rasanya seperti simulasi menjemput kematian. Ia menoleh pelan ke arah Zeva dengan wajah kesalnya, saat sudah berpijak lagi di aspal. " Kalau gue jatuh beneran gimana, Zeva?! "

  Zeva menunduk. " MAAFF.... "

  Zidan menghela nafas berat, lalu mengelus sebentar pucuk kepala Zeva. " Sorry, udah ngebentak lo. "

  Setelah suasana sudah tenang, tiba-tiba di pecahkan kembali oleh suara tangis yang nyaring. Bukan suara tangis yang biasa, tapi oleh suara tangis yang nyaring dan keras. Mereka berdua menoleh ke sekeliling. Tidak ada siapa pun selain mereka berdua dan .... Sebuah stroller bayi.

   Mea salin bertatapan. Seolah berkomunikasi melalui mata, mereka pun mendekati stoller itu. Di dalamnya ada seorang bayi yang tengah menangis dan meronta. Hanya ada selimut tipis yang melindunginya dari angin malam yang dingin.

 " Kayanya dia anak cewek yang tadi, deh." Kata Zeva, lalu di susul Zidan yang berdiri samping stoller bayi itu.

 Zidan menangguk membenarkan. Sekali lagi, ia menoleh kekitar tidak ada orang satu pun di sini. " Kita apain? Bawa pulang?"

  Ya sudah kita bawa pulang saja. Ntar di rumah baru mikirin solusinya. " kata Zidan final.

  Perlahan, Zeva membawa bayi itu kedelam gendongannya. Secara ajaib, ia berhenti menangis. Zidan pun jadi takjub sendiri. Tidak menyangka kalau Zeva yang bar-bar itu sampai bisa juga bersi lembut.

   Melihat muka Zeva yang panik, Zidan buru-buru melipat Stoller itu dan membawanya ke motor. Ia pun membantu Zeva untuk naik ke atas motornya. Kalau orang-orang melihat adegan ini, lagu. " pernikahan dini" Agnes monika pasti akan langsung di putar.

  Zidan baru ingin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, agar lebih cepat sampai rumah. Namun, Zeva buru-buru memperingatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!