bab 3 pingsan

Raha nampak baru saja keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi.

Gadis itu kemudian segera masuk ke dalam walk in closet miliknya dan segera berganti pakaian.

Tak lama,

Ia terlihat duduk di sisi pembaringan.

Kedua tangannya menumpu pada pinggiran tempat tidur dan kepalanya menoleh ke samping.

Tepatnya ke arah luar jendela kamarnya.

Perlahan titik titik bening yang semakin menganak sungai membasahi pipinya.

Dadanya kian terasa sesak.

Bahunya nampak berguncang naik turun.

Raha menangis terisak.

Tubuhnya jatuh merosot ke lantai hingga ia berakhir jatuh terduduk di sana.

" papa....." bisiknya,

Lama gadis itu larut dalam kesedihannya hingga entah pingsan atau tertidur tubuhnya nampak terkulai tak bergerak di atas lantai.

tok tok tok.....

" nona...

Ini bibik Mira...." panggil seorang pelayan yang datang dengan membawa nampan berisi makanan dan obat obatan untuk Raha.

Namun sudah berkali kali ia mengetuk pintu, pintu itu tak kunjung terbuka.

Tok tok tok.....

Wanita itu kembali mengulang ketukannya.

" nona...

Buka pintunya nona !! " bik Mira sedikit mengencangkan ketukannya.

" nona tolong buka pintunya nona....jangan membuat bibik takut " panggil wanita itu dengab wajah yang panik sekarang.

" ada apa ?! " Tanya Leon tiba tiba di belakang bik Mira.

" e...

Ti..tidak tahu mas, bibik ketuk dari tadi nona Raha tidak mau membuka pintu kamarnya " jawab bik Mira sedikit kaget dengan kehadiran Leon yang tiba tiba di sekitarnya.

" apa di kunci ?! " taya pria berwajah dingin itu lagi.

" iya...dari dalam " jawab bik Mira.

Cklek cklek....

Leon mencoba memutar knop pintu, tapi nihil.

Benar kata bik Mira,

Pintu itu di kunci dari dalam.

" apa sudah lama dia di dalam ?! " tanya leon kemudian

" sejak pulang dari makam kemaren, nona tidak keluar sama sekali dari dalam kamarnya.

Dia juga tidak minum obatnya seharian kemaren " jelas bik Mira dengan raut wajah cemas.

Brak brak brak......!!

Leon yang mulai kehilangan kesabaran karena tak ada respon sedikitpun dari dalam kamar mulai menggedor pintu kamar Raha itu.

" Leon...

Ada apa ?! " tiba tiba Calista pun berada di sana.

Suara gaduh di lantai atas membuatnya ingin tahu dan akhirnya ia naik ke lantai dua di mana kamar Raha dan kamar utama serta sebuah perpustakaan yang menyatu dengan ruang kerja berada.

" entahlah,

Aku juga tidak tahu...

Katanya dia tak keluar sejak kemaren " jawab Leon.

" biarkan saja,

Mungkin dia masih bersedih...

Beri dia sedikit waktu untuk sendiri " kata Calista kemudian.

Terdengar lembut,

Tapi entahlah....

Terasa janggal kata kata itu bagi bik Mira.

Wanita baya itu menoleh dan menatap Calista sedikit lama.

" nona belum minum obatnya sejak kemaren...saya khawatir,

Baru seminggu yang lalu nona keluar dari rumah sakit " kata bik Mirah lagi kemudian dengan raut wajah sedikit tidak suka.

Calista menghela nafas.

" bibik jangan salah paham...

Aku hanya tidak mau mengganggu ketenangan Raha " Calista meralat kata katanya sendiri.

Leon yang berdiri di depannya tepatnya di sisi bik Mira hanya terdiam membisu.

" saya mengerti nyonya..." jawab bik Mira.

Kemudian wanita itu berbalik arah.

" bibik mau kemana ?! " tanya Calista.

" mengambil kunci serep, saya cemas...takut ada apa apa dengan nona " jawab bik Mira sambil melangkah cepat menuruni anak tangga menuju kamarnya.

Meninggalkan dua orang yang masih berdiri di depan pintu kamar tertutup Raha.

Tak lama bik Mira datang dengan membawa kunci lain kamar itu.

" nona...kalau nona tidak mau membukanya,

Maafkan bibi,

Bibi terpaksa akan membukanya dari luar " kata bik Mira dan menunggu beberapa menit.

Klik...

Akhirnya bik Mira pun membuka pintu kamar itu dengan kunci di tangannya.

Cklek...wanita itupun membuka pintu kamar itu.

" nona....!! " bik Mira terpekik ketika pintu terbuka ia melihat tubuh Raha tertelungkup di lantai.

Wanita itu segera menghambur ke arah tubuh Raha.

Air mata wanita baya itu menetes,

" nona...!! bangun nona..." panggil bik Mira sambil menepuk nepuk pipi Raha yang nampak begitu memucat.

bibir gadis itu terlihat membiru.

" minggirlah bik...

Biar aku memindahkannya ke atas " Leon yang turut menyusul langkah bik Mira bersuara.

Bik Mira menurut, wanita itu menyisih dan memberikan ruang kepada Leon untuk mengangkat tubuh Raha yang terkulai lemas di lantai.

Leon meraup tubuh ringkih itu kemudian membawanya ke atas tempat tidur.

Kemudian Leon meletakkan tubuh pucat yang memutih seputih kapas itu ke atas pembaringan dan meletakkannya di sana dengan sangat hati hati sekali.

Calista melihat pergerakan Leon dengan tatapan mata tak berkedip.

Kening wanita itu berkerut.

Entah kenapa ia merasa Leon terlalu berlebihan.

" dokter Rizal....tolong datang kerumah,

Nona pingsan " terdengar suara bik Mira menelpon seseorang.

" bibik menelpon siapa ?! " tanya Calista.

" dokter Rizal... "

" siapa dia ?! "

" dokter pribadi nona Raha, nyonya tidak tahu ?! " tanya bik Mira dengan raut wajah sedikit aneh.

" oh...

Iya iya aku tahu, aku hanya lupa..." jawab Calista gugup.

Setelah selesai berbicara di telepon, bibik Mira kembali mendekat kepada Raha.

Ia mengusap lembut kening gadis itu kemudian menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut.

Butuh waktu sedikit lama ketika seorang pelayan datang dengan di ikuti dua orang laki lali berbeda usia di belakangnya.

Bik Mira segera bangkit dan menyambut salah satu dari dua orang itu.

Tepatnya pada seseorang yang berusia lebih tua.

" dokter Rizal..." panggil bik Mira menyambut orang itu.

" iya bik...

kenapa dengan Raha ?! " tanya pria baya yang di panggil dokter Rizal oleh bik Mira.

" saya tidak tahu sejak kapan dokter,

Tapi nona sudah pingsan ketika saya menemukannya " jelas bik Mira.

" apa tubuhnya kembali lebam lebam seperti kemaren bik Mira... ?! " tanya dokter Rizal dengan raut wajah cemas.

" entahlah dokter, saya belum memeriksanya..." jawab bik Mira.

Segera dokter Rizal melangkah mendekat tanpa menyapa dua orang lain yang juga berada di tempat itu.

dokter itu sedikit menyingsingkan lengan panjang baju yang di pakai Raha dan memeriksa kulit tubuh gadis itu.

Wajahnya menyiratkan sedikit kelegaan ketika ia tak menemukan lebam lebam di sana.

" bagaimana ayah...?! " tanya seseorang yang datang bersama dokter Rizal.

Dia adalah putra dokter Rizal yang bernama Tubagus Rizani.

Dia di panggil dokter Zani.

Pria itu berprofesi sama dengan sang ayah, dokter spesialis penyakit dalam.

Selama satu tahun belakangan ini, pria itu mengabdikan diri di sebuah rumah sakit khusus penyakit dalam di Rusia.

Dan satu bulan yang lalu sang ayah memanggilnya untuk kembali pulang.

Sejak seminggu yang lalu ketika Raha kembali drop, dokter muda berusia 26 tahun itu turut merawat dan bertanggung jawab atas gadis itu di rumah sakit.

" periksalah,

Mungkin diagnosamu berbeda denganku...

Kau sudah memegangnya kan ?! " jawab dokter Rizal.

Zani mengangguk,

Kemudian ia melangkah dan duduk di sisi pembaringan gadis itu.

Tangannya terulur memeriksa lengan gadis itu. Tak lama ia kembali menoleh kepada sang ayah.

" sedikit drop tapi tidak berbahaya...

Ia terlalu memaksa dan memforsir dirinya, dan ia tidak kuat untuk itu " jelas Zani.

Dokter Rizal mengangguk setuju.

Kemudian,

Dokter pribadi yang khusus dipilih tuan Prayoga untuk menangani Raha itu nampak menulis dan memberikan selembar kertas kepada bik Mira.

" bik Mira....ini no telephon Zani,

Untuk selanjutnya dia yang akan menggantikanku merawat Raha.

Jangan khawatir,

Ini sudah sepengetahuan mendiang tuan Pratama.

Zani sudah merawat Raha ketika ia anfal terakhir kali di rumah sakit " jelas dokter Rizal kepada bik Mira.

Bik Mira menganggukkan kepalanya.

" apa dokter akan pergi ?! "

" ya...

aku akan menemani istriku berobat ke Singapura.

Perkara obat, Zani yang akan membawanya setelah ini.

Ayo Zani " kata dokter Rizal yang di angguki oleh bik Mira.

Kedua orang itu kemudian segera keluar dari kamar itu setelah sebelumnya mereka juga menganggukkan kepala mereka kepada Calista dan Leon.

Terpopuler

Comments

Ninik

Ninik

apa kira2 Leon bukanlah anak Calista tp justru selingkuhannya kok aku curiga kematian papanya Raha ada hubungannya dgn mereka

2025-01-26

2

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

aq selalu suka karyamu thor

2025-02-01

1

Aan

Aan

lanjutkan Thor 😍

2025-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 bab 1 pemakaman
2 bab 2 awal perhatian
3 bab 3 pingsan
4 bab 4 belajar menerima takdir
5 bab 5 menjemput
6 ban 6 rahasia yang tersembunyi
7 bab 7 goyah
8 bab 8 cemas dan khawatir
9 bab 9 kegundahan
10 bab 10 agresif
11 bab 11 semakin resah
12 bab 12 keguguran
13 bab 13 kecewa
14 bab 14 kecemasan Leon
15 bab 15 mengakuisisi
16 bab 16 memiliki
17 bab 17 kebenaran yang menyakitkan
18 bab 18 keputusan Raha
19 bab 19 hati yang kian terpaut
20 bab 20 Langkah Raha
21 bab 21 Leon yang merasa memiliki
22 bab 22 klaim Leon atas Raha
23 bab 23 pergi
24 bab 24 tak berdaya
25 bab 25 Anthony
26 bab 26 sama sama di rawat
27 bab 27 kejamnya Calista
28 bab 28 bantahan Calista
29 bab 29 menyampaikan perasaan.
30 bab 30 perhatian seorang Anthony
31 bab 31 sebuah kejujuran
32 bab 32 reaksi seorang Anthony
33 bab 33 kecewa
34 bab 34 mengembalikan dan memutuskan
35 bab 35 menghalalkan segala cara
36 bab 36 suasana baru
37 bab 37 mulai berjuang untuk sembuh
38 bab 38 kembali down
39 bab 39 kembali
40 bab 40 mulai mencari
41 bab 41 sepupu
42 bab 42 sebuah pesan.
43 bab 43 hasil tes
44 bab 44 transplantasi
45 bab 45 ketegangan berbuah keberhasilan.
46 bab 46 terlambat
47 bab 47 kuliah
48 bab 48 bertemu
49 bab 49 penjelasan dokter Zani
50 bab 50 Zani yang keras kepala
51 bab 51 putus asanya seorang Raha
52 bab 52 seminar
53 bab 53 sepenggal rasa
54 bab 54 setelah sekian lama
55 bab 55 mencoba menahan diri
56 bab 56 kobaran api
57 bab 57 rapuh
58 bab 58 haruskah....
59 Bab 59 keharusan
60 bab 60 marah
61 bab 61 mengejar Raha
62 bab 62 mengambil alih kepemimpinan
63 bab 63 berani bertaruh
64 bab 64 pada akhirnya
65 bab 65 takdir yang mengikat
66 bab 66 klaim Leon atas Raha
67 bab 67 terpaksa
68 bab 68 ancaman masih berlanjut
69 bab 69 menemui pengacara Harry
70 bab 70 tak berkutik
71 bab 71 langkah Leon
72 bab 72 Selanjutnya
73 bab 74 niat licik
74 bab 75 menikahi Raha
75 bab 76 menolak
76 bab 77 kembali di lukai
77 bab 77 hati yang rapuh
78 bab 78 tak mau menyerah
79 bab 79 mulai menancapkan kuku
80 bab 80 salah paham
81 bab 81 Kalapnya Leon
82 bab 82 menuntut hak
83 bab 83 masih meminta
84 bab 84 Drama pagi hari
85 bab 85 Rahasia yang mulai terendus
86 bab 86 luka yang masih basah
87 bab 87 hati yang masih mengeras
88 bab 88 membentang jarak
89 bab 89 mencari tahu
90 bab 90 terkuak
91 bab 91 Rahasia yang terkuak
92 bab 92 berusaha menjelaskan
93 bab 93 merajut asa
94 94 masih berlanjut
95 bab 95 memenuhi janji
96 bab 96 menyelesaikan
97 bab 97 kau adalah nyawaku
98 bab 98 mengembalikan
99 bab 99 pagi yang mesra
100 bab 100 bertemu mertua
Episodes

Updated 100 Episodes

1
bab 1 pemakaman
2
bab 2 awal perhatian
3
bab 3 pingsan
4
bab 4 belajar menerima takdir
5
bab 5 menjemput
6
ban 6 rahasia yang tersembunyi
7
bab 7 goyah
8
bab 8 cemas dan khawatir
9
bab 9 kegundahan
10
bab 10 agresif
11
bab 11 semakin resah
12
bab 12 keguguran
13
bab 13 kecewa
14
bab 14 kecemasan Leon
15
bab 15 mengakuisisi
16
bab 16 memiliki
17
bab 17 kebenaran yang menyakitkan
18
bab 18 keputusan Raha
19
bab 19 hati yang kian terpaut
20
bab 20 Langkah Raha
21
bab 21 Leon yang merasa memiliki
22
bab 22 klaim Leon atas Raha
23
bab 23 pergi
24
bab 24 tak berdaya
25
bab 25 Anthony
26
bab 26 sama sama di rawat
27
bab 27 kejamnya Calista
28
bab 28 bantahan Calista
29
bab 29 menyampaikan perasaan.
30
bab 30 perhatian seorang Anthony
31
bab 31 sebuah kejujuran
32
bab 32 reaksi seorang Anthony
33
bab 33 kecewa
34
bab 34 mengembalikan dan memutuskan
35
bab 35 menghalalkan segala cara
36
bab 36 suasana baru
37
bab 37 mulai berjuang untuk sembuh
38
bab 38 kembali down
39
bab 39 kembali
40
bab 40 mulai mencari
41
bab 41 sepupu
42
bab 42 sebuah pesan.
43
bab 43 hasil tes
44
bab 44 transplantasi
45
bab 45 ketegangan berbuah keberhasilan.
46
bab 46 terlambat
47
bab 47 kuliah
48
bab 48 bertemu
49
bab 49 penjelasan dokter Zani
50
bab 50 Zani yang keras kepala
51
bab 51 putus asanya seorang Raha
52
bab 52 seminar
53
bab 53 sepenggal rasa
54
bab 54 setelah sekian lama
55
bab 55 mencoba menahan diri
56
bab 56 kobaran api
57
bab 57 rapuh
58
bab 58 haruskah....
59
Bab 59 keharusan
60
bab 60 marah
61
bab 61 mengejar Raha
62
bab 62 mengambil alih kepemimpinan
63
bab 63 berani bertaruh
64
bab 64 pada akhirnya
65
bab 65 takdir yang mengikat
66
bab 66 klaim Leon atas Raha
67
bab 67 terpaksa
68
bab 68 ancaman masih berlanjut
69
bab 69 menemui pengacara Harry
70
bab 70 tak berkutik
71
bab 71 langkah Leon
72
bab 72 Selanjutnya
73
bab 74 niat licik
74
bab 75 menikahi Raha
75
bab 76 menolak
76
bab 77 kembali di lukai
77
bab 77 hati yang rapuh
78
bab 78 tak mau menyerah
79
bab 79 mulai menancapkan kuku
80
bab 80 salah paham
81
bab 81 Kalapnya Leon
82
bab 82 menuntut hak
83
bab 83 masih meminta
84
bab 84 Drama pagi hari
85
bab 85 Rahasia yang mulai terendus
86
bab 86 luka yang masih basah
87
bab 87 hati yang masih mengeras
88
bab 88 membentang jarak
89
bab 89 mencari tahu
90
bab 90 terkuak
91
bab 91 Rahasia yang terkuak
92
bab 92 berusaha menjelaskan
93
bab 93 merajut asa
94
94 masih berlanjut
95
bab 95 memenuhi janji
96
bab 96 menyelesaikan
97
bab 97 kau adalah nyawaku
98
bab 98 mengembalikan
99
bab 99 pagi yang mesra
100
bab 100 bertemu mertua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!