bab 14 kecemasan Leon

Leon turun dari brankar dan Calista terpaksa melepaskan laki laki itu.

Mata Leon menyipit ketika ia meraih ponselnya dan mengetahui siapa yang menghubunginya saat ini, di jam seperti ini.

Pukul 11 malam.

" bibik Mira....?! " desisnya pelan dengan kening yang berkerut.

" siapa ?! " tanya Calista dari brankar sana.

" bibik Mira " jawab Leon.

" bibik Mira...?! Ada apa dia menghubungimu ?! " tanya Calista dengan raut wajah tak suka.

" entahlah...biar kuangkat lebih dulu " jawab Leon dan kemudian ia menekan tombol hijau di ponselnya itu.

( ya bibik Mira...ada apa ?! ) tanya Leon

( mas Leon...maaf, bibi menelpon mas Leon.

Tapi bibik sungguh terpaksa mas ) bibik Mira mulai berkata

( tidak apa apa bik...ada apa ?! ) tanya Leon.

( apa mas Leon dan nyonya ada di rumah ?! ) tanya bibik Mira dari seberang.

Leon menatap Calista sejenak.

( tidak bik...kami tidak berada di rumah ) jawab Leon kemudian.

( Ya Tuhan...

Nona sendirian di rumah mas, sedangkan bibik dan pak John pulang kampung sore tadi.

Satpam komplex menghubungi bibik barusan, terjadi pemadaman total di sana karena hujan lebat dan petir.

Di jam seperti ini pasti para pelayan lain berada di paviliun belakang.

Tolong bibik mas Leon...

Nomor nona tidak bisa bibik hubungi.

Tolong pulang dan temani nona, dia takut gelap dan petir ) suara bik Mira terdengar bergetar dan penuh kecemasan.

Sementara Leon,

Mendengar kata kata terakhir bibik Mira, raut wajah pemuda itu sontak berubah penuh kecemasan dan kekhawatiran.

( iya bik...aku akan segera pulang ) jawab Leon kemudian.

( iya mas...terimakasih, tolong kabari bibik jika mas Leon sudah berada di rumah )

( iya bik, jangan cemas )

Klik..

Sambungan telephon terputus.

" ada apa ?! " tanya Calista

" Raha...

Raha sendirian di rumah, bik Mira dan pak John pulang kampung sore tadi "

" lalu ?! Kenapa jika Raha di rumah...biarkan saja, dia bukan anak kecil lagi " jawab Calista ketus.

" hujan sangat deras juga petir, terjadi pemadaman total di area kompleks...

Kau mengerti kan ?! " Jawab Leon sambil bersiap untuk pergi.

" kau mau kemana Leon ?! " tanya Calista dengan raut wajah semakin tak suka.

" Calista...

Kau tahu aku akan kemana, jadi berhenti bertanya " jawab Leon yang tiba tiba merasa risih dengan sikap Calista ini.

" tidak..

Kau tidak boleh pergi Leon, aku membutuhkanmu "

" Calista...berpikirlah lebih dewasa, dia sendirian di sana "

" aku juga sendirian Leon, aku bahkan baru saja keguguran anak kita.

Aku tidak mau kau pergi "

" jangan seperti anak kecil...aku akan segera kembali " sentak Leon pelan dan langsung beranjak menuju pintu.

" kenapa kau sangat mencemaskannya ?! Apa kau mulai menyukainya ?! " tanýa Calista yang mampu menghentikan langkah seorang Leon.

Leon tak langsung menjawab, hatinya berdesir mendengar tuduhan Calista padanya itu.

Sejenak Leon termangu.

Menyukai Raha....?!

" dia hanya anak kecil Calista, lagi pula ini juga karenamu.

Beristirahatlah dan jangan berpikir macam macam " jawab Leon singkat sambil melanjutkan langkahnya.

Calista termangu di tempatnya. Untuk pertama kalinya Leon mengabaikannya demi orang lain.

Walau pada awalnya memang dirinya yang memaksa Leon untuk mau mendekati Raha dengan tujuan agar gadis itu jatuh hati kepada Leon.

Setelahnya ia meminta Leon merayu Raha agar mau menandatangani serat pelimpahan hak waris atas namanya.

Tapi belakangan ini, entah kenapa ia merasa tak suka dan kerap cemburu melihat Leon seolah lebih memprioritaskan Raha di banding dirinya.

Ia bahkan juga tanpa sengaja sering memergoki Leon diam diam menatap Raha dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

Dan itu cukup membuat hatinya terbakar.

Sebenarnya ia sudah berniat meminta Leon untuk berhenti mendekati Raha,

Tapi ia merasa sayang karena keinginannya belum tercapai.

Dan satu hal yang membuat Calista risih adalah ketika ia melihat tatapan penuh kecemburuan di mata Leon saat pemuda itu melihat Raha sedang bersama dengan dokter Zani.

Ketika Calista tengah tenggelam dengan pemikiran dan ketakutannya sendiri,

Leon melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan di atas rata rata menembus gelapnya malam dan hujan deras.

Derai air hujan yang turun dengan begitu derasnya tiada ia hiraukan.

Yang ada di pikirannya kini hanya satu nama.

Raha, Raha dan Raha...

Kurang beberapa meter perjalanan sampai di kompleks perumahan Raha, Leon melihat kemacetan yang sangat panjang dan mengular.

Pemuda itu memukul setir di hadapannya berkali kali setelah beberapa menit berlalu tapi kemacetan itu tak terurai sama sekali.

Leon keluar dari mobil dan mendekati seorang petugas yang ada di sana.

" apa yang terjadi pak... ?! " tanya Leon.

" ada pohon besar yang tumbang ke jalan raya dan menimpa beberapa mobil pengguna jalan, kami sedang menunggu alat berat untuk mengevakuasinya " jelas petugas itu.

" silahkan anda kembali saja ke mobil pak...

Di sini sangat tidak aman, banyak pohon pohon besar dengan ranting rantingnya yang sudah tua.

Apalagi hujan sangat deras juga di sertai dengan angin " tambah petugas itu lagi.

Dengan wajah kecewa dan sedikit bingung sekaligus cemas Leon kembali ke mobil.

Di dalam mobil ia duduk dengan tak tenang, bayang bayang Raha yang berjongkok ketakutan di makam sang papa saat hujan deras di sertai petir beberapa hari yang lalu membuat hatinya kian gelisah.

Leon akhirnya keluar dari mobil,

Brakk...

Dengan sedikit keras ia menutup pintu mobilnya, kemudian tanpa banyak berpikir lagi.

Pemuda dengan postur tubuh tinggi menjulang itu memutuskan berlari menembus derai air hujan dan gelapnya malam menuju kompleks perumahan Raha.

Tak ia hiraukan teriakan para petugas kepolisian yang di tujukan kepadanya.

Leon terus berlari dan berlari,

Benar kata petugas,

Keadaan jalan memang gelap gulita, tak ada penerangan sedikitpun karena aliran listrik sepertinya memang mati total.

Leon mengabaikan pakaiannya yang sudah basah kuyup karena tersiram air hujan yang turun dengan deras.

Suar petir menggelegar memekakkan telinga dan mampu menciutkan nyali siapa saja yang mendengarnya.

Sementara itu,

Kilatannya bak lidah api malaikat pencabut nyawa yang siap membakar siapa saja manusia yang menghalanginya.

Leon benar benar mengabaikan itu semua,

Hati dan pikirannya hanya di penuhi dengan sata nama.

Raha....

Terpopuler

Comments

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

semoga raha baik"ajj

2025-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 bab 1 pemakaman
2 bab 2 awal perhatian
3 bab 3 pingsan
4 bab 4 belajar menerima takdir
5 bab 5 menjemput
6 ban 6 rahasia yang tersembunyi
7 bab 7 goyah
8 bab 8 cemas dan khawatir
9 bab 9 kegundahan
10 bab 10 agresif
11 bab 11 semakin resah
12 bab 12 keguguran
13 bab 13 kecewa
14 bab 14 kecemasan Leon
15 bab 15 mengakuisisi
16 bab 16 memiliki
17 bab 17 kebenaran yang menyakitkan
18 bab 18 keputusan Raha
19 bab 19 hati yang kian terpaut
20 bab 20 Langkah Raha
21 bab 21 Leon yang merasa memiliki
22 bab 22 klaim Leon atas Raha
23 bab 23 pergi
24 bab 24 tak berdaya
25 bab 25 Anthony
26 bab 26 sama sama di rawat
27 bab 27 kejamnya Calista
28 bab 28 bantahan Calista
29 bab 29 menyampaikan perasaan.
30 bab 30 perhatian seorang Anthony
31 bab 31 sebuah kejujuran
32 bab 32 reaksi seorang Anthony
33 bab 33 kecewa
34 bab 34 mengembalikan dan memutuskan
35 bab 35 menghalalkan segala cara
36 bab 36 suasana baru
37 bab 37 mulai berjuang untuk sembuh
38 bab 38 kembali down
39 bab 39 kembali
40 bab 40 mulai mencari
41 bab 41 sepupu
42 bab 42 sebuah pesan.
43 bab 43 hasil tes
44 bab 44 transplantasi
45 bab 45 ketegangan berbuah keberhasilan.
46 bab 46 terlambat
47 bab 47 kuliah
48 bab 48 bertemu
49 bab 49 penjelasan dokter Zani
50 bab 50 Zani yang keras kepala
51 bab 51 putus asanya seorang Raha
52 bab 52 seminar
53 bab 53 sepenggal rasa
54 bab 54 setelah sekian lama
55 bab 55 mencoba menahan diri
56 bab 56 kobaran api
57 bab 57 rapuh
58 bab 58 haruskah....
59 Bab 59 keharusan
60 bab 60 marah
61 bab 61 mengejar Raha
62 bab 62 mengambil alih kepemimpinan
63 bab 63 berani bertaruh
64 bab 64 pada akhirnya
65 bab 65 takdir yang mengikat
66 bab 66 klaim Leon atas Raha
67 bab 67 terpaksa
68 bab 68 ancaman masih berlanjut
69 bab 69 menemui pengacara Harry
70 bab 70 tak berkutik
71 bab 71 langkah Leon
72 bab 72 Selanjutnya
73 bab 74 niat licik
74 bab 75 menikahi Raha
75 bab 76 menolak
76 bab 77 kembali di lukai
77 bab 77 hati yang rapuh
78 bab 78 tak mau menyerah
79 bab 79 mulai menancapkan kuku
80 bab 80 salah paham
81 bab 81 Kalapnya Leon
82 bab 82 menuntut hak
83 bab 83 masih meminta
84 bab 84 Drama pagi hari
85 bab 85 Rahasia yang mulai terendus
86 bab 86 luka yang masih basah
87 bab 87 hati yang masih mengeras
88 bab 88 membentang jarak
89 bab 89 mencari tahu
90 bab 90 terkuak
91 bab 91 Rahasia yang terkuak
92 bab 92 berusaha menjelaskan
93 bab 93 merajut asa
94 94 masih berlanjut
95 bab 95 memenuhi janji
96 bab 96 menyelesaikan
97 bab 97 kau adalah nyawaku
98 bab 98 mengembalikan
99 bab 99 pagi yang mesra
100 bab 100 bertemu mertua
Episodes

Updated 100 Episodes

1
bab 1 pemakaman
2
bab 2 awal perhatian
3
bab 3 pingsan
4
bab 4 belajar menerima takdir
5
bab 5 menjemput
6
ban 6 rahasia yang tersembunyi
7
bab 7 goyah
8
bab 8 cemas dan khawatir
9
bab 9 kegundahan
10
bab 10 agresif
11
bab 11 semakin resah
12
bab 12 keguguran
13
bab 13 kecewa
14
bab 14 kecemasan Leon
15
bab 15 mengakuisisi
16
bab 16 memiliki
17
bab 17 kebenaran yang menyakitkan
18
bab 18 keputusan Raha
19
bab 19 hati yang kian terpaut
20
bab 20 Langkah Raha
21
bab 21 Leon yang merasa memiliki
22
bab 22 klaim Leon atas Raha
23
bab 23 pergi
24
bab 24 tak berdaya
25
bab 25 Anthony
26
bab 26 sama sama di rawat
27
bab 27 kejamnya Calista
28
bab 28 bantahan Calista
29
bab 29 menyampaikan perasaan.
30
bab 30 perhatian seorang Anthony
31
bab 31 sebuah kejujuran
32
bab 32 reaksi seorang Anthony
33
bab 33 kecewa
34
bab 34 mengembalikan dan memutuskan
35
bab 35 menghalalkan segala cara
36
bab 36 suasana baru
37
bab 37 mulai berjuang untuk sembuh
38
bab 38 kembali down
39
bab 39 kembali
40
bab 40 mulai mencari
41
bab 41 sepupu
42
bab 42 sebuah pesan.
43
bab 43 hasil tes
44
bab 44 transplantasi
45
bab 45 ketegangan berbuah keberhasilan.
46
bab 46 terlambat
47
bab 47 kuliah
48
bab 48 bertemu
49
bab 49 penjelasan dokter Zani
50
bab 50 Zani yang keras kepala
51
bab 51 putus asanya seorang Raha
52
bab 52 seminar
53
bab 53 sepenggal rasa
54
bab 54 setelah sekian lama
55
bab 55 mencoba menahan diri
56
bab 56 kobaran api
57
bab 57 rapuh
58
bab 58 haruskah....
59
Bab 59 keharusan
60
bab 60 marah
61
bab 61 mengejar Raha
62
bab 62 mengambil alih kepemimpinan
63
bab 63 berani bertaruh
64
bab 64 pada akhirnya
65
bab 65 takdir yang mengikat
66
bab 66 klaim Leon atas Raha
67
bab 67 terpaksa
68
bab 68 ancaman masih berlanjut
69
bab 69 menemui pengacara Harry
70
bab 70 tak berkutik
71
bab 71 langkah Leon
72
bab 72 Selanjutnya
73
bab 74 niat licik
74
bab 75 menikahi Raha
75
bab 76 menolak
76
bab 77 kembali di lukai
77
bab 77 hati yang rapuh
78
bab 78 tak mau menyerah
79
bab 79 mulai menancapkan kuku
80
bab 80 salah paham
81
bab 81 Kalapnya Leon
82
bab 82 menuntut hak
83
bab 83 masih meminta
84
bab 84 Drama pagi hari
85
bab 85 Rahasia yang mulai terendus
86
bab 86 luka yang masih basah
87
bab 87 hati yang masih mengeras
88
bab 88 membentang jarak
89
bab 89 mencari tahu
90
bab 90 terkuak
91
bab 91 Rahasia yang terkuak
92
bab 92 berusaha menjelaskan
93
bab 93 merajut asa
94
94 masih berlanjut
95
bab 95 memenuhi janji
96
bab 96 menyelesaikan
97
bab 97 kau adalah nyawaku
98
bab 98 mengembalikan
99
bab 99 pagi yang mesra
100
bab 100 bertemu mertua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!