Bab 17

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Audrey. Dia tengah duduk di dekat jendela, menatap pemandangan dari kamar. Dibelakang sana, ada lahan yang luas dan sebuah hutan kecil yang tampak seperti hutan buatan. Audrey tidak tau persis. di mana lokasi rumah ini, yang jelas sangat jauh dari pemukiman. Sejauh mata memandang, tak satupun rumah atau bangunan terlihat.

Belum sempat Audrey beranjak, seseorang membuka pintu kamar dan muncul 3 orang wanita berseragam pelayan masuk membawa peralatan mandi dan makanan.

"Selamat pagi Nona. Tuan Lucas meminta kami membawakan sarapan dan membantu Nona membersihkan diri." Ujar salah satu dari mereka yang terlihat lebih berumur.

Audrey tidak pernah di layani oleh 3 pelayan sekaligus, meski dulu keluarganya terbilang kaya. Melihat hal ini, Audrey sedikit terkejut walaupun sadar bahwa kekayaan Lucas tidak bisa dia bayangkan saking banyaknya. Mengutus 3 orang pelayan untuk mengurusnya seharusnya bukan hal besar.

"Terimakasih, tapi aku belum lapar. Dan tolong panggil Audrey saja, tidak perlu memanggilku Nona. Aku bahkan hanya menumpang disini." Pinta Audrey baik-baik.

Ketiga pelayan itu kompak menggeleng. "Kami tidak berani melakukannya. Nona, sebaiknya segera sarapan dan meminum obat. Tuan Lucas meminta kami melaporkan kegiatan Nona pagi ini dalam 30 menit. Mohon kerja samanya." Lagi-lagi pelayan itu yang menjawab. Mungkin dua pelayan lainnya hanya membantu, pelayan itu yang bertanggungjawab didepan Lucas untuk melaporkan kegiatan Audrey.

Audrey menghela nafas pelan. Dia tidak menolak ketika dua pelayan menghampirinya dan menuntunnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Apakah harus kalian yang melakukannya? Aku bisa mandi sendiri." Audrey merasa tidak nyaman karna 2 pelayan itu ikut masuk ke kamar mandi.

"Nona masih terluka, kami akan membantu mencuci rambut dan menyeka tubuh Nona, jangan sungkan."

Audrey memutar malas bola matanya. Sungkan katanya? Lebih tepatnya malu dan tidak nyaman. Dia akan setengah telan jang didepan orang-orang itu dan Audrey tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.

"Lucas yang menyuruh kalian untuk memandikan ku seperti ini?" Tanya Audrey.

Dua orang itu mengangguk meski sempat saling tatap. Mereka terkejut mendengar Audrey hanya menyebut nama Lucas tanpa ada sebutan lain di depannya.

"Di mana orang itu? Ngomong-ngomong pukul berapa aku dibawa ke rumah ini?" Cecar Audrey penasaran. Dia membiarkan pelayan mencuci rambutnya dalam posisi setengah berbaring. Peralatan dikamar mandi sangat lengkap, sampai Audrey bisa keramas dengan nyaman seperti di salon. Kekayaan Lucas memang tidak main-main.

"Orang itu? Maksud Nona Tuan Lucas?"

Audrey mengangguk. "Memangnya siapa lagi. Dia orang terakhir yang membawaku pergi tanpa persetujuan. Kalian harus tau kalau Lucas menculik ku." Gerutunya kesal. Wajah Audrey yang mencebik membuat 2 pelayan itu menahan tawa karna merasa lucu. Apalagi ini pertama kalinya mereka mendengar ada orang yang membicarakan Lucas seolah-olah Lucas hanya pria biasa. Audrey tidak ada takut-takutnya. Tapi kenyatannya berkata lain, karna Lucas tetap menakutkan di mata Audrey.

"Nona, tapi menurut kami Nona wanita paling beruntung." Ucap salah satu pelayan.

Audrey menyemburkan tawa, tepatnya tawa mengejek. "Hahaha,, apa katamu? Dimana letak beruntungnya ketika di culik oleh manusia tak berhati seperti Lucas."

"Ini pertama kalinya Tuan Lucas membawa seorang wanita ke mension selain anggota keluarganya. Bahkan mantan istrinya tidak dibolehkan masuk.”

"Ssttt!! Ana, kau terlalu banyak bicara!" Tegur pelayan satunya sembari menyikut lengan Ana. Wanita berusia 25 tahun itu sontak menutup mulutnya, dia terkejut karna menyadari kesalahannya, yaitu membicarakan kehidupan pribadi Lucas pada orang lain.

"Maa-maaf. Nona tolong lupakan perkataanku, anggap saja Nona tidak pernah mendengarnya. Aku benar-benar menyesal, tolong jangan menyinggung soal itu pada Tuan Lucas." Ana gugup dan ketakutan hingga wajahnya sedikit pucat.

Audrey tersenyum miris, ternyata bukan hanya dia yang takut pada Lucas. Pekerja di mension ini sepertinya jauh lebih takut dibanding Audrey.

"Santai saja, aku bukan orang seperti itu. Ngomong-ngomong sudah berapa lama kalian bekerja dengan Lucas?"

"Aku baru 4 tahun, Rea sudah 6 tahan dan kepala pelayan yang paling lama. Bibi Emma sudah 9 tahun ikut Tuan Lucas. Sebelumnya dia bekerja di mension utama keluarga Thomson. Dengar-dengar sejak Tuan Lucas masih remaja." Terang Ana. Dia orang yang lumayan banyak bicara, apalagi mendapat lawan bicara seperti Audrey. Baru pertama kali bertemu tapi sudah seperti teman lama.

Audrey mengangguk-angguk mengerti. "Keren, kalian memiliki mental baja karna tahan bekerja dengan Lucas bertahun-tahun. Jika itu aku, mungkin sudah kabur dihari pertama bekerja." Ujarnya kemudian terkekeh geli.

Ana dan Rea ikut tertawa geli. Jika dipikir-pikir, ucapan Audrey ada benarnya juga. Tapi Ana dan Rea bisa bertahan karna uang. Mereka tidak akan bisa mendapatkan gaji sebesar itu di tempat lain sebagai pelayan. Lucas memang menakutkan jika marah, tapi mereka bisa mencegah kemarahan Lucas dengan mematuhi semua aturan dan tidak membuat kesalahan.

...*****...

"Nona bisa memanggilku jika butuh sesuatu." Kata Emma selesai menemani Audrey sarapan dan memastikan Audrey meminum obat dan vitaminnya.

"Bibi, aku ingin menghubungi Ayah dan sahabat ku, mereka pasti khawatir karna aku tidak bisa dihubungi sejak kemarin. Apa Bibi bisa meminjamkan aku ponsel? Di kamar ini aku tidak melihat ada telfon rumah." Audrey mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar untuk memastikan sekali lagi.

"Maaf Nona, itu bukan ranah saya. Mungkin Nona bisa bicara dengan Tuan Lucas jika sudah pulang."

Jawaban Emma tidak memuaskan sama sekali, membuat Audrey mencebikkan bibir.

"Memangnya dia pergi kemana dan kapan pulang?"

Emma menggeleng tanda tidak tau. "Tuan Lucas tidak pernah memberitahu kami kemana dia akan pergi dan kami hanya pelayan rasanya tidak punya hak untuk bertanya."

"Lalu pulangnya?"

"Tidak tentu. Kadang Tuan pulang malam, bisa esok harinya atau bahkan berhari-hari baru pulang ke rumah." Jawab Emma.

Audrey melongo tak habis pikir. Sesibuk apa kegiatan Lucas sampai membuatnya jarang pulang.

"Dia lebih sibuk dari yang aku bayangkan. Tapi ada bagusnya juga Lucas jarang di rumah. Aku juga tidak mau melihatnya setiap hari, membuat mataku sakit saja!" Audrey menggerutu sendiri.

Emma hanya geleng-geleng kepala mendengar pengakuan Audrey yang menurutnya cukup berani. Jika Lucas sampai tau, Audrey bisa dalam masalah besar. Namun Emma tidak memiliki niatan mengadukan hal itu pada Lucas. Sejak dulu Emma hanya fokus pada pekerjaannya tanpa pernah ikut campur urusan pribadi Lucas.

...*****...

Sudah seharian Audrey di dalam kamar. Dia lebih banyak berbaring, sesekali duduk di balkon kamar untuk mengusir rasa bosan. Sebenarnya Audrey sangat penasaran dengan isi mension. Dia ingin berkeliling, namun kondisinya tidak memungkinkan. Perutnya kerap sakit jika terlalu sering berjalan.

"Dia seperti orang kurang kerjaan yang menahan ku disini, sedangkan dia sendiri tidak suka berada di mension. Dasar pria aneh!" Gerutu Audrey kesal.

"Siapa yang aneh?"

"Tentu saja Lucas, dia pria paling aneh yang pernah aku temui!" Saut Audrey kesal. Namun sedetik kemudian, dia menyesali ucapannya. Hingga reflek memukul mulutnya sendiri karna sudah bicara sembarangan di depan Lucas. Ya, orang yang sejak tadi Audrey bicarakan tiba-tiba muncul didepannya seperti hantu dan Audrey tidak menyadarinya.

Audrey menunduk tak berani menatap mata tajam Lucas. Bisa-bisanya Lucas sudah ada dirumah, padahal baru jam 5 sore. Katanya selalu pulang malam, bahkan jarang pulang.

Lucas mendekat ke ranjang, dimana Audrey dengan duduk bersandar di sana. Dia mencengkram pelan dagu Audrey. "Bukankah kau terlalu berani, Audrey Hubert?!"

Audrey memejamkan mata, menghindari kontak mata dengan Lucas. "Maaf." Lirih Audrey pasrah. Jika Lucas ingin menghukumnya, Audrey sudah siap.

"Jaga bicaramu!" Tegas Lucas mengingatkan.

Audrey mengangguk patuh. Membuka mata ketika Lucas tidak lagi mencengkram dagunya. Audrey bernafas lega melihat punggung Lucas yang menjauh dan keluar dari kamar.

Terpopuler

Comments

Dien Elvina

Dien Elvina

aalah si Lucas cuma gertak doang ..gak akan berani menghukum Audrey .. apalagi dia lagi hamil anak nya 🤭

2025-04-01

2

Sri Rahayu

Sri Rahayu

Audrey....sebaiknya jaga bicaramu kl tidak busa dimakan Lucas kamu 🤩🤩🤩🤪🤪🤪....ditunggu lanjutan nya Thorr😘😘😘

2025-04-01

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kira" ibunya si Lucas dah tahu belum yah kalo Audrey sedang mengandung cucunya

2025-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!