bab 4 belajar menerima takdir

Satu minggu telah berlalu sejak kematian sang papa.

Sikap Raha berubah menjadi lebih pendiam. Tak ada lagi suara gelak tawa dari gadis cantik itu bahkan celotehannya yang kerap kali terdengar bersama pelayan di pagi hari juga siang hari setelah ia pulang sekolah.

Namun demikian,

Raha berusaha berdamai dengan keadaan dan berusaha menerima takdirnya.

Sebagai buktinya, gadis itu sudah mau keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama.

Meski kini yang ada bersamanya di rumah itu hanya orang lain.

Namun tidak Raha pungkiri,

Ia sudah terbiasa bersama Calista bila di bandingkan dengan Meylani sang bibi.

Seperti juga pagi hari ini.

Raha terlihat menuruni anak tangga dengan memakai seragam lengkap dan tas di pundaknya.

Hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah setelah hampir satu minggu ia tak masuk sekolah samasekali.

Ia pun tak berinteraksi dengan pihak sekolah selama satu minggu itu.

Bahkan ketika guru gurunya dan perwakilan teman teman kelasnya datang melayat,

Yang menemui mereka hanya Calista saja

Tapi sekarang ia harus sekolah, ujian nasional kurang 1 bulan lagi.

Ia memang harus sekolah.

Jadi mau tidak mau dia harus pergi.

Dua orang di meja makan nampak menatapnya, khususnya sepasang mata elang seseorang yang telah lebih dulu berada di sana.

Mata itu tak henti menatap setiap langkah kaki Raha menuruni anak tangga hingga gadis itu berakhir duduk di salah satu kursi di meja makan.

" kau siap untuk sekolah sayang ?! " tanya Calista kepada Raha.

Raha tak menjawab, tapi gadis itu menganggukan kepalanya.

" mau sarapan apa nona ?! " tanya bibik Mira yang segera mendekat ketika ke arah meja makan begitu melihat Raha duduk di sana.

Wanita itu memang bertugas melayani Raha sejak gadis itu masih kecil.

Bahkan bik Miralah yang sudah merawatnya selama ini. Bik Mira sudah seperti pengganti sang mama bagi Raha.

" nasi goreng saja bik..." jawab gadis itu singkat.

Bik Mira pun mengambilkan nasi goreng yang kemudian ia letakkan di atas piring Raha.

kemudian Raha mulai menyuap makanannya.

Semua gerak geriknya tak lepas dari tatapan Calista dan Leon dengan tatapan mata yang entah.

Calista menatap Raha dengan tatapan yang sedikit tajam.

Sementara Leon,

Pemuda 24 tahun itu menatap Raha dengan tatapan yang entah.

Sebuah tatapan yang seakan penuh makna namun sulit untuk di artikan.

Entahlah....

Leon sendiri juga tak tahu, sejak melihat gadis itu menangis di rumah sakit dengan begitu tak berdayanya.

Kebisuan gadis itu di pemakaman hingga pingsannya Raha pagi itu seolah selalu berputar di otaknya.

Sejak itu ia jadi sering menatap gadis itu dalam diam.

Selesai dengan sarapannya, Raha segera bangkit dan berpamitan.

" tante...

Aku berangkat dulu " pamit gadis itu kepada Calista.

" tunggu Raha " panggil Calista

" ya...?! " Raha menghentikan gerakannya dan menoleh kepada Calista.

" biar Leon yang mengantarkanmu " kata Calista kemudian.

Raha menoleh sejenak kepada Leon yang tengah sibuk menyuap makanannya.

Tak ada pergerakan sedikitpun dari pemuda itu mendengar ucapan Calista itu.

" tidak terimakasih tante...

Aku akan berangkat di antar pak John " jawab Raha kemudian sambil melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan itu.

Raha telah masuk ke dalam mobil yang telah di siapkan olah pak John dan duduk di bangku belakang ketika tiba tiba seseorang ikut masuk ke dalam mobil itu.

Seseorang itu duduk di depan setir.

" kau...!! " Raha sedikit terpekik pelan ketika melihat Leon telah duduk di depan setir.

" aku yang akan mengantarmu..." kata pemuda itu dengan raut wajah datar kemudian ia menghidupkan mesin dan mulai menjalankan mobil itu.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah Raha yang membutuhkan waktu sedikit lama.

Raha dan Leon hanya diam membisu.

Tak ada perbincangan sedikitpun dari keduanya hingga akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah gadis itu.

" terimakasih...

Tapi lain kali tidak usah seperti ini. Aku lebih terbiasa di antar pak John " kata Raha sebelum ia turun dari mobil.

Raha keluar dari mobil dan sejenak membenahi seragamnya sebelum ia masuk ke dalam gerbang sekolah.

" sejak hari ini aku yang akan mengantarmu ke sekolah, jadi biasakan dirimu padaku " tiba tiba Leon telah berdiri di sisi gadis itu.

Raha lagi lagi di buat terkejut dengan kehadiran Leon itu.

Selain tiba tiba,

Menurutnya posisi Leon terlalu dekat dengannya, hingga Raha sedikit menyisih.

" mana ponselmu ?! " tanya Leon kemudian masih dengan raut wajah datar.

" untuk apa ?! " tanya Raha sedikit takut sekaligus curiga dengan sikap pemuda itu.

Entahlah...

Ia merasa, sejak sang papa tiada. Sikap Leon seperti berubah padanya.

Tak jarang ia memergoki pemuda itu tengah diam diam menatapnya.

" berikan padaku " jawab Leon sambil tangannya mengulur terbuka kepada Raha.

" tidak...

Itu privasiku " jawab Raha sambil bersiap melanjutkan langkahnya.

Namun langkahnya terhenti ketika tiba tiba Leon mencekal tas ranselnya yang menggantung di pundaknya.

Jadi...

Mau tak mau Raha pun menghentikan langkahnya.

" lepaskan...

Apa sih maumu ?! " sentak Raha kesal.

" ponsel... " jawab Leon.

" tidak mau "

" kau berikan padaku atau aku ambil sendiri di tasmu...?! " ancam Leon dengan tatapan tajam kepada Raha.

Keduanya saling menatap tajam.

Merasa tak ada jawaban dan respon dari Raha, Leon mulai berusaha mengambil tas ransel yang menggantung di pundak Raha.

" lancang sekali kamu...lepaskan " sentak Raha tak suka dengan sikap memaksa Leon itu.

" aku sudah katakan padamu, berikan atau aku ambil sendiri "

" ya ya ya....

Tunggu..." akhirnya Raha pun tak punya pilihan lain, ia tak berdaya.

Akhirnya ia pun mengambil ponselnya dari dalam tas dan meberikannya kepada Leon.

Leon segera membuka ponsel itu, namun karena merasa tak bisa membuka ponsel itu karena ponsel itu yang tersandi.

Pemuda itu kembali menatap tajam kepada Raha.

" ckk....

Papaku sayang, huruf kecil semua " jawab Raha jutek.

Seulas senyum miring tersungging di bibir Leon demi mendengar kata sandi ponsel gadis itu.

" kau tak punya orang tersayang lain selain papamu ?! " tanya Leon dengan nada mengejek.

Raha melipat kedua tangannya di depan dada dan melempar pandangannya ke tempat lain.

Bibir Leon kembali menyunggingkan senyum, dan senyum pemuda itu semakin kentara ketika ia melihat foto candid gadis itu yang ia gunakan sebagai wall paper.

" dasar bocil narsis...." ejeknya pelan.

Sementara Raha hanya mencebik tak suka.

" buruan, aku mau masuk " sentak Raha kemudian.

Leon nampak mengetikkan sesuatu ke dalam ponsel Raha.

Tak lama, ia menyerahkan kembali ponsel itu pada pemiliknya.

" itu nomor ponselku, hubungi aku jika kau butuh sesuatu nanti " kata Leon setelah ponsel itu kembali ke tangan Raha.

Mendengar kata kata Leon, Raha sontak menatap pemuda itu dengan tatapan aneh.

" jangan pernah mengganti kata sandimu tanpa memberitahuku " kata Leon lagi sambil melangkah memutari mobil.

" oh ya...

Hubungi aku saat kau pulang sekolah nanti, aku akan menjemputmu " pesan terakhir Leon sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil itu meninggalkan Raha yang masih terpekur di tempatnya berdiri.

Sungguh gadis itu di buat seperti orang bodoh karena ulah tak jelas Leon.

Raha benar benar di buat jantungan dengan ulah Leon itu.

Ia sungguh tak habis pikir dan tak bisa menebak apa maksud dan tujuan pemuda itu bersikap demikian kepadanya.

Sebelum ini keduanya tak pernah sekalipun bertegur sapa walau untuk sekedar berbasa basi atau apa.

Tapi ini.....

Terpopuler

Comments

Siti Nurhasanah

Siti Nurhasanah

aku rasa si Leon nih bukan anaknya Calista deh

2025-01-26

0

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

semoga leon orang baik dan melindungi raha

2025-02-01

0

indy

indy

hadir nyimak

2025-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 bab 1 pemakaman
2 bab 2 awal perhatian
3 bab 3 pingsan
4 bab 4 belajar menerima takdir
5 bab 5 menjemput
6 ban 6 rahasia yang tersembunyi
7 bab 7 goyah
8 bab 8 cemas dan khawatir
9 bab 9 kegundahan
10 bab 10 agresif
11 bab 11 semakin resah
12 bab 12 keguguran
13 bab 13 kecewa
14 bab 14 kecemasan Leon
15 bab 15 mengakuisisi
16 bab 16 memiliki
17 bab 17 kebenaran yang menyakitkan
18 bab 18 keputusan Raha
19 bab 19 hati yang kian terpaut
20 bab 20 Langkah Raha
21 bab 21 Leon yang merasa memiliki
22 bab 22 klaim Leon atas Raha
23 bab 23 pergi
24 bab 24 tak berdaya
25 bab 25 Anthony
26 bab 26 sama sama di rawat
27 bab 27 kejamnya Calista
28 bab 28 bantahan Calista
29 bab 29 menyampaikan perasaan.
30 bab 30 perhatian seorang Anthony
31 bab 31 sebuah kejujuran
32 bab 32 reaksi seorang Anthony
33 bab 33 kecewa
34 bab 34 mengembalikan dan memutuskan
35 bab 35 menghalalkan segala cara
36 bab 36 suasana baru
37 bab 37 mulai berjuang untuk sembuh
38 bab 38 kembali down
39 bab 39 kembali
40 bab 40 mulai mencari
41 bab 41 sepupu
42 bab 42 sebuah pesan.
43 bab 43 hasil tes
44 bab 44 transplantasi
45 bab 45 ketegangan berbuah keberhasilan.
46 bab 46 terlambat
47 bab 47 kuliah
48 bab 48 bertemu
49 bab 49 penjelasan dokter Zani
50 bab 50 Zani yang keras kepala
51 bab 51 putus asanya seorang Raha
52 bab 52 seminar
53 bab 53 sepenggal rasa
54 bab 54 setelah sekian lama
55 bab 55 mencoba menahan diri
56 bab 56 kobaran api
57 bab 57 rapuh
58 bab 58 haruskah....
59 Bab 59 keharusan
60 bab 60 marah
61 bab 61 mengejar Raha
62 bab 62 mengambil alih kepemimpinan
63 bab 63 berani bertaruh
64 bab 64 pada akhirnya
65 bab 65 takdir yang mengikat
66 bab 66 klaim Leon atas Raha
67 bab 67 terpaksa
68 bab 68 ancaman masih berlanjut
69 bab 69 menemui pengacara Harry
70 bab 70 tak berkutik
71 bab 71 langkah Leon
72 bab 72 Selanjutnya
73 bab 74 niat licik
74 bab 75 menikahi Raha
75 bab 76 menolak
76 bab 77 kembali di lukai
77 bab 77 hati yang rapuh
78 bab 78 tak mau menyerah
79 bab 79 mulai menancapkan kuku
80 bab 80 salah paham
81 bab 81 Kalapnya Leon
82 bab 82 menuntut hak
83 bab 83 masih meminta
84 bab 84 Drama pagi hari
85 bab 85 Rahasia yang mulai terendus
86 bab 86 luka yang masih basah
87 bab 87 hati yang masih mengeras
88 bab 88 membentang jarak
89 bab 89 mencari tahu
90 bab 90 terkuak
91 bab 91 Rahasia yang terkuak
92 bab 92 berusaha menjelaskan
93 bab 93 merajut asa
94 94 masih berlanjut
95 bab 95 memenuhi janji
96 bab 96 menyelesaikan
97 bab 97 kau adalah nyawaku
98 bab 98 mengembalikan
99 bab 99 pagi yang mesra
100 bab 100 bertemu mertua
Episodes

Updated 100 Episodes

1
bab 1 pemakaman
2
bab 2 awal perhatian
3
bab 3 pingsan
4
bab 4 belajar menerima takdir
5
bab 5 menjemput
6
ban 6 rahasia yang tersembunyi
7
bab 7 goyah
8
bab 8 cemas dan khawatir
9
bab 9 kegundahan
10
bab 10 agresif
11
bab 11 semakin resah
12
bab 12 keguguran
13
bab 13 kecewa
14
bab 14 kecemasan Leon
15
bab 15 mengakuisisi
16
bab 16 memiliki
17
bab 17 kebenaran yang menyakitkan
18
bab 18 keputusan Raha
19
bab 19 hati yang kian terpaut
20
bab 20 Langkah Raha
21
bab 21 Leon yang merasa memiliki
22
bab 22 klaim Leon atas Raha
23
bab 23 pergi
24
bab 24 tak berdaya
25
bab 25 Anthony
26
bab 26 sama sama di rawat
27
bab 27 kejamnya Calista
28
bab 28 bantahan Calista
29
bab 29 menyampaikan perasaan.
30
bab 30 perhatian seorang Anthony
31
bab 31 sebuah kejujuran
32
bab 32 reaksi seorang Anthony
33
bab 33 kecewa
34
bab 34 mengembalikan dan memutuskan
35
bab 35 menghalalkan segala cara
36
bab 36 suasana baru
37
bab 37 mulai berjuang untuk sembuh
38
bab 38 kembali down
39
bab 39 kembali
40
bab 40 mulai mencari
41
bab 41 sepupu
42
bab 42 sebuah pesan.
43
bab 43 hasil tes
44
bab 44 transplantasi
45
bab 45 ketegangan berbuah keberhasilan.
46
bab 46 terlambat
47
bab 47 kuliah
48
bab 48 bertemu
49
bab 49 penjelasan dokter Zani
50
bab 50 Zani yang keras kepala
51
bab 51 putus asanya seorang Raha
52
bab 52 seminar
53
bab 53 sepenggal rasa
54
bab 54 setelah sekian lama
55
bab 55 mencoba menahan diri
56
bab 56 kobaran api
57
bab 57 rapuh
58
bab 58 haruskah....
59
Bab 59 keharusan
60
bab 60 marah
61
bab 61 mengejar Raha
62
bab 62 mengambil alih kepemimpinan
63
bab 63 berani bertaruh
64
bab 64 pada akhirnya
65
bab 65 takdir yang mengikat
66
bab 66 klaim Leon atas Raha
67
bab 67 terpaksa
68
bab 68 ancaman masih berlanjut
69
bab 69 menemui pengacara Harry
70
bab 70 tak berkutik
71
bab 71 langkah Leon
72
bab 72 Selanjutnya
73
bab 74 niat licik
74
bab 75 menikahi Raha
75
bab 76 menolak
76
bab 77 kembali di lukai
77
bab 77 hati yang rapuh
78
bab 78 tak mau menyerah
79
bab 79 mulai menancapkan kuku
80
bab 80 salah paham
81
bab 81 Kalapnya Leon
82
bab 82 menuntut hak
83
bab 83 masih meminta
84
bab 84 Drama pagi hari
85
bab 85 Rahasia yang mulai terendus
86
bab 86 luka yang masih basah
87
bab 87 hati yang masih mengeras
88
bab 88 membentang jarak
89
bab 89 mencari tahu
90
bab 90 terkuak
91
bab 91 Rahasia yang terkuak
92
bab 92 berusaha menjelaskan
93
bab 93 merajut asa
94
94 masih berlanjut
95
bab 95 memenuhi janji
96
bab 96 menyelesaikan
97
bab 97 kau adalah nyawaku
98
bab 98 mengembalikan
99
bab 99 pagi yang mesra
100
bab 100 bertemu mertua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!