Mamah Rena bersandar di ambang pintu kamar Zeva dengan tangan di depan dada,. Ia mengawasi setiap pergerakan putrinya yang sedang memantau leptop sambil tengkurap di ranjang dengan berbagai macam ekspresi. Zeva meblum juga menyadari kehadiran mamahnya, sampai sang mama berdeham hingga membuat Zeva refleks menutup laptopnya.
" Eh, mamah." Zeva tersenyum kecut. Mama ngapain di sini.? "
" Mamah abis dapat telfon dari guru BK kamu. " kata sang mama dengan tatapan seriusnya yang membuat kamar Zeva tiba-tiba teras horor. " Kata Pak Supri, katanya kamu nggak mau di tutorin sama Zidan, ya?"
Zeva bangun dari tidurannya dengan mata melotot ." Siapa bilang? Zeva mau , kok ma. "
" Nggak usah bohong. Tadi mamah teleponnya sambung 3 sama Zidan, dia sendiri yang bilang kalau kamu nggak mau diajarin sama dia. "
Zeva memalingkan kepalanya kesamping. " Sial, jadi dia yang laporin gue." ujarnya dalam hati.
" Ma, Itu Zeva hanya bercanda. Zidan aja yang nggak bisa di ajak bercanda. Zeva mau kok, di ajarin sama Zidan. " katanya sambil takut-takut menatap Mamah Rena.
" Oh, ya??? " Mamah rena tersenyum sinis. " Terus kenapa masih nonton drakor? Ini udah hampir jam delapan malam, loh."
Zeva mengaruk pelipis, lalu diam-diam mengambil bantal dan menyimpan laptopnya di atas. " ini udah mau berangkat kok, mah. "
" Atau kamu mau laptop kamu mamah sita."
Tepat sasaran. Rena mengambil dengan cepat laptop Zeva yang di timpa bantal, lalu di peluknya agar tidak di rebut dari Zeva.
" MA, jangan dong, ma. Zeva janji bakal belajar bareng Zidan." kata Zeva dengan memelas. Ia menarik-narik ujung daster selutut Rena.
" Okay. " Rena menyimpan kembali laptop itu. Kemudian memaksa Zeva berdiri dari duduknya. " Kalau kamu ingkar, bukan hanya laptop kamu saja yang mamah sita. Tapi, juga Hp sama uang jajan kamu mamah potong. "
" Tapi, Ma-"
" Nggak ada tapi-tapian!!"
"Ma--"
" Apa? Mau ngebantah? "
Zeva menggeleng. Bibir bawahnya ia gigit sedikit. " Zeva nggak punya pulpen. "
Rena menggeram marah, sambil menggelangkan kepala. Kapan anaknya ini bisa serajin Zidan? " Kamu pakai pulpen abang kamu. Cepetan!!!!!"
" Iya sebentar. " ucap Zeva malas, lalu berjalan meninggalkan sang mamah.
Ia berjalan kekamar sebelah, kamar Lingga. Melihat pintu kamar Lingga yang terbuka lebar, Zeva langsung menerobos tanpa mengetuk pintu apalagi permisi terlebih dulu.
" BAng!! "
" Emmmmhh!!" hanya balasan seperti itu yang di dapat Zeva.
" Zeva mau pinjam pulpen dong, bang." ucapnya.
" Emm,em,em,---"
Telinganya semakin merapat di pintu kamar mandi." Apa sih?"
"Emmmmmmmmmm!!!! "
"ngomong yang jelas dong!!!!!"
" Gue lagi berak bego!!!!!!" umpat lingga. Setelah itu terdengar suara air mengalir.
" Kalau berak nggak boleh sambil ngomong bang." Zeva menunggu jawaban dari Lingga. Muncul niat menjahili abangnya lagi.
" Diem lo.!!!"
Zeva tertawa kecil. Abangnya gampang sekali tersulut emosi. " pinjemin pulpen dong bang!!! Zeva mau belajar!!!"
" Emmmm,Emmmmmmm,Emmmmmmmm."
Sebenarnya tanpa di jelaskan pun, Zeva lumayan paham dengan erangan lingga. Ia pun sudah menemukan pulpen Lingga di nakas. Namun, rasanya sia-sia jika menjahili abangnya itu.
" Mana? "
"Emm,em, emmm."
" Apa? "
BRAKKK!!!!!!!
Sepertinya lingga melempar sesuatu ke arah pintu kamar mandi Zeva pun sedikit menjauh dari pintu sambil menahan tawa.
" Tunggu, ya!!!! Abis cebok, gue masukin kala lo ke kloset, Zev!!!!!!"
Zeva yang mendengar ancaman dari sang abang Lingga pun bukanya merasa takut tapi malah makin tertawa terbahak-bahak sambil berlalu keluar dari kamar Abang Lingga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ririn Santi
dasar tenggil
2025-04-04
1