Bab 20 Pengakuan Vano

Keesokan harinya, Vano tengah menunggu

Iyan datang menjemputnya. Namun sudah hampir sejam dia menunggu, Iyan tidak juga datang.

" Kemana tu anak, kok belum datang juga." gumam Vano bingung.

Ia terus saja menghubungi ponsel lyan, namun tidak juga di jawabnya. Yasmin yang hendak menuju dapur bertanya karena melihat Vano gelisah.

"Ada apa. " tanya Yasmin.

" Iyan belum datang juga, padahal udah telat." jawab Vano.

" Mungkin terkena macet di jalan. " ucap Yasmin.

Jam menunjukan pukul sembilan menjelang siang, lyan tak juga kunjung datang. Vano terlihat semakin gelisah, tiba tiba ponselnya berdering. Di lihatnya salah satu teman mereka yang sudah di lokasi menanyakan keberadaan Vano dan Iyan.

"Kalian di mana, ini kita sudah di lokasi. " tanya temanya itu.

" Aku nungguin lyan, tapi belum datang juga, di telpon ponselnya mati. " jawab Vano.

"Ya udah buruan, udah banyak warga yang datang." ucap temanya itu.

" Iya. " jawab Vano.

Namun sampai jam sebelas lyan tak juga datang.

" saya pergi dulu. " ucap Vano yang memutuskan untuk pergi sendiri.

" Anda pergi dengan siapa." Tanya Yasmin keluar dari kamarnya.

" Saya pergi sendiri, teman saya tidak bisa datang menjemput. " jawab Vano yang merapikan semua barang kedalam ransel kerjanya.

Aisyah langsung merasa cemas, karena melihat kondisi tangan Vano yang belum sembuh.

" Biar saya saja yang menemani anda kesana." ucap Yasmin menuju kamarnya siap siap.

Vano diam membisu mendengar perkataan gadis itu. Tidak lama Yasmin keluar lagi, dengan pakaian serba hitamnya.

" Kamu yakin mau menemani saya." tanya Vano memastikan.

" Iya, apa anda keberatan. " jawab Yasmin mengambil rasel Vano membawanya.

" Tidak." jawab Vano mengambil kunci mobil.

" Saya hanya merasa cemas saja, karena tangan anda yang masih belum sembuh. " jelas Yasmin.

Vano hanya diam kemudian berjalan lebih dulu, tanpa ia sadari senyum manis itu terukir lagi di bibirnya.

Kemudian mereka keluar menuju basement di mana mobil Vano terparkir.

Vano masuk kedalam di kursi kemudi, kemudian Yasmin duduk di sampingnya memangku ransel hitam itu. Vano menjalankan mobilnya menuju jalan raya dengan sangat hati hati, walaupun dengan hanya satu tangan. Yasmin hanya diam saja, sambil terus memandang kedepan memperhatikan situasi sekitar.

Setelah hampir dua jam menyetir, akhirnya mereka sampai di lokasi yang di tuju. Terlihat sudah banyak warga yang mengantri di posko tidak jauh dari mereka memarkirkan mobil. Vano turun dari mobil di ikuti Yasmin yang sambil membawakan ranselnya.

" Assalamu'alaikum." ucap Vano menghampiri mereka.

" Waalaikumsalam." jawab semuanya.

" Ya ampun Van kenapa baru datang. " tanya salah satu temanya yang bernama Rizki.

" Sori Ki, lyan nggak datang datang, jadi aku telat kesini. " jawab Vano yang merasa bersalah.

" Terus kamu kesini sama siapa." tanya Rizki penasaran.

Sementara Yasmin berdiri diam di belakang Vano.

" Aku nyetir sendiri, alhamdulillah walaupu pelan pelan nyampe juga. " jawab Vano.

" Alhamdulillah. " ucap Rizki yang merasa lega.

Kemudian perhatianya tertuju kepada Yasmin yang sedari tadi berdiri di belakang Vano.

" Eh Van, siapa." tanya Rizki penasaran.

Vano melihat Yasmin sejenak, kemudian langsung menjawab pertanyaan Rizki.

" Dia..." ucap Vano yang terlihat ragu mengatakanya.

Yasmin yang menyadari itu langsung membuka suaranya.

"Ini tas anda, maaf kalau saya mengganggu, saya permisi dulu. " ucap Yasmin yang menyerahkan ransel hitam itu padaVano, kemudian pergi kembali menuju parkiran.

Vano diam sejenak sambil menatap punggung Yasmin yang semakin jauh. Sementara Rizki menatap Vano bingung.

" Van, Vano…. " panggil Rizki, karena melihat temanya itu seperti melamun.

"Tolong pegang sebentar. " jawab Vano yang memberikan tasnya pada Rizki.

Kemudian ia mengejar Yasmin keparkiran.

" Yasmin… tunggu." panggil Vano.

Yasmin berhenti dan langsung membalikkan badanya.

" Kenapa anda kemari, bukanya melaksanakan tugas anda. " tanya Yasmin yang bersikap seolah olah semuanya baik baik saja.

" Kamu mau kemana. " tanya Vano.

" Saya hanya tidak ingin mengganggu pekerjaan anda, jadi sebaiknya saya tunggu di mobil saja. " jawab Yasmin menunduk.

Vano terdiam sejenak mendengarkan perkataan gadis itu.

"Kamu ikut saya saja, sekalian berinteraksi dengan warga di sini membantu menghibur kesedihan mereka, banyak juga anak anak di sini. " ajak Vano.

" Apa tidak apa apa, saya takut jika mengganggu pekerjaan anda. " tanya Yasmin.

" Tentu tidak, justru mereka akan senang jika ada orang lain yang ingin membantu. " jawab Vano.

Yasmin terlihat sedikit ragu untuk ikut, namun akhirnya ia mengiyakan.

" Baiklah." jawab Yasmin.

Keduanya pun kembali menuju posko dengan Vano yang berjalan lebih dulu, di ikuti Yasmin dari belakang.

Vano mulai melaksanakan pekerjaanya, sementara

Yasmin terlihat bermain bersama anak anak yang datang.

" Eh Van, sebenarnya dia siapa sih. " tanya Rizki yang masih saja penasaran dengan Yasmin.

" Kamu kepo bangat sih Ki, bukanya kerja malah ngegosip. " jawab Vano.

" Ya aku cuma penasaran aja, secara kan kamu nggak pernah bawa perempuan selama kita melaksanakan kegiatan relawan seperti ini, tapi hari ini tiba tiba kamu datang dengan seorang gadis yang berpakaian tertutup seperti itu, siapa yang nggak penasaran coba. " jawab Rizki.

" Nanti kamu akan tau, udah kerja sana. " ucap Vano yang mash tidak ingin mengatakan siapa Yasmin.

Hingga sore menjelang, semuanya istirahat sejenak untuk sholat asar. Vano menghampiri Yasmin yang tengah duduk bersama anak anak.

" Saya mau sholat dulu. " ucap Vano.

"Iya. " jawab Yasmin tanpa menatapnya.

Rizki yang melihat interaksi mereka berdua membuatnya semakin penasaran. Ia memutuskan untuk ikut Vano sholat bersama. Kemudian setelah selesai melaksanakan sholat asar, Rizki bertanya lagi terkait hubungan Vano dan gadis itu.

" Sebenarnya dia siapa sih Van, nggak mungkin kan adik kamu. " tanya Rizki setelah mereka keluar dari masjid.

" Kamu mash penasaran aja ya Ki. " jawab Vano heran.

" Ya iya, aku nggak bakalan berhenti bertanya sampai kamu jawab dengan jujur siapa dia.. " jawab Rizki.

" Huufff... namanya Yasmin dia istriku. " jawab Vano yang akhirnya jujur kerena merasa pusing dengan pertanyaan Rizki yang itu itu juga..

Seketika Rizki terdiam kaget sambil menatap Vano tidak percaya.

"Kamu bercanda kan, masa tiba tiba udah punya istri. " tanya Rizki memastikan.

" Ya udah kalau kamu nggak percaya, yang penting aku sudah jawab jujur. " jawab Vano yang berlalu meninggalkan Rizki diam mematung.

"Van tunggu. " ucap Rizki mengejarnya.

" Kamu serius." tanya Rizki lagi yang masih tidak percaya.

" Apa aku terlihat seperti bercanda." jawabnya.

" Tapi kapan kamu menikah, kok kita nggak tau, tiba tiba aja kamu sudah punya istri. " tanya Rizki yang meminta penjelasan.

" Udah mau jalan empat bulan." Jawab Vano.

" Udah selama itu, kami nggak pernah cerita kekita." ucap Rizki kesal.

" Bukanya aku nggak mau cerita, aku cuma nggak mau dia merasa tidak nyaman saja. " jawab Vano.

" Maksud kamu, kok nggak nyaman, bukankan seseorang menikah karena merasa nyaman dengan orang pilihanya. " tanya Rizki bingung.

" Pokoknya intinya begitu, aku cuma mau menghargai perasaanya saja. " jawab Vano yang berlalu menghampiri Yasmin.

Sementara Rizki berfiki sejenak karena tidak mengerti dengan penjelasan Vano.

" Bisa ikut saya sebentar. " ucap Vano.

"Kemana. " tanya Yasmin bingung.

" Ketemu teman teman saya." jawab Vano.

Yasmin terlihat ragu dan gelisah, namun ia memutuskan untuk ikut. Terlihat teman teman Vano berkumpul mengemasi barang mereka karena kegiatan hari ini sudah selesai, dan akan di lanjutkan besok sebagai kegiatan terakhir atau penutup.

" Oh ya kenalin ini Yasmin. " ucap Vano yang

memperkenalkan istrinya itu kepada teman temanya.

" Hay.. saya Nizam." ucap salah satu teman Vano yang menyebutkan namanya.

" Rizki. "

" Aska.”

" Farel."

" Riza. ." ucap semua teman teman Vano yang

menyebutkan nama mereka masing masing.

Semuanya terlihat penasaran dengan gadis yang berdiri di belakang Vano sambil menunduk itu, kecuali Rizki.

" Ngomong ngomong siapa Van, tumben kamu bawa perempuan. " tanya Riza penasaran.

" Dia istriku, karena lyan nggak bisa jemput jadi aku ajak Yasmin buat temenin aku kesini. " jelas Vano.

Semuanya terlihat kaget sama seperti Rizki.

" Demi apa, kamu serius." tanya Nizam tidak percaya.

" Serius." jawab Vano.

Sementara itu, Yasmin semakin menyembunyikan tubuhnya di belakang Vano karena merasa malu.

" Ya udah kita duluan, kalian hati hati. " ucap Vano pamit duluan.

Semua teman temanya terus menatap keduanya karena masih merasa tidak percaya dengan semua yang mereka dengar.

Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!